Di dalam mobil keduanya terdiam, ada perang dingin yang sedang berkecamuk dalam dada masing-masing. Verrel kecewa karena Angela masih memikirkan Yohan. Sementara Angela kecewa dengan Verrel karena lelaki itu mengira dirinya pernah membawa Yohan ke kamarnya. Semua bersikukuh dengan ego masing-masing.
Verrel mengemudi mobilnya cukup cepat, ia menyalip satu persatu mobil yang ada di depannya. Di tambah lagi ia membunyikan musik cukup keras membuat Angela sangat terganggu.
"Kau sudah gila! Kenapa tiap kali kau marah selalu seperti ini!" seru Angela.
Verrel terdiam, ia tetap mengemudi dengan kecepatan tinggi. Angela yang setengah ketakutan mencengkeram sabuk pengamannya.
"Hentikan! Kau bisa membunuhku!" teriak Angela.
Ciiiiiit!
Verrel mendadak mengerem mobilnya, rupanya mereka telah sampai di rumah. Verrel keluar dari pintu mobil dengan tergesa-gesa. Tanpa mempedulikan Angela yang masih di dalam mobil. Angela turun dan memasuki rumah menyus
Merasa ada hawa dingin yang datang, Angela menoleh ke belakang. Tampak Verrel sedang berdiri menatapnya. Karena merasa masih sebal dengan tingkah pria itu Angela mengalihkan pandangannya ke arah para pelayan lagi. Ia mengabaikan Verrel."Angela!" panggil Verrel.Verrel menatap tajam ke arah Angela.Aku mohon jangan tatap aku seperti itu, seolah-olah kau ingin memangsaku, batin Angela."Ikuti aku!" perintah Verrel.Mereka langsung bubar dan kembali ke pekerjaan masing-masing. Sementara Angela mengikuti langkah kaki Verrel menuju ke ruang baca."Tutup pintunya!" perintahnya lagi."Kenapa harus di tutup kita kan hanya bicara saja," protes Angela. Verrel mendelik marah menatap Angela."Baiklah ... lebih baik aku mengalah," kata Angela. Ia kemudian menutup pintunya."Sudah, apa yang ingin kau bicarakan?" tanya Angela.Verrel mengambil buku baca mengabaikan pertanyaan Angela."Ini buku penunjang
Verrel mendapatkan kiriman foto dari orang suruhannya yang menguntit Angela bersama dengan seorang laki-laki tampan seumuran dengannya. "Sial dia enak-enakan bersama dengan pria lain sementara aku di rumah," gerutu Verrel. Ting Pesan kedua ia terima. Alangkah terkejutnya Verrel melihat foto pria itu memakaikan cincin berlian di jari manis Angela. Mereka sedang berada di toko perhiasan. "Dia mau saja memakai perhiasan murah pemberian pria itu. Sementara cincin pernikahan kami saja tidak pernah ia pakai. Apa maunya wanita itu," batin Verrel. Di toko perhiasan Angela membantu Adam untuk memilih cincin. "Hemm, mana menurutmu yang bagus?" tanya Adam. "Yang ini sih menurutku, bentuknya simpel sederhana tapi elegan," kata Angela. "Hah, memang kau jago memilih dalam hal beginian. Sayang kau sudah menikah Angela, kalau tidak mungkin aku akan meminangmu sekarang," ucap Adam. "Ah, jangan bilang seperti itu. Aku
Verrel terus mengikuti langkah Angela menuju kamarnya. Tapi tiba-tiba Angela berhenti tepat di depan pintu kamarnya berbalik arah melihat ke arah Verrel. "Stop! Berhenti, jangan ikuti aku terus!" cegah Angela. "Rupanya kau terlihat sangat bahagia setelah seharian kencan dengan pria itu," sindir Verrel. "Tentu saja, bukankah kau sudah tahu jawabannya," kata Angela. Verrel memegang kedua pundak Angela. Ia tampak marah dengan sikap Angela yang seenaknya. "Kau tahu, aku ini suamimu. Kenapa kau tidak bisa menghargaiku sedikit saja," ucap Verrel. "Sebentar lagi kita akan cerai jadi tidak ada yang perlu di perbincangkan." Angela kembali mengungkit kesepakatannya. "Oh, ya aku rasa kau terlalu cepat menyimpulkan jika kita akan bercerai. Tapi, kau tidak tahu sampai kapanpun aku tidak akan pernah menceraikanmu," kata Verrel. "Tapi tetap saja, aku ingin kita bercerai," kata Angela. "Kenapa?" tanya Verrel s
Minuman hangat sudah tersaji di atas meja nakas, Verrel tahu Angela membutuhkannya. Ia sudah memberikan sesuatu yang spesial, tentu saja Verrel semakin menyayanginya."Sayang, minumlah madu hangat ini," kata Verrel.Angela mengambil cangkir yang di ulurkan Verrel. Ia meminumnya sedikit demi sedikit hingga habis."Apa kau masih terasa sakit?" tanya Verrel."Iya, sedikit," jawab Angela malu."Akan ku oleskan salepnya," bujuk Verrel."Ti ... tidak usah, aku bisa sendiri," tolak Angela. Bagaimana mungkin ia membiarkan Verrel mengoleskan salepnya di daerah yang tidak boleh di jangkau."Kau tidak usah malu, aku suamimu semuanya aku sudah pernah melihatnya," kata Verrel.Angela merasakan perih saat jari Verel mengoles pada bagian lukanya."Tahan, sayang. Sebentar lagi akan selesai," kata Verrel lembut.Hemm, sejak kapan lidahnya terpeleset mengatakan sayang, batin Angela.Verrel membopong A
