Share

Siapa Wanita Itu?

"Bukan begitu, aku tidak cerita karena saat itu kau masih belum sepenuhnya pulih," ucap Verrel.

Angela tidak jadi marah setelah mendengar perkataan dari Verrel.  "Lalu apa yang terjadi dengan Hellen?" tanya Angela kemudian.

"Sepertinya ia mengalami keguguran, tapi kupikir memang dia sengaja membuat anak itu mati. Aku sangat mengenalnya, ia tidak pernah menyukai anak-anak," terang Verrel.

"Kasihan dia, mau bagaimana lagi. Dia menuai dengan apa yang di tanam," kata Angela.

"Benar, untung saja aku tidak jadi menikah dengannya," ujar Verrel lirih.

"Dan aku sangat beruntung di jodohkan denganmu." Verrel mengecup punggung tangan Angela. Buru-buru Angela menariknya.

"Lihatlah, banyak pelayan di sini ... apa kamu tidak malu?" bisik Angela.

"Kenapa harus malu, kau istriku," kata Verrel.

"Iya, aku tahu. Tapi jangan terlalu vulgar pamer kemesraan di depan banyak orang. Kasihan kan, mereka yang belum punya pasangan," jelas Angela.

"Ya, sudah. Atau kita kembali ke kamar untuk meneruskannya," goda Verrel.

"Verreel, dah ah. Kamu pasti bicaranya langsung ke arah itu," ucap Angela mendengus kesal.

Para tukang kebun hanya senyum-senyum melihat tingkah Tuan dan Nyonyanya. Mereka turut senang melihat kedua pasangan itu berbahagia dan terlihat saling mencintai.

"Lihatlah, dunia serasa milik mereka  berdua, kita seperti mengontrak di sini," kata salah satu di antara mereka senyum-senyum sendiri.

"Begitulah kalau lagi jatuh cinta, dulu pas muda aku juga seperti itu. Sayang, istriku telah meninggal," kata temannya.

"Sudahlah, jangan sedih. Bukankah anakmu sudah besar, kau bisa menikah lagi. Biar ada yang merawatmu."

"Siapa yang mau merawat pria miskin sepertiku, wanita jaman sekarang sukanya hanya pada uang," katanya lirih.

"Benar, susah sekali menemukan wanita yang menerima apa adanya. Tuan Verrel sangat beruntung, Nona Angela adalah tipikal wanita yang tidak materialistis. Ia justru mendukung usaha suaminya." 

Mereka memangkasi rumput sembari bercakap-cakap hingga tidak tahu Angela dan Verrel sudah tidak lagi berada di sana.

Angela sudah berjalan menuju kamarnya, ia berniat untuk membersihkan tubuhnya. Tapi bukan Verrel namanya jika tidak jahil. 

"Sayang, aku bantu menggosok punggungmu," tawar Verrel. 

"Tidak usah, aku bisa mandi sendiri," tolak Angela.

"Tapi aku takut kamu terpeleset," kata Verrel.

Angela cemberut. “Bicaralah yang baik, karena perkataanmu itu adalah doa."

"Ya sudah, kalau begitu aku bantu ya," kata Verrel nekat. Ia tetap saja masuk ke dalam kamar mandi meskipun Angela menolak.

"Kenapa kau berdiam diri saja seperti patung?" tanya Verrel.

"Bagaimana aku mau mandi, jika ada kamu di sini," kata Angela.

Verrel mendekat ke arah Angela. Ia membantu wanita itu membuka bajunya. Angela menutup matanya ia merasa malu sekali. Setelah tubuh Angela polos, Verrel menghidupkan kran showernya. Guyuran air shower yang seperti gerimis hujan menyentuh lembut kulit Angela. Perlahan-lahan Verrel mulai membantu menggosok punggung Angela memakai sabun. 

Angela menahan rasa risihnya, tiap sentuhan Verrel membuat kulitnya seperti tersengat listrik. Apalagi tangan Verrel tiba-tiba memutar ke depan memainkan puncak bukit kembarnya.

Meskipun tangan Verrel licin tetapi dapat menimbulkan sentuhan yang khas. Angela memejamkan matanya di bawah guyuran air shower. Ia menikmati setiap sentuhan dari Verrel. Seakan mimpi di bawa ke

langit ke tujuh. 

Tapi, tiba-tiba Verrel mematikan kran showernya dan membalut tubuh Angela dengan bathrobe. Angela menjadi agak kecewa karena Verrel menghentikan sentuhannya. Entah kenapa Angela merasa Verrel hanya mempermainkan perasaannya.

Verrel membopong Angela hingga keluar dari kamar mandi. Ia mendudukkannya di pinggiran ranjang.

"Maaf, sayang. Aku terpaksa menghentikannya. Karena aku takut akan melukai bayi kita," terang Verrel.

