Race dan beberapa ksatria kerajaan melawan mahluk-mahluk aneh yang tiba-tiba menyerbu base camp. Winter bahkan juga ikut turut serta dalam melawan mahluk-mahluk itu. Akhirnya setelah hampir berjam-jam melakukan perlawanan, akhirnya mahluk-mahluk itu kalah dan lenyap dengan sendirinya. Situasi di base camp benar-benar tidak terkendali. Tanah di base camp banyak berlubang, beberapa ruby dan batu pengasih berserakan begitu saja. Race menghela napas berat lalu kemudian mengerang frustasi melihat kondisi base camp."Bagaimana bisa makhluk seperti itu muncul? Siapa yang mengutus mereka untuk menjarah disini?" ujar Race bertanya-tanya sendiri."Race!" panggilan Winter itu membuat Race menoleh dan melihat ke arah Winter yang sekarang sedang berlari ke arahnya."Race, kau baik-baik saja?" tanya Winter sembari memperhatikan sepupunya itu dari atas hingga bawah."Aku, baik-baik saja, Winter. Kau, sendiri?" tanya Race yang juga memperhatikan Winter dari atas hingga bawah juga."Aku, tidak apa-apa
Ivy terus mencoba melawan para mahluk aneh yang sedikit mirip babi hutan tapi juga seperti banteng. Ukurannya tidak terlalu besar hanya saja jumlahnya cukup banyak. Ivy terus menggunakan sihir yang dia miliki untuk melawan mahluk itu. Sedangkan Race dan Winter mengikuti ucapan Ivy untuk mengungsikan semua pengawal yang ada di base camp itu. Setelah merasa semua pengawal sudah aman, Winter lalu berlari masuk ke dalam basecamp lagi. Race mengikuti Winter lalu kemudian menahan tangan Winter supaya tidak masuk ke dalam."Biar aku saja, Winter."Winter melihat ke arah Race lalu kemudian menepis tangan sepupunya itu kasar."Bukan saatnya berdebat aku boleh masuk atau tidak. Ivy ada di dalam, dia perempuan dan sedang melawan mahluk-mahluk aneh yang bahkan jumlahnya saja sangat banyak."Setelah bicara seperti itu Winter lalu berlari masuk ke dalam basecamp, dia menuju lapangan latihan tanpa berlama-lama lagi berdebat dengan Race. Sedangkan Race sendiri berdecak kesal lalu kemudian ikut berlar
"Kenapa, kau keluar? Kondisimu masih seperti ini," ucap Race membantu Ivy untuk berdiri dengan tegak.Ivy melihat ke arah Race lalu kemudian memegangi tangan Race supaya dirinya tidak jatuh."Maaf, Race," lirihnya."Iya, kau memang bersalah. Untuk apa kau datang ke basecamp dan membantu kami melawan mahluk-mahluk itu? Aku dan Winter saja sudah bisa melawan mereka semua," ucap Race sembari menatap Ivy lekat."Aku, tidak mau melihatmu dan Winter terluka. Kau lupa, selain keturunan penyihir aku juga peramal terakhir di utara?" ujar Ivy dengan suara pelan.Winter semakin terkejut dengan ucapan Ivy, Winter ternganga dan menatap Ivy dengan wajah tidak percaya sekarang. Winter lalu melihat ke arah Race seakan minta penjelasan. Race sendiri menganggukkan kepalanya pelan."Kalian tidak sedang berbohong padaku, 'kan?" tanya Winter akhirnya mengeluarkan suaranya."Tidak, Winter aku memang keturunan penyihir dan peramal. Aku, diadopsi keluarga Marionet setelah orang tua dan kerabatku meninggal. M
Ivy baru saja selesai diperiksa oleh ahli kesehatan. Race terus menemani Ivy yang sedang meminum obatnya lagi."Jika kondisinya tidak kunjung membaik, sepertinya kita harus mencari alternatif lain, Tuan muda Race," ucap ahli kesehatan itu pada Race."Alternatif lain apa? Apakah kondisi Ivy separah itu?" tanya Race yang mendadak kembali khawatir pada Ivy."Tubuh Nyonya muda Ivy ternyata begitu lemah, sangat terlihat jelas dari denyut nadinya. Nyonya muda Ivy butuh istirahat total dan beliau bisa lekas sembuh jika disembuhkan dengan penyihir yang memiliki ilmu sihir penyembuhan."Ahli kesehatan itu menjelaskan dengan rinci pada Race, mendengar nama penyihir Ivy langsung bereaksi lalu memegang tangan Race cepat. Menyadari lagi-lagi menyentuh sang suami tanpa izin, Ivy dengan cepat lalu melepas tangan Race."Maaf," cicitnya pelan.Race hanya melihat sekilas pada Ivy, lalu kemudian melihat tangan Ivy yang melepas tangannya begitu saja."Aku, tidak butuh sihir penyembuhan. Aku, sudah baik-b