Verrel pulang dengan gontai, ia terlalu lelah memikirkan perusahaan yang nilai sahamnya anjlok karena gosip yang beredar tentang dirinya.Ia duduk di kursi sofa, matanya terlihat lelah kemudian ia sandarkan punggungnya di bantalan sofa.Tatapannya kosong, ia tidak menyangka masalah akan serumit ini. Ia bisa saja menuruti pernikahan yang di inginkan Hellen, guna menyelamatkan perusahaannya. Netizen akhir-akhir ini memberitakan sesuatu yang tidak-tidak tentang dirinya setelah jumpa pers yang di gelar Hellen.Bagaimana jika kabar itu sampai ke telinga orang tua dan mertuanya. Pasti ia menjadi pihak yang di salahkan. Mungkin ia bisa menerima kesalahan itu, tetapi bagaimana Angela. Angela akan segera menceraikannya. Dan ia tidak mau kehilangan wanita yang akhir-akhir ini telah mengisi hatinya tanpa ia sadari.Ponsel Verrel berdering cukup keras, ia merogoh sakunya dan mengangkat teleponnya."Benar, berita yang ku dengar akhir-akhir ini
Verrel akhirnya terpaksa menyetujui kesepakatan dengan Hellen. Entah ada yang ada dalam pikiran Angela, kenapa memintanya melakukan kesepakatan konyol itu.Hellen tampak tersenyum puas, ia sudah tidak sabar lagi menjadi istri Verrel."Aku tahu pada akhirnya kau akan menyetujui kesepakatan ini," kata Hellen bergelayut manja di tangan Verrel.Kalau bukan karena Angela tidak mengancam akan menceraikannya, ia tidak akan mau menikahi Hellen."Kapan kita akan menikah, sayang?" tanya Hellen."Secepatnya," jawab Verrel dingin."Kalau begitu, tinggallah di apartemenku ini semalam saja menemaniku," pinta Hellen."Tidak bisa, aku memiliki banyak pekerjaan yang harus aku urus," kata Verrel. Ia melepaskan tangan Hellen."Bukankah, orang-orangmu bisa melakukannya?" bujuk Hellen."Bagaimana jika berhadapan dengan papaku? Apa orang-orangku bisa menghadapinya?" tanya Verrel.Hellen terdiam. Memang calon mertuanya yang bernam
"Kau sudah pulang?" tanya Angela. Verrel tampak kelelahan, wajahnya lesu. Hari ini sangat melelahkan baginya.Verrel diam, ia melangkah melewati Angela menaiki anak tangga menuju ke kamarnya. Angela bangkit dari sofa mematikan TV nya.Ia menengok di depan pintu kamar, Verrel sedang merebahkan dirinya di atas ranjang. Tampaknya ia benar-benar lelah. Angela memberanikan diri masuk.Melihat Angela masuk, Verrel langsung mengambil sikap duduk."Apa semua baik-baik saja?" tanya Angela.Verrel mendongak melihat ke arah Angela. Bagaimana ia bisa mengatakan dirinya baik-baik saja, setelah apa yang di perbuatnya."Seperti yang kau lihat, apa aku terlihat baik-baik saja," kata Verrel dengan suara berat.Ia bangkit dari ranjang lalu mengambil tas kerjanya. Dari dalam tas itu ia mengeluarkan sebuah map."Ini kan, yang kamu inginkan?" tanya Verrel sembari menyodorkan map itu pada Angela."Aku sudah menandatanganinya, ting
Berita pernikahan Verrel dengan Hellen sudah tercium Netizen. Seperti biasa setiap hari mereka koar-koar lewat sosial media memberitakan berita menghebohkan itu. Mereka ada yang berkomentar kasihan dengan istri pertama Verrel yaitu Angela.Hellen mendapat serangan sebagai wanita perebut suami orang. Tapi agaknya Hellen juga tidak tinggal diam, ia melayangkan beberapa foto selama pacaran dengan Verrel. Ada beberapa pihak yang balik berpendapat jika pernikahannya dengan Angela karena perjodohan.Mendengar berita itu Tuan Burhan menjadi gerah. Ia ingin Verrel dan Angela mengklarifikasi semua berita miring itu. Tapi bagaimana cara mengklarifikasi, jika Verrel di kabarkan menghamili Hellen. Situasi makin rumit. Tidak ada yang menguntungkan untuk keluarga Burhan.Verrel mencoba menelepon Angela, ia benar-benar membutuhkan dukungan wanita itu, meskipun Angela telah mengeruk delapan puluh persen kekayaannya."Untuk apa lagi kau meneleponku," jawab Angela.