"Glacies!" Sebuah tembok es tebal muncul seketika di antara O dan awan kelabu. Awan kelabu itu tertahan, dan bahkan berbalik arah. Keputusan ini tepat karena serangan lawannya tidak memiliki bentuk yang pasti. Sebelumnya, O sudah mencoba untuk menghindari awan kelabu itu, tetapi ternyata tidak semudah itu. Bahkan sedikit saja debu dari semburan awan kelabu itu menyentuh tubuhnya, maka bagian tubuh yang terkena akan mengeras menjadi batu. Namun O harus segera mengambil langkah berikutnya. Sebab tembok es ini hanya bertahan selama beberapa detik saja. "Arx!" Sebuah rahang batu raksasa mencuat dari permukaan tanah dan menutup seluruh terowongan. Terowongan itu tersegel kembali. "Fyuuh!" O menghela napas lega. Jika tumpukan mayat yang dibuat Kreator bisa menyegel makhluk itu, tentu saja batu raksasa ini lebih dari cukup. "Ah, kakiku kok rasanya semakin berat!" Area yang membatu di kaki O semakin melebar. Jika dibiarkan, lama kelamaan dirinya bisa menjadi patung kerangka. ""Anda d
Cockatrice. Untuk otak yang hanya sebesar bola matanya, monster hibrida ayam-ular itu bisa meniru taktik O, bahkan dengan improvisasi. Pertama, Cockatrice itu menghilang dari pandangan O dengan merayap ke langit-langit dan memanfaatkan kolong-kolong yang ada di sana untuk bergerak. Berikutnya, Cockatrice itu memasang perangkap mematikan di persimpangan. Seandainya O gagal menghindari perangkap, Cockatrice itu sudah mempersiapkan rencana berikutnya, yaitu menyeruduknya dengan bobot badannya yang masif. Hal ini menunjukkan bahwa Cockatrice itu memiliki tingkat intelejensi yang tinggi yang setidaknya setinggi Baro Bundon. Masih menjadi sebuah misteri bagaimana Kreator bisa mengurung monster ini dalam terowongan itu, mengingat bahwa Eldritch Lich itu juga tidak punya akal yang cemerlang.Ya. O dijebak dengan taktiknya sendiri. Saat melihat Cockatrice itu meluncur seperti roket dari langit-langit yang tinggi, O berguling ke samping. Cockatrice itu menghantam lantai dengan kecepatan tinggi
Pernahkah kalian membayangkan, bagaimana rasanya seluruh indra kalian mati, tetapi kalian masih punya kesadaran? Kalian tidak bisa menggerakkan satupun otot kalian, meskipun hanya kedipan mata. Tidak bisa menghidu, melihat, merasa, dan mendengar. Namun, pikiran kalian masih terus bekerja, bahkan lebih aktif dan tajam karena kini energi untuk mengaktifkan indra kalian sudah teralihkan untuk itu.Kira-kira, begitulah yang sedang dirasakan O yang saat ini berubah menjadi sebuah patung. Sejak menjadi Lich, indra O yang berfungsi hanya penglihatan dan pendengaran. Sekarang, dua indra yang tersisa itupun hilang darinya. Dunia begitu gelap dan bisu. O tidak bisa melihat maupun mendengar apapun. ""Tuan! Tuan O!""[Memeriksa keadaan. Apakah Anda baik-baik saja?]Ehem. Ralat. O sebenarnya bisa melihat dan mendengar sesuatu, yaitu pesan dan teriakan Narator di dalam kepalanya. Pesan itu datang terus menerus tanpa henti sejak dirinya menjadi patung batu sampai detik ini."Argh! Kepalaku pusing!
“”Selamat datang kembali, Tuan O!””Seluruh lapisan batu yang mengurung O luruh seketika saat sepasang sayap putih mengembang dari punggungnya. Cukup satu kepakapan, tubuh O terangkat ke udara. Tubuhnya melayang naik-turun sesuai dengan ritme kepakan sayapnya. Bulu-bulu putih terus rontok dari sepasang sayap itu seperti tidak pernah habis. Semua kutukan yang tersentuh bulu-bulu itu sirna, termasuk residu dari kutukan batu yang menimpa O beberapa waktu yang lalu. Seandainya wujud O sekarang bukanlah seorang kerangka, maka penampakannya saat itu pasti seperti seorang malaikat cantik yang turun dari langit ke tujuh. Oh, tidak, O memang terlihat seperti malaikat. Malaikat maut.“Ohohoho!” O mengawali kebebasannya dengan tawa yang pongah. “Ini tidak buruk sama sekali. Ah, ini justru hebat sekali!”“”Hati-hati, tubuh Anda mulai mengalami kerusakan,”” peringatan Narator membawa O kembali ke kenyataan.“Ah...” O menyadari bahwa tubuhnya mulai mengepulkan asap dan segera membatalkan sihirnya.
