Seorang wanita berlari tertatih dengan kaki setengah pincang, menyusuri lorong gelap dan sepi. Sesekali dia menoleh ke belakang dengan ekspresi cemas dan takut.
Wanita itu terus berlari sekencang dia bisa.
"ALIANA! TUNGGU! JANGAN COBA-COBA KABUR DARIKU LAGI ALIANA! JIKA KAMU TIDAK MAU MATI!"
Teriak sebuah suara lelaki di ujung lorong.
Aliana mempercepat langkahnya saat si laki-laki itu mulai semakin cepat mengejarnya.
Setelah berhasil keluar dari lorong gelap itu dan sampai di trotoar pejalan kaki yang cukup ramai oleh lalu lintas dan para pedagang kaki lima, Aliana melihat dua orang polisi yang kebetulan sedang berpatroli di lampu merah.
Aliana masih terus berlari dengan susah payah. Sadar bahwa sosok Denis pasti akan terus mengejarnya. Denis tidak akan berhenti meskipun dirinya berlari ke ujung dunia sekalipun. Jadi, satu-satunya cara yang bisa membuatnya selamat dari kejaran Denis saat ini hanyalah meminta pertolongan pada sang petugas keamanan agar bersedia mengantarnya menuju kediaman sahabatnya yang bernama Mischa.
*****
Seorang wanita masih tergugu di atas toilet duduk di dalam kamar mandi kostnya, ketika dia mendapati dua garis merah tertera jelas pada alat tes kehamilan yang dia pegang.
Tangan wanita itu gemetar dengan tangisnya yang seketika pecah.
Kenyataan bahwa kini dirinya tengah hamil membuat wanita itu sangat syok.
Beberapa bulan lagi dia skripsi dan lulus sebagai sarjana ekonomi seperti yang selama ini dicita-citakan sang Ayah di kampung halamannya. Lantas, mana mungkin dirinya kini bisa melanjutkan kuliah dalam keadaan hamil tanpa suami?
Apa kata orang nanti?
Dia harus lekas memberitahukan hal ini pada Ibunya di kampung.
Dia tidak bisa menerima cobaan seberat ini sendirian.
Bagaimana pun keluarganya harus tahu.
Setelah membuang tes pack ke dalam tempat sampah, wanita itu meraih ponselnya di nakas dan mulai menelepon.
Tak lama panggilannya langsung dijawab.
"Halo Mischa? Apa kabar sayang? Tumben telepon malam-malam begini?" sapa sebuah suara lembut seorang wanita di seberang.
"Halo Bu?" ucap wanita bernama Mischa itu, lirih.
"Ada apa Mischa? Kamu menangis Nak?" tanya sang Ibu yang terdengar khawatir.
Mischa menutup mulutnya agar isak tangisnya teredam. "Tidak, Bu. Aku tidak menangis," katanya berusaha untuk tenang.
"Ini sudah hampir tengah malam sayang, kenapa belum tidur? Besok masih hari kerja loh, jangan sampai kamu telat ke kantor. Kamukan sedang magang di perusahaan terbesar di Indonesia, perusahaan Malik Grup, Ayah dan Ibu benar-benar bangga padamu Mischa. Tidak sia-sia kami di sini berlelah diri mencari uang demi membiayai pendidikanmu di Jakarta. Setidaknya, walau pun masih berstatus sebagai anak magang, tapi kamu bisa merasakan bagaimana rasanya bekerja di perusahaan besar," celoteh sang Ibu ditelepon.
Tangis Mischa kian pecah. Dia benar-benar bingung harus memulai semuanya darimana.
Apa yang harus dia katakan sekarang?
Haruskah dia menghancurkan semua impian ke dua orang tuanya dengan mengatakan bahwa dirinya kini tengah berbadan dua?
Lantas, jika nanti sang Ibu bertanya siapa laki-laki yang telah menghamilinya, Mischa tidak mungkin bisa menjawabnya.
Tidak.
Dia tidak bisa!
Atau, dia gugurkan saja kandungan ini?