"Ya, sudah tidak apa-apa," jawab Angela pelan.

Verrel tahu sepertinya Angela kecewa. Tapi ia juga tidak ingin terlalu menuruti hasratnya. Bisa-bisa bayi dalam kandungan Angela yang lemah.

"Besok, akan ku suruh seorang dokter ahli kandungan ke sini. Kita harus cek, kandunganmu kuat atau tidak jika melakukan itu," ucap Verrel.

Ia mengecup kening istrinya. "Sekarang ganti bajumu dengan baju yang hangat, lalu tidurlah," pesan Verrel.

"Kau mau kemana?" tanya Angela.

"Tidak kemana-mana, aku hanya ingin menelepon sekretarisku. Menanyakan apakah pekerjaannya sudah selesai?" 

"Oh, ya sudah." Angela membiarkan Verrel keluar untuk menelepon sekretarisnya. Sementara Verrel menghubungi kantornya.

"Bagaimana? Apa sudah kau urus semuanya?" tanya Verrel.

"Sudah, Bos. Yohan sudah mendekam di penjara, kemungkinan jika tak ada yang menjamin kebebasannya. Maka selamanya ia akan di penjara."

"Bagus, awasi terus. Dan laporkan padaku tentang perkembangannya. Dan satu hal lagi, tolong carikan sekretaris baru untukku. Angela sedang hamil, ia tidak boleh kerja yang melelahkan," ucap Verrel.

"Baik, Bos. Besok akan saya kirim orangnya secepatnya," kata bawahannya itu.

"Ya sudah, aku tutup teleponnya," ucap Verrel.

Verrel kemudian kembali ke kamarnya, ia melihat Angela sudah tertidur pulas. Verrel mengusap rambut istrinya dengan lembut. Ia merasa kasihan melihat wajah lelah Angela. Apalagi jika mengingat penculikan saat itu, menyisakan luka di hati Verrel. 

Verrel tak sengaja melihat lengan Angela yang putih tergores kaca waktu usaha penyelamatan dirinya. Memang luka itu sudah mengering, tetapi Verrel masih merasa tersayat. Ia seperti ikut merasakan perihnya.

Ia lalu mencium lengan yang terluka itu penuh kasih sayang sembari menutupinya dengan selimut. 

Verrel tidak bisa tidur, karena ia harus menyelesaikan pekerjaannya yang tertunda. Pekerjaannya menumpuk sejak ia mengurus masalah penculikan Angela hingga saat Angela di rawat di rumah sakit. Memang ada beberapa yang sudah di kerjakan asistennya tetapi ada pekerjaan yang tidak bisa di gantikan oleh karyawan lainnya. 

Oleh karena itu, mumpung Angela tertidur, Verrel kembali ke ruang kerjanya. Ia naik ke lantai atas, karena di sana semua arsip dan berkas kiriman dari anak buahnya di letakkan di ruang kerja yang ada di lantai atas.

Verrel sudah meninggalkan pesan untuk Angela. Bahwa ia sedang bekerja di ruang atas. Melarangnya untuk naik, karena takut jika naik turun akan berbahaya bagi kandungan Angela.

Angela menggeliat, ia meraba permukaan seprei di sampingnya. Tak ada siapa pun di sana. Ia dengan malas beringsut turun dari ranjangnya. Matanya tanpa sadar melihat secarik kertas yang tergeletak di atas meja riasnya. Angela tersenyum, setidaknya Verrel sudah meninggalkan pesan untuknya hadi ia tidak perlu naik ke atas.

Angela menyisir rambutnya yang acak-acakan, lalu mengikatnya jadi satu. Ia bermaksud untuk ke dapur mencari makanan. Hamil muda membuatnya mudah kelaparan. 

"Nyonya, mau makan sekarang? Biar saya siapkan," kata seorang asisten rumah tangganya yang baru.

"Kamu baru di sini? tanya Angela.

"Iya, Tuan Verrel sengaja menambah jumlah asisten rumah tangga untuk melayani Nyonya," terangnya.

"Oh, ya siapa namamu?" tanya Angela.

"Panggil saja Bik Mirna," ucap Mirna.

"Angela, tolong iriskan buah yang asam-asam untukku," pinta Angela.

"Baik, Nyonya," ucap Bik Mirna.

Saat Angela keluar dari dapur ia melihat seorang wanita cantik memakai baju kantor naik ke tangga menuju ke ruang kerja Verrel. Wanita itu langsung masuk, lalu pintunya di tutup rapat. Angela sampai melongo melihat kejadian itu.

---Bersambung---

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Fitriyani Puji
welah siapa itu ulet bulu yang baru datang ini kok ngak ada gratis baca tiap 2jm ya jadi gemes
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status