Pertarungannya dengan Cockatrice membawa O jauh dari titik semula. Butuh waktu yang tidak sebentar agar ia bisa menemukan jalan kembali, meskipun dengan bantuan peta. Selain itu, perjalanannya juga tidak mulus karena harus menghadapi beberapa monster. Sayangnya, selain cairan hitam yang sedikit jumlahnya, tidak ada lagi yang bisa didapatkan O dari monster-monster itu. Ia ingin mengabaikan monster-monster itu, tetapi mereka mengejarnya seperti anjing kelaparan memburu mangsa. Terutama monster-monster kadal yang entah kenapa jadi sering muncul."Exploro!" O menggunakan Sihir Pemindai untuk ke sekian kalinya. Meskipun ia memiliki peta dari kanal bawah tanah itu, O tidak bisa mengandalkannya. Kepalanya tidak begitu mampu mengkorelasikan gambar di peta dan jalan yang dilaluinya. Selain itu, memaksimalkan level dari Sihir Peta & Navigasi adalah bagian dari misinya. ""Selamat! Level Sihir Peta & Navigasi naik menjadi level 2!"""Ah, akhirnya!" O merasa sihir yang satu ini lebih sulit naik
O lagi-lagi lengah. Pertarungan belum dimulai, tetapi ia sudah dirantai seperti seorang tawanan. Musuhnya kali inipun bukan monster tanpa akal, tetapi seorang Wraith, terlebih seorang anggota Ordo Pelahap Malam. Membiarkan dirinya lengah di tempat ini sama saja bunuh diri. O mematri hal itu dalam kepalanya mulai sekarang. Rantai-rantai yang membelenggunya sekarang sama persis dengan rantai yang membelenggu monster singa di katakomba. O segera mengetahui siapa lawan yang dihadapinya sekarang: Livor sang Wraith. Ada kemungkinan kemampuan pasif: Pertahnan Mental miliknya tidak cukup kuat untuk melawan invasi mental dari Livor. Oleh karena itu, sebelum sosok Livor memunculkan dirinya, O harus segera bertindak. O mulai merapal beberapa mantra dalam pikirannya. Benar saja. Tak lama, sosok Livor menembus dari langit-langit ruangan berbentuk kubah itu. Beruntung, sosok itu tidak langsung menyerang O, tapi mengoceh terlebih dahulu. Ya, lawannya kali ini memang bukan makhluk tak berakal, tapi
Imajninasi adalah kekuatan. Dengan daya imajinasinya yang kuat, O dapat membayangkan 101 cara untuk menggunakan sihirnya. Glacies, Perisa Es. Sihir ini menciptakan dinding es setebal kurang lebih 1 meter dengan panjang dan lebar kira-kira 10 meter. O yakin, jika level sihirnya semakin tinggi, maka ukuran dan ketebalannya juga akan semakin besar. Tidak butuh waktu lama untuk mengaktifkan sihir ini. Bahkan, bisa dibilang sihir ini tidak butuh waktu untuk diaktifkan. Secepat mantranya disebutkan, secepat itu pula sihir ini aktif.O menggunakan karkateristik sihir Persai Es untuk mengunci lawannya. Beberapa detik yang lalu, setelah ia meluncur ke dalam air yang mengalir deras ke luar terowongan, O tidak mengikuti aliran itu. Alih-alih berenang ke luar, ia menjangkarkan dirinya ke puing-puing terbesar menggunakan sabitnya, lalu melucuti jubahnya dan berenang ke arah yang berlawanan dengan arus. Ia menggunakan Aqua, Sihir Cambuk Air untuk bergerak dari satu puing ke pui
""Peringatan bahaya! Invasi mental yang dilakukan oleh seorang Wraith jauh lebih berbahaya!"""Aku tahu," jawab O dalam hati. "Percayalah padaku."O sudah memikirkan matang-matang keputusannya untuk membiarkan Livor merasuki tubuhnya. Pertama, ia yakin akan kemampuannya untuk bertahan dari invasi mental dan bahkan melawan balik. Sejauh ini ia sudah berhasil menang melawan invasi Phantom Ronald dan Kreator. Jika ia boleh sombong, dua invasi mental itu sama sekali tidak menantang. Bahkan, ia mempermainkan Kreator a.k.a Victor dengan ingatan akan masa lalunya sendiri.Berikutnya, O juga mempertimbangkan dampak dari terbunuhnya Livor. Wraith itu mengatakan sendiri bahwa Malus bisa langsung mengetahui kematian Kreator. Kenyataan bahwa Livor datang langsung ke sini, dan bahkan menyergap dirinya, memperkuat bahwa jaringan informasi Ordo Pelahap Malam ini memang sangat baik. Artinya, jika O menghabisi Livor, bukan tidak mungkin Malus akan mengirimkan bawahan lain