Saga mendapat telepon dari bawahannya yang mengabarkan jika Diandra pergi dari rumahnya dengan menyeret koper. Mendengar kabar itu, membuat Saga berpikir jika Diandra di usir dari rumahnya. Satu sisi ia merasa senang, namun di sisi lain ia juga merasa sedih lantara Diandra harus mengalami hal yang tak menyenangkan seperti itu.“Akan ku pastikan mereka merasakan apa yang kamu rasakan sekarang,”ujar Saga. Tangannya mengepal menahan amarah.“Jadi apa yang mau lo lakuin sekarang?” tanya Kevin.“Gue harus tetap pura-pura bodoh. Jangan sampai Diandra tau kalau selama ini gue selalu mata-matain dia. Gue gak mau Diandra merasa terganggu terus ngejauhin gue. Tapi mulai sekarang lo udah bebas, lo gak peru sembunyi lagi dari Diandra. Kalau suatu saat lo ketemu sama dia dan dia nanyain soal Rania, lo cukup bilang kalau Rania udah meninggal. Biarin gue sendiri yang jelasin soal hubungan gue sama Rania nantinya,” terang Saga.“Ga, gue rasa lo musti periksa kejiwaan, deh. Lo itu udah lebih dari cint
Hari demi hari telah berlalu, kini Reza dan Diandra telah resmi bercerai. Reza bahkan sudah mulai mempersiapkan pernikahannya bersama Clara. Setelah perceraiannya bersama Diandra, Reza tak pernah lagi bertemu dengan Diandra meski hanya sekali. Ia bahkan tak mengetahui kehidupan Diandra saat ini. Kini dunianya hanya dipenuhi oleh Clara.“Sayang, besok baju pengantinnya jangan yang ngetat ya. Kasihan anak kita kalau kamu harus pakai korset atau apapun. Lebih baik pakai gaun aja ya, jangan pakai kebaya,” pinta Reza pada Clara.“Gak mau ah, nanti aku gak cantik kalau pakainya yang besar-besar. Lagian cuman sehari doang, masa gak boleh sih? Kalau kamu mau aku pakai gaun, mendingan sekalian aja kita nikahnya di hotel mewah, Mas. Aku yakin, kalau kita nikahnya mewah, Diandra pasti bakalan cemburu,” ujar Clara.“Tapikan uangku gak sebanyak itu sayang, kita juga kan harus nabung buat biaya persalinan kamu nanti.”Sejak berpisah dengan Diandra, kondisi keuangan Reza memang sedikit menurun. Seb
Jika Reza tengah disibukkan dengan pernikahannya, lain halnya dengan Diandra yang kini tengah merintis usaha barunya. Diandra kini sudah resmi membuka toko kue dengan memanfaatkan gerai yang menyatu langsung dengan rumahnya. Dengan bantuan Sumi dan Arkan sebagai juri untuk menilai, Diandra kini sudah bisa membuat berbagai macam kue untuk dijual.“Kan, kamu kalau mau berangkat kerja, pergi aja gak apa-apa. Aku juga udah selesai, kok. Tinggal siapin kue terakhir aja,” ujar Diandra.“Gak apa-apa. Lagipula, masih terlalu pagi buat aku berangkat kerja sekarang,” balas Arkan.Namun, tiba-tiba ponsel Arkan berdering menandakan adanya panggilan masuk. Rupanya rekan satu kantornya yang menghubungi Arkan. Arkan dipinta untuk berangkat lebih awal guna menyelesaikan pekerjaannya yang kemarin belum selesai karena akan dipinta pagi itu oleh atasannya.“Hehe, maaf, Di. Aku ditelepon sama teman. Nanti pulangnya aku bantuin lagi ya. Jangan marah, abang bekerja untuk kita,” gurau Arkan.“Iya, Aban
Toko kue Diandra hari ini begitu ramai, para pembeli tengah mencicipi kue coklat pertama yang Diandra suguhkan. Promosi yang Diandra suguhkan itu sukses menarik perhatian para pembeli. Mereka sangat antusias, bahkan tak segan-segan memesan kue untuk esok hari agar tak kehabisan. Melihat reaksi para pembeli yang begitu menyukai kue buatannya, membuat Diandra semakin semangat untuk terus belajar membuat kue dengan varian lain lagi.“Toko rame banget, Di? Kira-kira aku kebagian kue coklatnya enggak ya?” ucap Arkan yang baru pulang kerja.“Eh, kamu, Ar? Tenang, kue buat kam sudah aku simpan di dalam. Sama buat Ibu-Bapak juga, ya. Awas kalau dihabisin sendiri!” ancam Diandra.“Iya, iya, bawel banget sih. Jadi makin sayang,” canda Arkan.“Tapi sayang, aku makin mual dengarnya,” balas Diandra.Saat mereka tengah asyik bercanda, tiba-tiba sebuah mobil mewah berhenti di depan toko kue milik Diandra, membuat semua pengunjung penasaran dengan pemilik mobil tersebut. Termasuk Diandra dan Arkan y