Mischa masih bergulat dengan kekalutannya ketika pintu kamar kostnya tiba-tiba diketuk oleh seseorang dari luar.
Mischa pun buru-buru mengakhiri teleponnya dengan sang Ibu.
Saat pintu kamar kost itu dibuka, Mischa mendapati Aliana sahabatnya bertamu. Keadaan Aliana tampak kacau dengan wajah babak belur dan luka lecet di ke dua lututnya.
"Pasti gara-gara Denis lagi?" todong Mischa langsung.
Aliana masuk dan langsung mengunci rapat-rapat pintu kamar kost Mischa.
"Kamu tidak bisa hidup seperti ini terus Al! Denis itu gila! Kamu harus mengakhiri hubunganmu yang tidak sehat ini! Kalau perlu kamu laporkan dia ke polisi," cecar Mischa saat itu. Dia duduk di samping Aliana lalu mengambil kotak P3K di laci nakas. Dia membantu Aliana mengobati luka-lukanya.
Aliana tidak berkomentar. Dia lelah dan sangat ingin istirahat. Terlebih besok dia masih harus masuk kerja bersama Mischa.
Menjadi karyawan Magang disebuah perusahaan bonafit yang pemiliknya adalah seorang lelaki berhati dingin nan kejam bernama Alexander Gavin Malik.
Lucunya, lelaki itu adalah idola Mischa sahabatnya.
Satu alasan seorang Mischa memilih perusahaan Malik Grup untuk tugas akhir semester mereka, bukan karena perusahaan itu bagus melainkan karena disanalah lelaki yang dia sukai berada.
Meski, sosoknya hanya bisa dinikmati dari kejauhan saja.
Jangankan berdekatan dengan sosok Xander, bahkan hanya sekedar menatap lelaki itu ketika dia lewat saja tak ada karyawan yang berani. Semua karyawan langsung menundukkan kepalanya setiap kali sang bos besar pemilik Malik Grup itu lewat.
Sosoknya yang dominan dengan wajah bengis dan tatapannya yang menusuk membuat nyali siapapun ciut jika sudah berhadapan dengan Xander.
Tak ada satu pun karyawan di sana yang pernah melihat Xander tersenyum secara langsung kecuali di TV ketika dia sedang tampil bersama kekasih-kekasihnya yang kebanyakan berasal dari kalangan selebriti.
"Hei! Kamu mendengar ucapanku tidak! Malah bengong!"
Aliana tersadar dari lamunannya ketika Mischa menekan lututnya yang lecet. Dia meringis kecil lalu tertawa.
"Iya-iya, aku dengar. Sudahlah, tidak usah dipikirkan. Besok juga luka-luka ini sembuh," kata Aliana yang tak ingin mengambil pusing tentang apa yang selama ini dia alami.
"Tapi mau sampai kapan kamu seperti ini terus Al?" tanya Mischa prihatin.
"Aku mencintai Denis, Misch. Nanti kalau pengaruh alkoholnya sudah hilang, Denis pasti baik lagi padaku. Dia beginikan jika dia sedang mabuk saja. Sudah ah, aku mau istirahat," Aliana bangkit dari sisi tempat tidur hendak berganti pakaian ke kamar mandi.
Saat sedang mengganti pakaian, tanpa sengaja tatapan Aliana tertuju pada tes pack di dalam tong sampah di kamar mandi. Dia mengambil alat tes kehamilan itu dengan kerutan dikeningnya yang tercetak jelas.
Sekelebat ingatan tentang kejadian satu bulan yang lalu kembali merasuk dalam ingatannya.
Malam di mana sahabatnya Mischa menghabiskan waktunya bersama Xander di tempat tidur.
Aliana tahu segalanya sebab Mischa yang telah menceritakan hal itu padanya.
Tak ada rahasia apapun diantara mereka selama ini, karena hubungan persahabatan mereka terjalin sejak mereka masih duduk di bangku sekolah dasar.
Jika tes pack ini milik Mischa, itu artinya, sahabatnya itu kini tengah hamil anak hasil one night standnya dengan sang pemilik Malik Grup.