Gareta sedang membantu Ivy membersihkan badannya, Ivy sudah mulai membaik walaupun ahli kesehatan belum menemukan penyihir penyembuh untuk mengobati Ivy. Gareta sedang menggosok pelan punggung Ivy yang penuh dengan bekas luka. Gareta berhenti menggosok dan kemudian menyentuh pelan bekas luka yang ada beberapa terlihat timbul seperti keloid. Ivy bisa merasakan itu, Ivy justru tersenyum dan kemudian menjauhkan dirinya dari Gareta dan berbalik melihat pelayannya itu."Kenapa? Kau, tidak nyaman menggosok punggungku? Kau, pasti merasa geli dan itu menjijikkan ya? Sudah berhentilah, Gareta. Kau, bisa kembali ke dapur. Aku, akan mandi sendiri," ucap Ivy sembari tersenyum.Gareta melebarkan matanya terkejut dengan ucapan Ivy, kepala Gareta lalu menggeleng dengan cepat."Tidak begitu, Nyonya muda Iv. Aku, sama sekali tidak merasa jijik. Anda salah paham," ujar Gareta yang cenderung merasa kasihan pada Ivy bukannya yang lain.Ivy tersenyum lagi lalu merebut penggosok yang Gareta pegang."Sudahl
"Bagaimana bisa kau masih sehat seperti sekarang? Aku, dengar dari para pengawal di paviliun suamimu, kau terluka saat membantu Race dan putra mahkota?" tanya Tuan Marionet tanpa sedikit basa-basi menanyakan keadaan Ivy.Gareta yang berdiri di samping Ivy yang tengah meminum tehnya, melebarkan matanya terkejut. Gareta lalu melihat ke arah Ivy tanpa bisa menyembunyikan ekspresi herannya. Ivy sendiri dengan tenang justru tersenyum dan kembali meletakkan gelas yang dia pegang ke meja."Race mencarikanku ahli kesehatan terbaik disini, Ayah," ujar Ivy menjawab.Nyonya Liana meremas tangannya sendiri lalu menatap Ivy tajam."Kenapa dia tidak mati seperti ramalan untuk Cheris? Lalu, bagaimana dengan putriku?" batin Nyonya Liana bermonolog."Jadi, Ayah dan Ibu kesini untuk apa?" tanya Ivy kemudian."Untuk mengunjungimu tentu saja, sejak kau menikah tidak sekalipun kau menemui kami di barat. Kau, sudah melupakan kami, Ivy?" ucap Nyonya Liana dengan ramahnya sangat berbeda dengan isi hatinya sa
Ivy sedang melihat keluar jendela saat Gareta masuk dengan membawakan nampan berisi makan siang Ivy."Nyonya muda Iv, makan siang anda sudah siap.""Aku, belum ingin makan, Gareta.""Tapi, Nyonya muda harus makan. Sebentar lagi ahli kesehatan datang dengan penyihir penyembuh yang sudah ditemukan."Ivy menautkan alisnya bingung mendengar ucapan Gareta, Ivy berbalik dan melihat ke arah Gareta."Untuk apa? Aku, sudah sembuh.""Itu menurut anda, Nyonya muda Iv. Menurut Tuan muda Race tidak seperti itu," ujar Gareta yang kemudian meletakan nampan yang dia pegang di atas meja."Race? Dia, disini?" tanya Ivy lagi."Tidak, Nyonya muda. Aku, dengar dia pergi ke barat," jawab Gareta yang mulai sibuk menata makanan di atas meja."Untuk apa?"Ivy berjalan mendekat pada Gareta dan membuat Gareta melihat ke arah Ivy sekarang."Sepertinya untuk membahas pengiriman batu ruby. Aku, dengar dari Miranda. Kedua orang tua Nyonya muda membantu bisnis orang tua Tuan muda Race untuk penjualan batu ruby di ti
"Tumben sekali kau mendatangi paviliun ini, Miranda? Bukankah Tuan muda Race sedang ada di barat sekarang?" tanya Selina yang sedang menyiapkan makan malam untuk Ivy."Aku, sengaja kesini. Aku, memiliki banyak waktu luang setelah pindah ke paviliun bungalo. Tuan muda Race hanya memberiku pekerjaan untuk mengurus semua kebutuhannya saja, tidak ada yang lain," terang Miranda lalu mengambil potongan buah yang seharusnya untuk Ivy."Hei! Itu untuk Nyonya muda Ivy," teriak Gareta yang terkejut dengan tingkah Miranda yang tidak sopan.Miranda melihat sekilas ke arah piring yang berisi potongan buah itu."Biarkan saja, bukankah nanti kau bisa memotongkan lagi.""Ck,,,tetap saja itu tidak sopan!"Gareta terlihat kesal dengan kelakuan Miranda, baginya rekan kerjanya itu sangat keterlaluan karena bersikap seperti. Bagaimanapun dekatnya dia dengan Race, seharusnya Miranda juga tetap harus menghormati Ivy sebagai istri dari Race. Gareta lalu membawa piring buah itu pergi dari hadapan Miranda. Ked