O mulai membuka pintu dengan tangannya yang gemetaran. Seandainya ia punya kelenjar keringat, sekujur tubuhnya pasti akan basah sekarang. Suara menggeram dari balik pintu merambati udara, terpantul di tembok-tembok ruangan yang terbuat dari tanah keras dan padat.Kalian pernah pergi ke taman safari dan menyaksikan dari mobil safari kalian seekor singa jantan meraung? O pernah mengalaminya. Teralis besi dan kaca tebal mobil safari yang menjamin keamanannya tidak bisa mencegah raungan sang singa menggetarkan nyalinya. Kali inipun demikian. Suara yang merambat dari balik pintu itu seperti auman seekor singa, bahkan lebih menyeramkan dari yang bisa diingat O.Di balik pintu itu, O menemukan sebuah lorong yang besar. Lorong ini persis seperti lorong pertama yang dimasukinya setelah hidup kembali sebagai seorang Lich. O berpikir, jika setiap area dibuat dengan arsitektur yang serupa seperti ini, keberadaan peta mungkin tidak akan banyak membantunya.O melanjutkan langkahnya. Jika arsitektur
Suara mengaum itu benar-benar berasal dari seekor monster buas. Bayangan O tentang seekor singa jantan menjadi kenyataan, bahkan berkali-kali lipat. Monster dalam ruangan itu berwujud singa putih dan memiliki sepasang sayap yang sewarna. Ukuran monster itu sangat besar sehingga ruangan yang sangat luas itu hampir penuh. Yang lebih menakutkan lagi, monster itu tidak dalam kondisi benar-benar hidup...Sebagian daging di tubuh monster itu sudah luruh, memperlihatkan tulang yang putih pucat. Bahkan organ-organ monster itu terburai keluar; ususnya mengular ke lantai; paru-paru yang kempis menjuntai; lambungnya yang sobek meneteskan cairan asam yang membuat tanah keras mengepulkan asap. Sebelah sayapnya patah dan menggantung, sementara sayap yang satunya lagi hanya memiliki sedikit kulit dan beberapa helai bulu panjang. Sebagian wajah monster itu juga luruh. Matanya yang kuning keemasan berputar liar seperti pernak-pernik googly eyes. Di dahi monster itu, sebuah lingkaran sihir berwarna ung
O panik setengah mati. Ia berusaha melepaskan diri dari kurungan yang diciptakan dirinya sendiri, sementara itu lingkaran sihir di bawahnya semakin terang sekan-akan hendak meledak. “Aaaah! Tunggu! Tunggu! Gencatan senjata!”O berhasil keluar dari kerangkeng batu dan berlari ke arah pintu. Namun, lingkaran itu tidak diam di tempat, tapi mengikuti langkahnya…“Siaaaaaaaaal! Ini tidak adil!”Cahaya dari lingkaran sihir itu semakin terang, menambah-nambah ketegangan dan kepanikan O. Dalam keadaan itu, O teringat akan ide gilanya: memisahkan kristal inti dari tubuhnya.Tangan O yang masih utuh merogoh ke dalam rusuknya yang berlubang dan meraih kristal intinya yang masih sebesar ibu jari. Ia melemparkan kristal intinya ke arah pintu, sementara tubuhnya berbalik arah dan berlari ke arah monster itu.“Persetan dengan misi penyelamatan! Aku tidak ingin mati lagi!” O menerjang sang monster, tepatnya ke arah kepala tempat lingkaran sihir berwaran ungu kehitaman berpendar. Jika sihir suci ini b
Puluhan pasang bintik merah di langit-langit gua bergerak bersamaam seperti satu koloni lebah yang menyerbu. O segera kabur ke luar ruangan dan menutup pintu. BRUK!BRUK!BRUK!Pintu itu dihantam beruntun. O tidak mengetahui makhluk macam apa yang sedang mengincarnya saat itu. Ia menghitung sampai sampai sepuluh setelah meminta Narator untuk menampilkan formula sihir tanah dan api.“...Sembilan. Sepuluh!” O menyeru diri sendiri dan berlari ka arah lorong sempit tanpa menengok ke belakang.“Lapis!” O merapal mantra tepat setelah ia keluar dari lorong sempit. Tiga buah stalakmit menghujam dan menjadi semacam gerbang yang menutup lorong. Tak bisa dipungkiri, sihir itu dan potensinya sebagai blokade sudah menjadi andalan O.Puluhan makhluk bersayap yang mengejar O tersangkut di gerbang stalakmit dan kini penampakannya terlihat dengan jelas. Beberapa cukup cerdas untuk menemukan celah, akan tetapi sihir O lebih cepat.“Ignis!” O menembakkan bola api dari ujung telunjuknya. Akan tetapi, satu