Sebab, setahu Aliana, Mischa itu tak pernah menjalin hubungan dengan lelaki manapun sebelum ini.
Jangankan sampai tidur dengan seorang lelaki, bahkan berpacaran pun Mischa tidak pernah.
ENAM TAHUN KEMUDIAN... Dalam sebuah pertarungan pasti hanya akan mengenal dua kata akhir yakni menang dan kalah. Begitu pula halnya dengan bisnis. Para pengusaha sukses tidak melakukan hal yang biasa dilakukan oleh orang biasa. Cara berpikir dan tindak tanduk mereka cenderung aneh bahkan sebagian menganggapnya istimewa. Mereka hanya berbagi cara tanpa menjelaskan pola pikirnya saat menjalankan bisnis. Fakta ini tentu mengejutkan mengingat banyak orang cenderung mengikuti sikap pengusaha saja tanpa tahu bagaimana rahasia dibalik kesuksesan para pengusaha itu dalam mengembangkan bisnisnya. Beda orang, beda cara. Jika kebanyakan pengusaha memakai metode umum dalam membangun bisnisnya lain halnya dengan yang dilakukan oleh seorang pengusaha sukses bernama Alexander Gavin Malik. Dalam dunia bisni
Di sebuah gedung perkantoran elit Jakarta, seorang wanita terlihat lembur bekerja di saat para teman-teman kantornya sudah pulang ke kediaman masing-masing. Besok adalah hari ulang tahun anaknya, dan dia berencana untuk merayakan bersama anaknya di sebuah restoran pizza favorit anaknya. Untuk itu, dia memilih lembur hari ini supaya besok dia bisa meminta izin pulang lebih awal pada sang bos di kantor. "Misch, kamu tidak pulang?" tanya Abdul salah satu karyawan yang bekerja di bagian HRD. "Oh ya, sebentar lagi aku pulang kok, mau menyelesaikan laporan untuk presentasi dulu," sahut Mischa dari balik kubikel meja kerjanya. "Oke deh kalau begitu, aku pulang duluan ya?" kata Abdul lagi. "Oke," Mischa tersenyum seraya mengacungkan ibu jarinya ke arah Abdul. Sepeninggal Abdul, Mischa kembali fokus pada layar komputernya. Laporan ini harus selesai malam ini juga supaya besok
ENAM TAHUN YANG LALU... Begitu mengetahui bahwa pelacur perawan yang tidur dengannya malam itu bukanlah Amanda, Xander langsung mengutus Jarvis untuk mencari tahu siapa perempuan yang sudah berani mempermainkan dirinya. Mami Grace sendiri yang mengatakan bahwa malam itu Amanda tidak mendatangi Xander ke kamarnya karena Amanda mendadak datang bulan. Mami Grace sudah meminta Chris untuk memberitahukan hal itu pada Xander tapi Chris bilang Xander sedang bersama seorang wanita lain dikamarnya ketika Chris hendak memberitahukan perihal Amanda pada Xander. Merasa tak ingin mengganggu kegiatan panas sang Bos besar, Chris pun memilih untuk pergi. Tanpa pernah Chris sangka-sangka kejadian malam itu kini berbuntut panjang. Bukan hanya Mami Grace saja yang menjadi sasaran amukan Xander tapi dirinya
Arsen sudah di pindah ke ruang ICU setelah pendonoran darah yang diberikan Xander untuknya. Dan sejak itu pula, Xander tak kunjung bergeming dari sisi ranjang tempat tidur Arsen.Tatapannya lurus tertuju pada wajah Arsen yang terhalang oleh alat bantu pernapasan.Jarvis pun ada di dalam ruangan itu. Dia berdiri tepat di hadapan Xander duduk. Jarvis sudah tahu apa yang terjadi di sana dan mengurus perihal tes DNA antara Arsen dan Xander. Termasuk menggali informasi mengenai wanita bernama Mischa, Ibunda Arsen.Sedari tadi Jarvis sebenarnya ingin mengatakan sesuatu, namun keterdiaman Xander dalam perenungannya yang tak sama sekali beralih dari wajah Arsen membuat Jarvis urung menyampaikan maksudnya.
