Sore itu seperti biasa Shakira sudah menyelesaikan semua tugas kampus, ia bergegas menemui ibunya yang sedang sibuk di dapur.
"Hei Shaki, apa yang kamu lakukan nak?! Sudah biar mama saja. Kerjakan saja tugasmu.'' Tegur ibu Shakira yang melihat putri semata wayangnya itu meraih rendaman baju kotor yang siap di cuci.
"Shaki udah selesai semua ma. Mama yang harusnya istirahat, mama udah seharian ini kerja, Shaki nggak mau mama nanti sakit.'' Jawab Shakira dengan segera menggandeng tangan ibunya dan membawanya ke ruang tengah sekaligus ruang tamu rumah kecil itu. Natarina menepuk pipi putrinya dengan sayang, wanita itu menuruti perintah Shakira dengan senyum mengembang.
"Duuuhh iya iya... Galak amat sih putri mama satu ini hahaha...'' Keluh wanita setengah baya yang masih terlihat cantik itu menerima tangan Shakira yang membimbingnya masuk rumah.
"Biarin, daripada mama sakitnya kambuh lagi, Shaki nggak mau. Lagian ini juga mama masih terima loundry lagi sih?! Kan Shaki udah kerja. Ya walau masih partime setidaknya mama nggak perlu terima loundry lagi.'' Shakira terdengar mengomel membuat ibunya kembali tersenyum.
"Mama harus janji, nggak akan kerja berat – berat lagi. Nggak ada ya terima loundry lagi saat Shaki nggak di rumah.'' Tambahnya dengan wajah cemberut.
"Baik bos! Siap!'' Jawab Natarina sambil mengacungkan hormat kepada putrinya.
Mendengar jawaban ibunya yang begitu patuhnya membuat keduanya tergelak bersama.
Sementara Shakira kembali ke kamar mandi untuk mencuci baju – baju yang akan di loundry, Natarina merapikan baju yang telah di setrika dan memasukkannya ke dalam plastik sesuai daftar yang ia tulis di sebuah buku catatan. 3 plastik loundry yang siap kirim telah selesai ia packing.
Natarina menitikkan airmatanya melirik punggung Shakira yang sedang bekerja keras menyikat beberapa baju berat dan besar, terdengar bunyi gesekan sikat yang menggesek baju berbahan jeans diiringi kucuran air dari kran yang mulai memenuhi ember – ember besar di kamar mandi tersebut. Wanita setengah baya itu mendesah pilu saat kembali terkenang akan masa – masa indah bersama suami dan ayah mertuanya sebelum kecelakaan tragis merenggut keduanya dalam waktu bersamaan.
Ketika itu Shakira masih berumur 12 tahun, bertepatan ia memasuki tahun ajaran baru di sekolah menengah pertamanya. Saat itu ia sangat senang telah diterima di sekolah unggulan dengan nilai yang bagus, walaupun ia bisa saja menggunakan koneksi dan kekuasaan kakeknya. Namun, ia lebih suka mendapatkannya dengan kerja keras seperti yang selalu diajarkan oleh kakeknya.
Namun tak berapa lama Shakira mendengar kabar tentang kecelakaan pesawat yang ditumpangi oleh ayah dan kakeknya ketika mereka melakukan perjalanan bisnis ke Jepang. Belum lama keduanya dimakamkan, Shakira harus menghadapi sebuah masalah besar tentang hutang perusahaan yang ditinggalkan ayahnya yang membuat ibunya mengalami stres berat dan mendapat serangan jantung.
Walau akhirnya ibunya selamat dari kondisi kritisnya, namun mereka harus kehilangan rumah besar dan seisinya demi menutup semua hutang yang terlalu besar untuk ditanggung mereka. Shakira dan ibunya yang terusir dari rumahnya sendiri memutuskan untuk pergi. Namun tak hanya sampai disitu saja, ia harus berpindah – pindah rumah dan sekolah demi menghindari orang – orang yang terus mengejar mereka karena menginginkan Shakira.