Belasan ekor imp bangkit kembali sebagai mayat hidup. Meski demikian, kemampuan mereka tak ubahnya seperti saat mereka masih hidup. Mereka masih menyerang secara berkelompok dan mampu menggunakan siasat-siasat sederhana. Bahkan, kali ini mereka tidak menyerang secara langsung, melainkan menggunakan sihir. O dengan segera mendapati dirinya menjadi papan target serangan sihir.O masih belum benar-benar pulih dari efek samping penggunaan sihir yang berlebihan. Akan tetapi, posisinya sekarang berada dekat dengan pintu, sehingga ia bisa langsung kabur ke ruang berikutnya, ruang di mana terdapat belasan peti mati kosong. Namun, lagi-lagi berita buruk menyambutnya. Di ruangan itu, belasan mayat hidup berkumpul, seakan-akan memang sedang menunggunya. Mereka bahkan menoleh dengan serempak ketika O memasuki ruangan itu.“Uh, halo?” O berkata dengan kikuk. Ia ingin mengumpat, tapi benaknya yang sedang berpikir keras ditambah efek samping penggunaan sihir berlebih membuat akalnya beku.Untungnya,
Sebelum memasuki area selanjutnya, O memeriksa daftar kemampuannya. Ia punya dugaan kuat sebuah kemampuan baru telah terbuka, sebab ia merasakan sebuah sensasi yang berbeda saat menggunakan penutup peti mati seakan-akan itu adalah perisai.Sihir Identifikasi (Intelligo); Sihir Bola Api level 2 (Ignis); Sihir Cambuk Air (Aqua); Sihir Tombak Batu (Lapis); Sihir Panah Angin (Eurus); Sihir Lubang Hitam (Exsugo); Sihir Peta dan Navigasi (Exploro & Exhibio); Penguasaan Sihir level 2; Penguasaan Tongkat level 3; Penguasaan Perisai level 1.O menuliskan daftar kemampuan yang telah terbuka di tanah. Sesuai dugaannya, ia telah membuka kemampuan pasif: Penguasaan Perisai. Artinya, ia bisa membuka kemampuan Penguasaan Gada jika menggunakan senjata jenis gada. Namun, ada yang mengganjalnya. Kenapa ia tidak mendapatkan penguasaan cambuk meskipun ia telah menggunakan senjata jenis cambuk? Apakah karena cambuk yang digunakannya terbuat dari sihir?Pada akhirnya, O berhenti berpikir berlebihan dan men
“Mi-mic?!”Mimic. Dalam video game dan cerita-cerita fantasi di kehidupan O sebelumnya, makhluk ini adalah seekor monster yang dapat meniru wujud benda-benda di sekitarnya, terutama peti harta karun. Monster ini akan menggoda para petualang untuk mendekatinya, atau bahkan membuka langsung mulutnya, persis seperti yang dilakukan O barusan. Selanjutnya bagaimana? Tentu saja korban yang mendekati Mimic akan menjadi santapan lezat untuk monster itu.O meronta-ronta. Baik lilitan maupun tarikan monster itu sangat kuat sehingga O harus menggunakan kedua kakinya sebagai penahan. Kedua kakinya berpijak langsung ke mulut makhluk itu, meskipun taring-taring yang memenuhi mulut itu bisa merobek tulangnya kapan saja. Seandainya ia memang harus tergigit, biarlah kakinya yang digigit, pikir O.Sementara itu, tangan O terus berusaha menyerang monster itu dengan tongkatnya. Akan tetapi, karena jarak yang terlalu dekat dan ukuran tongkatnya yang terlalu panjang, momentum yang dihasilkannya terlalu kec
“Intelligo!” O menggunakan sihir identifikasi pada pedang barunya.Pedang pendek. Sebuah pedang dengan ukuran yang lebih pendek dari pedang biasa, tetapi lebih panjang dari pada belati. Terbuat dari campuran besi dan perak.“Cuma itu?” kata O dengan nada tinggi. Tidak ada informasi yang begitu penting yang didapatkannya. Akan tetapi, O segera menyadari sesuatu yang lain dari bilah pedang itu.“Roland?” O membaca sebuah ukiran di pedang itu. “Siapa dia?”O kemudin menemukan serpihan gigi dan potongan tulang ekor di lantai, di tempat Mimic tadi mati. Ia segera menghubungkan temuan barunya itu dengan pedang di tangannya. Ya, seseorang bernama Roland pasti telah dimangsa monster ini di masa lalu, dan pedang ini pasti adalah miliknya.“Semoga kau beristirahat dengan tenang,” kata O sambil menunjukkan gestur berdoa. “Akan kujaga pedang peninggalanmu ini.”O teringat akan kematiannya di kehidupan sebelumnya. Apakah akan ada orang yang berkabung untuknya seperti yang dilakuknnya saat ini? O m