Share

Cemburu

Tiba-tiba dering bunyi telepon mengganggu keasyikan percakapan mereka. Verrel mengambilkan ponsel Angela di atas nakas. Tanpa sadar sekilas ia menatap nama panggilan yang ada di layar telepon. Wajah Verrel berubah pias tapi ia berusaha menekan emosinya mengingat Angela sedang masa pemulihan.

"Telepon untukmu," kata Verrel pelan.

Angela menerima telepon itu dari tangan Verrel. Ia terkejut saat melihat panggilan dari Yohan di ponselnya. Dengan gugup ia meletakkan piring yang berisikan buah di pangkuannya.  Ia melirik ke arah Verrel, tapi lelaki itu memilih melihat ke arah lain. Dengan gugup Angela mengangkat panggilan dari Yohan.

"Ya, halo," jawab Angela pelan.

"Bagaimana keadaanmu sekarang, sudah lebih baik?" tanya Yohan.

"Ya, aku baik-baik saja," jawab Angela sambil melirik ke arah Verrel.

"Kenapa dari nada suaramu datar saja, apa ada suamimu di sana?" tanya Yohan.

"Ya, kalau begitu sudah ya. Aku mau istirahat," jawab Angela gugup.

"Tunggu!" kata Yohan. Tapi sayangnya Angela sudah buru-buru mematikan teleponnya.

Verrel berbalik melihat ke arah Angela, tatapannya berubah menjadi tidak seramah sebelumnya. "Aku akan pergi dari sini, istirahatlah," kata Verrel pelan. Sepertinya ada sesuatu yang tertahan dan urung ia bicarakan.

"Tunggu!" cegah Angela tiba-tiba.

Verrel berhenti di depan pintu tapi tubuhnya tidak berbalik menatap Angela. 

"Terima kasih karena sudah memperhatikan anak kita," kata Angela.

"Ya, sama-sama ... sekarang istirahatlah," kata Verrel. Ia melangkah pergi meninggalkan kamar Angela. Di dadanya seperti ada sebongkah batu yang menahannya. Rasanya begitu sesak dan menyakitkan. 

Di kamarnya Verrel tidak bisa tidur, ia memilih membuka laptopnya dan menyibukkan diri dengan pekerjaan. Sayangnya, bayangan Angela menelepon Yohan masih memenuhi alam pikirnya. Ia tidak dapat konsentrasi bekerja kalau seperti ini.

"Sial, ia masih saja memikirkan laki-laki itu. Di anggap apa aku ini!" gerutu Verrel. Jari-jari Verrel mengetik kasar di tiap tombol laptopnya.

"Aaargh!" Verrel mengacak-acak rambutnya sendiri. Ia merasa Angela selalu membuat hatinya seperti rooler coaster.

Terkadang wanita itu seperti menanggapi perasaannya. Tapi terkadang juga menjatuhkan hatinya yang sudah terbang ke awang-awang ke titik terendah.

Verrel sangat mencintai Angela ia tidak ingin jauh darinya. Apalagi perut Angela semakin buncit membuat Verrel bertambah kasihan dan sayang. Ia tidak ingin mengulang kecerobohannya di masa lalu sehingga mengakibatkan kehilangan Angela. Meski sekarang Angela belum ingat sepenuhnya, ia harus tetap berusaha untuk bertahan dan menerima kondisi Angela yang terkadang menyakiti hatinya. Verrel berusaha menahan dirinya untuk tidak emosi di hadapan Angela.

Di kamar Angela menatap langit-langit, ia juga tidak bisa tidur memikirkan kejadian yang baru saja terjadi. Ia tahu Verrel agak cemburu gara-gara Yohan telepon. Tapi, ia juga tidak bisa menghentikan situasi yang telah terlanjur terjadi.

Makin ke sini Angela semakin bingung dengan apa yang terjadi sebenarnya. Ia harus mencari jawaban, apa yang sebenarnya terjadi pada dirinya. Angela tidak tahu sejak kapan ia mengalami hilang ingatan. 