7 tahun berlalu kini mereka bisa hidup tenang tanpa kejaran orang – orang yang menginginkan Shakira. Apapun alasan mereka, Natarina tak ingin menyerahkan putrinya sebagai penebus kesalahan suami dan ayah mertuanya dulu. Bertahun – tahun mati – matian ia berhasil menyembunyikan Shakira. Namun karena sakit yang ia derita, membuat keadaan berbalik, Shakira lah yang kini menjadi tulang punggung keluarga sekaligus pelindungnya. Hal itu membuatnya selalu diam – diam menangis.
Ketegaran hati Shakira yang membuatnya terus tetap bisa bertahan walau hidup dengan serba kekurangan. Wanita itu tak henti – hentinya berdoa agar kesehatannya kembali membaik agar bisa meringankan beban yang harus dipikul putrinya sendirian.
Tak terasa waktu menunjukkan pukul 8 malam, Shakira baru menyelesaikan semua loundrian dan menjemurnya. Gadis itu menyeringai senang dan menghela napas dengan puas saat membawa ember kosong terakhirnya.
"Hehehe... Akhirnya selesai juga! Huwaaaahh... Lapaaaaarrr...!'' Shakira meletakkan ember di tumpukan ember yang lain yang ada di sudut kamar mandi kecilnya.
"Sini makan. Tadi mama masak telur gulung kesukaanmu tuh, hehehe... Makan yang banyak.'' Jawab ibunya sambil menyendok nasi untuk Shakira. Setelah mencuci tangannya dengan bersih gadis itu duduk di meja makan berseberangan dengan ibunya.
Ia menatap dengan sangat antusias telur gulung yang dipotong – potong menjadi beberapa bagian di sebuah piring kecil. Tak lupa ia membubuhkan saos sambel kesukaannya di atas telur – telur itu. Keduanya makan dengan lahap di selingi canda tawa tentang kisah Shakira di kampus yang masih suka kabur – kaburan setiap ada acara.
Walau nilai akademisnya tak terlalu menonjol namun Shakira sering menjadi juara kelas saat ia masih duduk di bangku sekolah. Nilainya jadi terus menurun karena masalah keluarga yang menimpanya selama 5 tahun belakangan. Karena sering menjadi kejar – kejaran orang – orang tak dikenal Shakira lebih mementingkan memperdalam ilmu bela diri demi melindungi diri dan ibunya.
Walau masih mahasiswi di tahun pertama Shakira merasa ia harus melepaskan kuliahnya demi biaya pengobatan ibunya. Namun Natarina tak pernah menyukai gagasan Shakira yang ingin bekerja. Berkali – kali mereka mendebatkan masalah yang sama hingga akhirnya Shakira mengalah dan tetap kuliah di sela – sela pekerjaan paruh waktunya di restoran di sebuah mall kecil.
Setelah menyelesaikan makan malam, Shakira mengemasi piring – piring kotor mereka ke dapur untuk di cuci. Lalu setelah ia memastikan ibunya minum obat dan multivitamin, Shakira membawa bungkusan – bungkusan loundry untuk di antarkan kepada para pelanggan yang merupakan tetangga yang tinggal di sekitar rumah susun itu.
Sambil membawa tas besar di tangan kanan dan kirinya, ia pergi ke beberapa tempat yang telah dicatatkan oleh ibunya. Tak butuh waktu lama Shakira telah berhasil memberikan baju – baju loundrian itu serta mendapatkan upahnya. Beberapa diantaranya memberinya bonus karena kerja Shakira dan ibunya yang selalu tepat waktu serta Shakira mau bersusah payah untuk mengantarnya.
Shakira bersenandung riang sambil menenteng satu bungkusan lagi milik seseorang yang ada di tower seberang rumah susunnya. Karena ingin mempersingkat waktu, gadis itu memilih jalan pintas melewati kebun kecil yang terbengkalai, namun kebun itu dimanfaatkan untuk tempat parkir bagi penghuni rumah susun dan warga sekitarnya.
"Ibu Jasmine atau tuan Rudolf? Kok bisa mama sampai dapet customer jauh begini sih?! Dan kayaknya dia orang asing? Ah sudahlah. Yang penting habis ini beli makanan buat mama, hehe...'' Batin Shakira sangat senang saat ia membawa pulang banyak bonus untuk ibunya.