Waktu sudah hampir shubuh.Tapi Mischa terus terjaga di sisi ranjang anaknya.Setelah mendapat donor darah dari Xander, Arsen pun telah melewati masa kritisnya. Bocah berumur lima tahun itu kini sudah di pindah ke ruang perawatan kelas tiga. Sebagian alat medis yang terpasang di tubuh Arsen telah dilepas. Hanya menyisakan satu cairan infus di tangan kirinya.Mischa hendak melunasi semua biaya rumah sakit dengan uang tabungan hasil dia bekerja dan hasil penjualan beberapa perhiasan miliknya. Namun ternyata pihak rumah sakit mengatakan bahwa seluruh biaya pengobatan Arsen sudah dilunasi oleh Xander. Dan Mischa berniat untuk mengembalikan uang itu melalui pos nanti. Mischa tidak mau berhutang budi pada siapapun. Apalagi orang itu adalah Xander.Saat ini, Mischa hanya perlu menunggu Arsen sadar.Mischa tak mau melewatinya m
Dua minggu berlalu. Sejauh ini, Xander memang tak melakukan hal apapun terhadap Mischa. Xander bukan tipe lelaki yang gegabah dalam bertindak. Sebelum hasil tes DNA keluar, Xander tak ingin melakukan tindakan bodoh yang justru akan mempermalukan dirinya sendiri. Untuk itulah dia perlu bersabar. Dan hari ini, sekembalinya Jarvis dari rumah sakit setelah mengambil hasil tes DNA Xander, ditemuinya di gedung perkantoran perusahaan Malik Grup, laki-laki brewok itu langsung memberikan hasil tes DNA itu pada sang Bos. "Anak bernama Arsen itu memang anak kandungmu, Bos. Hasil tes DNA kalian positif," beritahu Jarvis saat itu. Jarvis melihat satu kali tarikan napas panjang Xander saat itu. Sebagai orang terdekat Xander, Jarvis tahu bahwa kabar ini bukanlah kabar baik.
Pagi itu, gedung perkantoran bagian Administrasi Hotel Butterfly terlihat ramai. Beberapa wartawan terlihat memenuhi pintu masuk gedung.Sebuah lamborghini hitam terlihat memasuki area pelataran parkir diikuti sebuah sedan hitam di belakang.Sebelum sang pemilik lamborghini itu keluar dari kendaraannya, beberapa bodyguard keluar dari sedan hitam dan berjalan mendekat ke arah mobil di depan mereka.Seorang Aktor pendatang baru dengan gaya casualnya terlihat keluar dari lamborghini itu. Dirinya berhasil menghindar dari kerumunan wartawan berkat pengawalan ekstra ketat dari para bodyguardnya. Dia berjalan memasuki gedung perkantoran Hotel.Kedatangannya disambut oleh beberapa manager hotel."Selamat datang Pak Aldrian, kedatangan anda sudah di tunggu oleh dewan direksi untuk rapat saham hari ini," ucap salah satu manager hotel.Aldrian Bharata Yuda, sang pewaris tunggal Hotel
"Napi atas nama Aliana? Ada yang ingin bertemu denganmu," panggil seorang sipir penjara. Dia membuka sel tahanan di mana wanita bernama Aliana berada.Salah satu tahanan wanita di dalam sel itu mendongak. Sebelum berdiri, dia merapikan sejenak rambut panjangnya yang awut-awutan karena jarang disisir.Tanpa bertanya Aliana keluar dari sel tahanan dan mengikuti langkah sang sipir wanita dihadapannya. Dia berpikir, ada kemungkinan orang yang ingin menemuinya saat ini adalah Jarvis.Pasti lelaki itu hendak menanyakan tentang Mischa lagi!Terka Aliana membatin.Jika memang benar begitu, jangan harap aku akan memberinya informasi. Bahkan untuk membuka mulutku saja rasanya aku enggan!Saat