Share

Bab 5

Semua orang yang melihat itu pun saling berbisik, membuat Leo terusik dan kesal karena pasti akan tersebar kabar yang merepotkan. 

"Leo! Kenapa kau melakukan ini padaku? Aku ini kekasihmu!" bentak wanita itu.

"Tutup mulutmu, jangan bicara omong kosong," jawab Leo sambil meminta orang-orangnya untuk turun tangan. "Bawa dia pergi dari sini."

"Baik tuan."

Wanita itu pun meronta, memohon agar Leo mau mendengarkannya. "Leo, aku mengaku salah telah menghianatimu, maafkan aku, Leo!"

Wanita itu terus menerus meronta saat dibawa pergi oleh tim keamanan.

"Khania, kau terluka?" Astuti sangat kaget saat menghampiri Khania dan melihat ada darah di sudut bibir gadis itu. 

"Ah ini, tidak apa-apa bi," jawab Khania sambil menyentuh bagian yang luka.

"Siapa wanita itu? Keterlaluan sekali dia," ujar Astuti kesal. 

Leo pun segera menghampiri dan melihat sudut bibir Khania yang berdarah. "Kau terluka," ujar Leo hendak menyentuh wajah Khania namun ditepis oleh gadis itu. 

"Ini akibat dari perlakuanmu pada setiap wanita yang kau bawa." Khania berbicara dengan ekspresi marah. 

"Hah?"

"Sudah, sebaiknya bibi antar Khania ke kamar, lukanya harus segera diobati." Astuti pun melerai mereka dan membawa Khania pergi. 

Leo terdiam melihat Khania yang menjauh, perkataan gadis itu kembali terngiang di telinganya, seketika dia mengingat satu hal. 

"Apa benar karena itu? Kenapa dia bisa tahu?" Leo berbicara sambil menggaruk belakang kepalanya yang tak gatal.

***

Beberapa jam kemudian

Khania termenung sambil berdiri di balkon kamar, manik hitamnya memandang taburan bintang yang terlihat begitu jelas.

Gaun tidur berwarna senada dengan rambut terurainya bersibak terkena angin malam.

Seketika Khania mengingat obrolannya dengan Icha, pelayan kecil itu menceritakan seluk beluk keluarga Leo yang merupakan keturunan asli bangsawan Eropa. 

Itulah sebabnya saat awal kedatangannya ke sini dia melihat banyak lukisan bergaya negeri matahari terbenam itu. 

Leluhur Leo adalah salah satu yang memiliki peranan penting di pemerintahan kerajaan Eropa, namun saat perang saudara terjadi, paksaan untuk meninggalkan negara itu dipilih sang kepala keluarga. 

Disaat itulah mereka sering berpindah negara dan akhirnya menetap di Indonesia. Dengan segudang harta yang dibawa, mereka pun memulai bisnis dan mengembangkannya. 

Meski sudah berpindah negara, leluhur Leo tidak menghilangkan sistem kekuasaan dari negeri asalnya sebagai bentuk penghormatan. 

Dalam sistem itu mengharuskan satu keluarga besar harus dipimpin oleh satu orang, yang akan mengurus semua hal tanpa terkecuali dan memegang penuh atas kekuasaan dalam keluarganya. 

Siapapun yang akan menjadi kepala keluarga besar haruslah sosok yang mapan dan sudah menikah, hal itu turun temurun dilakukan.

Beberapa minggu lalu ayah Leo meninggal karena penyakit yang diderita, hal itu membuat posisi penting dalam keluarganya menjadi kosong. 

Dan Leo yang merupakan ahli waris pertama, sudah seharusnya menggantikan posisi sang ayah. Namun ada satu hal yang membuatnya tidak mudah mendapatkannya. 

Leo yang dikenal sebagai pria penyendiri dan tidak tertarik pada wanita, mengundang pertentangan hingga banyak pihak dari keluarganya yang meminta agar Leo tidak menggantikan sang mendiang ayahnya.

Orang awam pun tahu hal itu tidak sebatas masalah pribadi Leo, bahkan mungkin hanya menjadi alasan bagi mereka yang menginginkan kekuasaan. 

Di sisi lain Khania merasa wajar jika banyak yang mengincar posisi Leo, posisi yang akan membuat siapapun memiliki segalanya seperti kekuasaan, kekayaan, kejayaan, dan hal lain yang bersifat duniawi. 

Dia bahkan tidak bisa membayangkan sekaya apa keluarga pria itu. "Mungkin jika publik tahu, mereka akan menjadi crazy rich Asia." gumam Khania, dia merasa heran mengingat keluarga pria itu benar-benar tidak terekspos media. 

Gadis itu kembali teringat kejadian beberapa jam lalu, yang membuatnya harus menerima rasa sakit di wajah. 

"Ini pasti belum seberapa, aku yakin hal buruk akan terus mengintaiku saat berada di keluarga ini," gumam Khania sambil menyentuh pipinya. "Untuk itulah aku harus bersiap dengan segala kemungkinan."

"Kemungkinan apa?"

Khania menoleh dan melihat Leo tengah menghampirinya. "Apa kau tidak tahu sopan santun? Masuk kamar orang sembarangan," ketusnya.

Leo mengangkat alis dan berkata, "Kau istriku, kamarmu adalah kamarku juga," jawabnya santai. 

Gadis itu tercekat. "Tapi tidak ada dalam perjanjian kalau kita harus sekamar," protesnya. 

"Memang tidak ada, aku hanya ingin saja." Leo mengangkat bahu sambil berjalan ke tempat tidur. 

BRAK! 

Pria itu menjatuhkan tubuh ke atas kasur dan berbaring, membuat Khania kesal dan menghampirinya. 

"Hei! Tidur saja di kamarmu!" hardik Khania. 

Leo menutup mata dengan punggung tangannya. "Jangan berisik, sudah beberapa hari aku susah tidur."

"Ck, bukan urusanku." Khania menjawab dan hendak pergi. "Kalau begitu biar aku saja yang keluar."

GREP! 

Langkah Khania terhenti saat Leo menggenggam tangannya. 

"Ah, panas sekali," ujar Khania saat merasakan suhu tubuh pria itu. "Kau demam?"

Leo tidak merespon, napas pria itu terlihat tidak beraturan.

"Jangan pergi, kumohon."

***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status