Saat melewati kebun kosong itu, Shakira tak menyadari beberapa pasang mata sedang menatapnya dengan tajam, hingga gadis itu memasuki halaman tower rumah susun yang ia tuju. Setelah menemukan alamat yang di tuju Shakira mencoba mengetuk pintu rumah yang tertutup rapat itu.
Untuk beberapa saat menunggu akhirnya pintu itu terbuka dan Shakira menghadapi sosok laki – laki asing yang sangat tampan. Walau sempat terkesima, ia tahu laki – laki yang ada dihadapannya itu adalah customer yang harus dijaganya, dan Shakira segera pamit dengan baik – baik walau laki – laki itu memaksanya masuk untuk sekedar minum dan makan kue.
Shakira tetap menahan sabar dan berbicara baik – baik saat laki – laki itu berani menarik tangannya dengan paksa agar ikut masuk ke dalam rumah susun yang lebih mewah dari tower yang Shakira tinggali. Akan tetapi laki – laki itu mulai merayu dan ingin mencium Shakira dengan paksa, mau tak mau Shakira mencoba berontak dan berteriak.
Belum sempat laki – laki itu merengkuhnya Shakira berhasil menendang alat vital laki – laki itu dengan kuat yang membuatnya langsung tersungkur kesakitan. Hal itu dimanfaatkannya berlari meninggalkan tempat itu. Namun sial, laki – laki itu masih sempat menarik kakinya hingga membuatnya terjatuh. Shakira meronta – ronta sambil terus berteriak minta tolong.
Sekali lagi Shakira berhasil menendang orang itu dan membuatnya menjauh. Di ujung lorong itu ia melihat beberapa orang berjas hitam berjalan cepat ke arahnya karena mendengar teriakannya. Merasakan ada yang tak beres Shakira segera berlari meninggalkan tempat itu. Ia sengaja berlari memutar arah dan memilih jalan terjauh, bahkan ia keluar dari area rumah susun itu dan menuju pasar malam yang ada di belakang towernya.
Dengan napas memburu gadis itu bersembunyi dan berbaur dengan beberapa pedagang yang ramai pembeli dalam keadaan kalut dan bingung. Lalu ia memutuskan untuk memasuki tenda makan yang ada di samping pintu masuk tower rumah susun itu. Sambil terengah gadis itu memesan minuman dingin kepada penjual makanan itu.
"Loh Shaki? Kok tumben? Sendirian aja?'' Sapa sang penjual yang sudah mengenal Shakira dan ibunya sejak mereka tinggal disitu.
"Hah...hah... Aahh iya bang''
"Ada apa? Kok ngos – ngosan gitu?''
"Hahaha... Nggak apa - apa, tadi lihat hantu hahaha...''
"Hahaha... Baru jam segini, mana ada hantu sih? Kamu ini ada – ada aja Shaki hahaha...''
Mereka tergelak bersama mendengar Shakira yang asal bicara.
Untuk beberapa saat Shakira berdiam di tenda makan itu hingga ia melihat dua mobil mewah yang keluar dari gerbang rumah susun itu.
"Siapa mereka? Apa mereka orang – orang penagih utang itu? Padahal kan kata mama, perjanjiannya sudah selesai dengan mereka mengambil alih semua saham papa dan kakek? Lalu apa lagi?!'' Batin Shakira berkecamuk.
