Seorang pria mendatangi Chika mereka tengah berbicara di trotoar. Lelaki paruh baya itu tengah mengancam Chika akan membawanya ke rumah hiburan lagi jika tidak mau memberikan sejumlah uang yang di inginkannya. Saat tangan Chika merogoh tas kecilnya hendak mengambil uang tunai di dalam dompet tiba-tiba Saga datang dengan mobilnya.
Perhatian keduanya teralihkan dengan kedatangan Saga yang menghampiri Chika. "Siapa orang ini?" tanya Saga.
"Dia ... dia ayah angkatku," jawab Chika sedikit gugup.
"Iya, aku ayah angkatnya. Kau siapa? Di lihat dari mobilmu sepertinya kau anak orang kaya," kata pria paruh baya itu melihat Saga dari atas hingga ke bawah.
Saga merasa ayah angkatnya bukan pria baik-baik. "Ada keperluan apa, Anda menemui Chika?" tanya Saga penuh selidik.
"Biasalah, aku meminta uang padanya. Sudah lama ia tidak meneleponku. Bahkan tidak pernah bilang jika ia tinggal di apartemen semewah ini," kata ayah angkat Chika.
"Kalau boleh tah
Saga menyerahkan pembalut pada Chika, wanita itu tidak menyangka seorang Saga mau membelikan pembalut untuknya. Ia langsung buru-buru ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya dan memakai pembalut.Chika keluar dari kamar mandi setelah melakukan ritual kewanitaannya. Saga tidak ada di kamar, hasrat lelaki itu pupus sudah ketika mengetahui Chika tengah datang bulan. Ia memilih duduk di ruang TV."Oh, kau di sini rupanya," kata Chika.Saga tersenyum melihat Chika datang, ia langsung menyambut wanuta itu dengan tangan terbuka. Chika masuk ke dalam rangkulan Saga. Lelaki itu mengecup pipi Chika dengan lembut, mereka lalu menonton TV bersama.Sesaat Saga melirik ke arah Chika, ia sebenarnya ingin menceritakan perihal hubungannya dengan Luna. Tapi, apakah Chika mau menerima keputusan Saga?"Kenapa lirik-lirik aku terus?" tanya Chika tanpa melihat ke arah Saga."Ada yang ingin aku bicarakan sebenarnya," kata Saga.
Seharian bersama Luna, wajah Saga terlihat kurang bahagia. Ia berjalan gontai memasuki rumahnya. Lalu masuk ke kamarnya dan langsung merebahkan diri. Ia sudah lelah berjalan tidak sesuai kata hatinya. Bagaimanapun ia tidak bisa berpura-pura mencintai Luna. Dulu memang ia pernah menyukai wanita itu tapi entah kenapa lambat laun perasaan itu pudar dengan sendirinya semenjak Luna memutuskan untuk meninggalkannya saat itu.Viona melongok di pintu kamar Saga yang sedikit terbuka. Ia menyipitkan matanya mengintip apa yang di lakukan Saga. 'Aneh, kenapa dia tampak murung seperti itu?' batin Viona.Viona tidak ingin saudara kembarnya terlihat murung. Ia mencari sesuatu di tempat penyimpanan mainannya dulu waktu kecil. Viona tersenyum nakal, akhirnya ia menemukan ide untuk menggoda Saga.Gadis itu mengendap-endap mengintip lagi di balik pintu kamarnya Saga. Ia membuka pintunya perlahan lalu dengan cepat ia melemparkan sesuatu dari tangannya."Ular!""
Setelah berhasil mengerjai Saga, Viona menemui papanya. Ia tidak ingin melihat saudara kembarnya murung terus. Viona mampir ke perusahaan papanya. Baru sampai di lobi, Viona melihat seorang laki-laki yang amat di kenalnya. Siapa lagi kalau bukan Devan. Beberapa hari tidak bertemu, Viona melihat ada perbedaan sedikit. Tapi ia bingung apa perbedaannya. Yang tidak berbeda adalah kekasihnya yang selalu menempel di lengan Devan."Hai, kamu temannya Devan yang waktu itu di pesta reuni kan?" sapa Isabel. Devan melihat tajam ke arah Viona, ada sedikit rasa rindu yang terlihat di matanya. Namun Isabel segera menarik lengan Devan lebih erat. Ia tidak ingin Devan berpaling darinya."Iya, maaf aku masih ada perlu di dalam," kata Viona menyisih dari mereka."Hei, tidak sembarang orang bisa ketemu dengan presdir. Aku ke sini karena pihak agensi modelku mengajak kerja sama perusahaan ini," terang Isabel.Viona tersenyum mendengar perkataan Isabel, ia tidak tahu jika pre
Sepulang dari kerja Verrel tampak lesu, sebagai seorang papa ia merasa tidak bisa membahagiakan putranya. Verrel teringat dengan keinginan Viona jika ingin dirinya menggagalkan pertunangan Saga dengan Luna. Alih-alih menggagalkan, justru sekarang nasib Saga semakin pelik. Ia akan menikah dengan Luna.Angela menyambut kedatangan Verrel dengan membawakan tas kerja suaminya. Ia lalu mengikutinya dari belakang menuju kamar utama mereka. Angela merasa ada yang berbeda dari suaminya. Wajah Verrel tidak terlihat bahagia.Verrel mengambil nafas berat kemudian duduk di pinggiran ranjang. Angela tengah mengambilkan pakaian ganti untuk suaminya di lemari. "Mandi dulu, biar segar," kata Angela tanpa menoleh pada Verrel. Karena ia masih sibuk memilih kaos yang cocok untuk Verrel.Angela lalu berbalik dan memberikan handuk bersih pada Verrel. Lelaki itu bangkit dari duduknya berjalan gontai masuk ke kamar mandi. Angela tahu jika Verrel sedang ada masalah berat. Tapi, ia