Jika ia ingin tahu, maka orang yang perlu di tanyai adalah Verrel. Tapi, melihat wajah Verrel tadi yang di liputi mendung membuat Angela takut untuk menanyainya. Sayangnya, Angela tidak mampu mengingat siapa saja orang yang dapat di tanyai mengenai hubungan mereka. Tapi, Angela tidak akan menyerah, ia harus mencari tahu yang sebenarnya. 

Di sudut lain Clara dan Mark tengah berencana untuk menjenguk Angela. Ia ingin tahu keadaan Angela sekarang. Apakah sudah baik-baik saja. 

"Sayang, cepatlah apa yang sedang kau lakukan di kamar mandi selama itu?" tanya Mark.

"Sebentar lagi!" seru Clara dari dalam kamar mandi. Ia sedang penasaran karena sudah dua minggu tidak mengalami menstruasi. Secara diam-diam ia membeli tespek untuk mengobati rasa penasarannya.

Clara menutup matanya sejenak, ia memicingkan matanya saat melihat alat penguji tes kehamilan itu. Jarinya satu persatu terbuka, matanya membelalak kaget ketika ia melihat dua buah garis merah terpampang dengan jelas.

"Apa, aku hamil?" gumam Clara. Ia langsung buru-buru menyembunyikan hasil tespek itu. Entahlah, ia belum siap mengatakannya pada Mark. Clara juga belum tahu apa Mark siap dan mau menjadi seorang papa. 

Dengan wajah di tekuk Clara keluar dari kamar mandi. Ia kaget karena melihat Mark sudah berdiri di depan pintu. "Kenapa kau melihatku sangat terkejut seperti itu?" tanya Mark mendekati Clara yang masih memakai bathrobe.

"Kau belum berganti pakaian?" tanya Mark. Jemarinya tiba-tiba menyusup di sela lipatan kimono bathrobe yang masih di pakai Clara. 

"Aaah," desis Clara ketika Mark berhasil meremas bukit kembarnya yang belum memakai bra.

"Hentikan, kau nakal sekali," ucap Clara memukul dada bidang Mark. 

"Sebentar, ijinkan aku mencecapnya dulu sebelum kita pergi," pinta Mark. Clara tidak ada alasan menolak keinginan Mark. Karena sekarang ia sudah mulai terbiasa dengan sentuhan lelaki itu. 

Mark menarik tali bathrobe Clara, ia meraba dua buah gundukan kenyal itu lalu menghisap puncaknya bergantian. Saking gemasnya, Mark meninggalkan jejak kissmark di sana. Clara hanya bisa membalasnya dengan desisan perlahan. Bagian inti bawahnya juga telah berkedut seperti meminta untuk di masuki.

Mark menurunkan resletingnya, ia hanya mengeluarkan miliknya saja meskipun ia masih berpakaian lengkap. Hanya bagian miliknya yang menegang yang ia keluarkan kemudian ia tancapkan di bagian inti Clara. 

Desisan suara lirih itu berubah menjadi desahan yang lebih keras. Bathrobe Clara akhirnya teronggok di lantai. Tubuhnya polos tanpa mengenakan sehelai benangpun. Sementara Mark malahan masih memakai lengkap kemejanya dan celananya. Ia hanya mengeluarkan miliknya yang menegang di hujamkan ke dalam inti Clara.

Dengan sedikit gerakan cepat Mark memompa Clara, ia tidak ingin bermain terlalu lama. Yang penting hasratnya segera tuntas, karena setelah ini mereka harus pergi ke rumah Verrel.

 

Tidak memakan waktu lama hasrat mereka telah berada di puncak. Mark juga berhasil menanamkan benihnya di rahim Clara. Ia mencium Clara sebagai ucapan terima kasih.

"Eeemh, terima kasih sayang. Maaf kalau hari ini terlalu cepat," kata Mark mencium puncak kepala Clara.

----Bersambung---

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status