Gadis itu meninggalkan warung makan dan segera berlari pulang dengan jalan memutar, ia tak mau mengambil resiko ia akan di culik diam – diam saat ia melewati lahan kosong parkiran. Sambil membawa beberapa camilan ia mengetuk pintu dan mengucap salam sebelum masuk."Sayaaaang, kemana saja kamu nak?! Kenapa lama sekali baru pulang?!'' Tegur ibunya menyongsong Shakira dengan wajah panik."Aaahh maaf ma, tadi keenakan ngobrol di pasar malam hehe... Ini, Shaki bawa camilan nih buat mama. Tadi dapat bonus lumayan dari Bu Rosa dan tante Diana. Mereka baik – baik ya ma. Yuk makan.'' Jawab Shakira sedikit berbohong untuk menghilangkan kepanikan ibunya."Heeemm ya sudah kalau begitu. Mama kan deg – degan Shaki kenapa - napa, mana tadi nggak bawa hape kan?''"Oh iya, ya kirain Shaki kan cuma sebentar ini.''Shakira membuka roti bakar coklat keju yang masih menguarkan asap panas dan wewangian makanan itu."Heeemm enaknyaaa...'' Natarin
Sesampainya di kelas, ia menghempaskan tubuhnya dengan kesal. Rachel terheran – heran menatap Shakira yang terlihat kacau dan berantakan."Pagi Shak, ada apa kamu? Kok tumben telat?''"Aku lagi kesel banget! Dan... Aaaahh... Ini pake kebawa segala?!'' Shakira tersadar bahwa ia masih membawa saputangan pemuda tampan itu di tangannya saat ia akan mendekap wajahnya.Buru – buru ia memasukkan sapu tangan itu ke dalam tas selempangnya dan mengambil botol minuman dari dalam tasnya. Ia minum dengan sangat puasnya, hal itu membuat Rachel cekikikan melihat Shakira terengah setelah hampir menghabiskan setengah botol air minumnya."Jadi?!''"Ya, jadi hari ini aku dua kali berkelahi dengan preman! Yang satu karena dia menjambret tasku dan satu lagi karena menolong bocah dipalak tapi malah dia seolah – olah 'nggak apa – apa kok, duit kecil ini! Ngeselin banget! Sumpah! Dan siapa pula dia?! Nggak jelas! Sombongnya nggak kira - kira!'' Sha
Seperti biasa seusai kuliah Shakira langsung menuju sebuah restoran yang ada di sebuah mall kecil yang terletak tak jauh dari kampusnya. Shakira segera menuju ruang karyawan untuk berganti pakaian. Kini gadis itu telah berganti seragam pramusaji restoran. Shakira menyapa beberapa rekan kerja dan seorang manager restoran yang sangat mengenalnya dengan baik."Hai Shaki, apa kabar hari ini?'' Sapa manager Martin yang sedang duduk di sebuah ceruk ruang karyawan melepas kesibukannya dengan pembukuan yang ada di hadapannya."Baik pak Martin! Sangat baik!'' Jawab Shakira dengan antusias yang membuat lelaki bertubuh tinggi besar dan bertampang maskulin itu mengangkat wajahnya dari aktivitasnya menatap lembaran bon dan buku kas."Hei, ada apa? Sepertinya kamu sedang sangat bersemangat ya?!'' Pak Martin meneguk kopinya dengan senyuman khasnya yang membuat aura maskulinnya terlihat lebih ramah."Shaki kan memang selalu kelebihan energi pak! Seperti batere kelinci it
Ya Tuhan... Kumohon pertolongan Mu, selamatkanlah mama...Shakira mulai menitikkan airmata. Sekuat apapun dia jika sesuatu menimpa ibunya, ia akan hancur berkeping – keping.Segala yang ia lakukan demi kebahagiaan ibunya yang kini sakit – sakitan akibat jantung lemah sejak kepergian ayah Shakira yang mengalami sebuah kecelakaan pesawat dalam perjalanan bisnis bersama kakeknya, serasa tak ada artinya jika ia tak bisa menjaga ibunya dengan benar.Dan kini ibunya berada dalam bahaya di tangan seorang penculik atau bahkan lebih dari satu orang.Tidak! tidak ada waktu buat menangis! Aku harus kuat demi mama, apapun yang terjadi. Aku harus bisa menyelamatkan mama!Sumpah Shakira dalam hati memantabkan diri. Gadis itu berlari ke gerbang utama rumah susun dan berdiri menunggu dengan tenang.Benar saja, tak berapa lama kemudian sebuah mobil sedan mewah berwarna hitam mengkilat memasuki jalanan rumah susun sederhana yang mengesankan pemand
Shakira mengerjapkan mata sebelum akhirnya membuka mata sepenuhnya. Gadis itu terlonjak kaget dan bingung saat menyadari ia terbangun di sebuah kamar yang sangat indah dan penuh perabotan mewah."Nona sudah sadar?''Shakira menoleh ke arah sumber suara yang berasal dari seorang wanita muda yang baru saja memasuki ruangan itu dan sedang berjalan ke arahnya. Wanita muda itu nampak antusias menyambutnya."Ini ... Dimana? Kamu siapa?'' Shakira mencoba bangkit namun langsung di cegah oleh wanita muda yang memakai seragam seorang asisten rumah tangga itu."Aaah ini, ini di kamar anda nona. Dan saya Amelia, yang akan merawat dan membantu segala kebutuhan nona.'' jawab Amelia menunduk penuh hormat."Apa?'' Belum sempat Shakira bertanya lebih jauh, tiba – tiba seseorang membuka pintu.Cklek!Pintu terbuka dan tertutup. Kali ini seorang wanita lebih tua dengan rambut putih yang menutupi hampir seluruh kepala datang dengan sikap anggunnya.