“Rania,” ucap Saga lirih. “Rania adalah mendiang istriku, Di. Rania teman kita, adalah Mama Bella,” sambungnya. Diandra sangat terkejut mendengar apa yang Saga baru saja. Diandra tak ingin mempercayainya, tapi saat ia menoleh ke arah Kevin, nyatanya Kevin pun mengangguk membetulkan ucapan Saga. Dengan suara bergetar menahan tangis, Diandra bertanya, “Jadi, maksud kamu Rania sudah meninggal?” “Iya, Rania meninggal setelah sebelumnya mengalami kecelakaan saat kami dalam perjalanan menuju rumah sakit. Rania kehabisan banyak darah, dia meninggal begitu Bella lahir,” tutur Saga menunduk. Rasa bersalah kembali menyelimutinya. Setetes air mata berhasil lolos. “Maafin kita, Di. Kita gak ngabarin soal Rania, karena dia yang minta. Waktu Rania nikah dengan Saga, Rania meminta kita buat gak kasih tau ke kamu. Dan saat dia meninggal, kita semua gak ada yang punya nomor kamu,” timpal Kevin. Diandra masih shock mendengar kabar itu. Dengan tatapan kosong, ia bertanya, “Jadi, selama bertahun-t
"Dian ... Diandra! Cepat ambilkan sepatuku! Dasar Istri gak becus!" Reza terus memarahi istrinya yang yang masih sibuk membereskan sisa sarapan mereka."Sebentar, Mas. Dian baru selesai beresin meja makan. Sepatunya kan sudah Dian siapkan di rak depan. Jadi, Mas Reza tinggal pakai saja, kaos kaki juga sudah ada di dalamnya." terang Diandra."Kamu kan tahu saya duduk di sini. Ya Kamu ambilkan lah sepatu itu ke sini. Gimana sih jadi Istri kok malas-malasan," gerutu Reza."Tapi kan lantai ini sudah Dian pel, Mas. Nanti kotor lagi kalau Mas Reza pakainya di sini." Meski suaminya sudah marah-marah, namun Diandra tetap menghadapinya dengan sabar."Kalau kotor kan tinggal di pel lagi gimana sih! Dasar Istri nggak guna!" Reza berjalan keluar dengan menghentakkan kakinya. Ia bahkan sempat mendorong Dian hingga istrinya terjatuh dan meringis kesakitan.Begitulah keseharian Diandra dan suaminya, selalu terlibat percekcokan meski hanya dalam masalah ringan. Meski begitu, Diandra tak pernah sekali
Saat malam tiba, Diandra tak kunjung bisa memejamkan matanya. Ia terus berjalan mondar-mandir menunggu kepulangan suaminya. Ini merupakan kesekian kalinya Reza pulang terlambat. Setiap kali ditanya, Reza selalu menjawab lembur karena pekerjaan."Mas Reza kemana ya? Kok udah malam belum pulang juga? Apa jangan-jangan terjadi sesuatu sama Mas Reza? Atau lembur lagi?" ucap Diandra.Berkali-kali ia menghubungi suaminya, akan tetapi nomornya tidak aktif. Tentu saja hal itu membuat Diandra semakin gelisah.Hingga tepat pukul 10.00 malam, deru mesin mobil suaminya terdengar di garasi. Dengan tergesa-gesa Diandra berlari menyambut suaminya."Mas, kok tumben baru pulang? Mas Reza lembur lagi?" tanya Diandra."Hem. Gak usah banyak tanya! Sekarang siapin air hangat, aku mau mandi!" ucap Reza dingin.Tanpa menjawab lagi, Diandra dengan cekatan menyiapkan air dan baju tidur untuk suaminya."Mas, airnya sudah Dian siapin. Bajunya juga ada di kasur. Makan malamnya biar Dian panasin dulu ya," ucap Dia
Diandra terus memandangi baju suaminya dengan air mata yang mulai mengalir. Ingatannya Kembali berputar pada kejadian pagi tadi, dimana suaminya salah menyebut namanya“Apa mungkin Mas Reza tadi bukan salah panggil, tapi memang itu nama Wanita lain yang selama ini menemaninya?”monolog Diandra.Ia pun sadar, jika sejak setahun belakangan suaminya mulai jarang menyentuhnya. Bahkan Reza mulai jarang pulang dan beralasan jika ia menginap di kantor karena banyak kerjaan.Tak ingin berburuk sangka, akhirnya Diandra memutuskan akan menyelidiki kegiatan suaminya akhir-akhir ini secara diam-diam. Ia tak ingin hal yang selama ini menjadi momok menakutkan baginya benar-benar terjadi.“Ya ampun, mikir apaan sih aku ini? Semoga semua itu gak benar. Aku bisa tahan denngan makianmu, Mas. Tapi tidak dengan pengkhianatan kamu, Mas!" ujar Diandra.“Lebih baik sekarang aku selesaikan tugas rumah dulu, kalau sudah aku mau belanja. Daripada mikirin yang bukan-bukan. Soal baju, aku bisa tanyakan nanti kal