Sentuhan Devan tidak hanya berhenti di situ saja, ia menciumi leher jenjang Viona kemudian pandangannya tertuju pada leher rendah yang menyembunyikan kedua gundukan Viona.Devan membopong tubuh Viona kemudian ia duduk di sofa dengan posisi Viona di pangkuannya. Mereka masih saling melumat satu sama lain. Entah mengapa Viona sudah tidak bisa berpikir lagi, sentuhan dari Devan sudah membuatnya ikut menggila.Viona baru tersadar jika dirinya terlampau jauh, ia segera mendorong tubuh Devan. Laki-laki itu kaget merasa di tolak oleh Viona. "Kenapa kau menghentikannya?" tanya Devan."Karena aku ingin berhenti," jawab Viona beranjak dari pangkuan Devan."Katakan apa alasannya?" tanya Devan menarik dagu Viona mendekatkan bibirnya di bibir Viona seakan mau menciumnya lagi."Hubungan kita tidak jelas, kau kekasihnya Isabel, tapi kau bermain cinta denganku. Bagiku sungguh ironi," jelas Viona."Tapi, aku mencintaimu. Bahkan sejak dulu k
Pernikahan Saga dan Luna di beritakan di sosial media mana pun. Acara di gelar sangat meriah. Luna tampak memakai gaun pengantin berwarna broken white dengan detail brokat yang menunjukkan lekuk tubuhnya. Punggungnya lebih terbuka sementara gaunnya mekar sebatas atas betis dengan ekor tipis memanjang ke belakang menyentuh lantai. Wajahnya kelihatan berseri-seri karena ambisinya untuk menikah dengan Saga tercapai juga.Chika menyaksikan pernikahan megah itu di layar tv, sambil menangis terisak-isak. Ia sadar akan status dirinya yang bukan siapa-siapa bagi Saga. Ia hanya bisa mengelus perutnya, satu-satunya kenangan yang ia dapat dari Saga tanpa di ketahui lelaki itu.Chika sengaja memilih apartemen yang jauh dari kota untuk menghindari pertemuan dengan Saga. Ia tidak ingin laki-laki itu tahu dirinya hamil, Chika takut jika Saga akan merebut bayinya kelak. Hanya bayi dalam perutnya yang menjadi alasan Chika tetap bersemangat menjalani hari-harinya. Ia juga bekerja
Seorang anak kecil berusia lima tahun berlari-lari kecil sedang membawa es krim. Ia menabrak seorang wanita yang tengah membuka pintu mobilnya."Maaf." Wajah bocah lelaki tampan itu sedikit ketakutan tatkala es krimnya tumpah di lengan baju wanita cantik itu.Chika berlari mendekati putranya, ia sedikit cemas jika putranya mendapatkan amarah dari orang lain."Maaf, tolong maafkan putraku ... dia tidak sengaja melakukannya," kata Chika membungkukkan badannya. Frans nama bocah itu langsung bersembunyi di belakang mamanya. Ia mengintip sedikit di balik punggung Chika.Clara tersenyum, ia mendekat ke arah anak kecil itu lalu meraih tangan mungilnya sambil berjongkok dan tersenyum. "Tante tidak marah sayang, kamu tampan sekali. Siapa namamu?" tanya Clara."Francois, panggil saja Frans," jawab Frans lirih. Chika melihat Clara mencoba meraih tangan putranya."Maaf, Nyonya kami masih ada perlu lainnya. Sekali lagi, maaf atas ketidakn
Clara masih teringat pertemuannya dengan Chika. Rasa bersalah itu kembali menghantui dirinya. Mungkinkah itu yang di rasakan Amber dulu ketika mencari dirinya. Saat itu ia sempat membenci Amber karena merasa di buang. Di saat hatinya sudah luluh semuanya sudah terlambat. Amber tak sengaja mengalami kecelakaan lalu lintas hingga sampai meregang nyawa di rumah sakit.Clara mendapatkan hak waris atas semua kekayaan yang di hasilkan Amber. Namun, bagi Clara kekayaan itu tidak penting baginya sekarang. Ia kesepian, butuh cinta. Rasa rindu untuk bertemu putrinya melebihi apapun. Untung saja Mark selalu setia mendampinginya.Waktu terus bergulir, tak terasa banyak waktu yang terlewati. Melihat anak kecil kemarin membuatnya bersemangat ingin mencari tahu keberadaan mereka. Saat Clara di sibukkan dengan lamunannya, ia tidak menyadari jika Mark sudah ada di belakangnya."Sayang," sapanya. Clara tertegun, ia menoleh ke belakang."Eh, sejak kapan pulang? Bikin