Dengan perasaan malu, Shakira mengamati dirinya di depan cermin kamar mandi. Ia benar – benar melihat tanda bekas ciuman seseorang. Bukan hanya satu, ada beberapa di leher, pundak dan dadanya. Shakira merabanya, ada getaran aneh yang ia rasakan. Ia juga meraba bibirnya yang terasa lebih tebal dan bengkak. Pikirannya kembali melayang mimpinya semalam, sentuhan dan remasan. Ah tidak! Cumbuan dan ciuman itu! Ah sialan kenapa aku tak bisa melupakannya! Kamar siapa itu? Tapi tak ada siapa pun di sana? batin Shakira penasaran, lalu segera memakai baju yang ia dapatkan dari Amelia. Oh tidak! Apalagi ini? Kenapa sepagi ini harus memakai gaun resmi seperti ini segala? Shakira menggerutu dalam hati. Lebih – lebih potongan baju yang agak rendah itu tak bisa menutupi tanda merah di leher dan pundaknya. Ah sial! Sepertinya aku harus memakai syal tinggi untuk menutupinya. Aaahh tapi pasti akan terlihat aneh kan? Ini masih terlalu pagi! gerutunya dal
"Ada apa ini? Kalian sepertinya sudah saling mengenal, tapi kakek rasa bukan dalam keadaan baik. Apa itu benar?'' Kakek Othman memandang keduanya bergantian.Spontan Shakira menghela napas dengan kesal dan menceritakan kejadian saat pertama kali bertemu Axel, seperti anak kecil yang sedang mengadukan kenakalan kakaknya pada orang tuanya. Kakek Othman mendengarnya dengan antusias di selingi gelak tawanya menatap Shakira yang bersungut - sungut."Ya, mau bagaimana lagi. Axel lagi bosan kek. Apalagi saat tahu kalau dia pandai berkelahi, makanya Axel iseng sekalian saja,'' sahut Axel dengan santai sambil duduk di seberang kursi kakeknya."Iseng! Yang benar saja!'' Shakira bersedekap defensif dan memandang Axel dengan masam, akan tetapi laki – laki tampan berlesung pipi itu mengabaikannya dengan sikap santainya. Bahkan ia meneguk teh manisnya yang telah dingin."Iya kek! Coba kakek lihat sendiri, saat dia menghajar penjambret di jalanan, lalu mengh
Vila diatas bukit yang sebagian besar menampilkan wajah lautan yang tenang itu kini tiba – tiba berubah hingar bingar dengan berbagai macam hiasan yang meriah nan indah, serta beberapa tamu undangan yang berasal dari keluarga besar Othman dan teman terdekat kakek Othman. Walaupun begitu, rasanya sangat berbeda dengan keseharian rumah peristirahatan itu yang selalu sepi dan tenang.Walaupun dengan serangkaian acara dan perjamuan hari yang melelahkan, namun bagi Axel yang melihat kecantikan Shakira yang sempurna dengan balutan gaun putihnya yang sangat indah membuatnya tetap bersemangat dengan segala kebisingan dan kemeriahan pesta tertutup itu. Hari ini Shakira terlihat sangat memukau dan sempurna dengan riasan tanpa cacat dan hiasan bunga yang menghiasi rambutnya yang tersanggul dengan indah.Walau selalu bersama, Axel selalu mencuri – curi pandang pada Shakira yang sibuk menyalami tamu atau berbicara dengan mereka yang sebagian besar adalah keluarga Othman