"Kau memang benar. Dia tidak mengenaliku sama sekali. Aku saja yang terlalu takut dan terlalu memikirkan kemungkinan terburuk di sini." Gavin tersenyum mendengar perkataan Helen. Helen terlihat jauh lebih baik daripada sebelumnya. Seolah dia baru saja menyelesaikan suatu audisi dan berhasil lolos. Dari wajahnya saja Helen terlihat jauh lebih lega daripada kemarin. Bebannya juga lebih berkurang. Seolah tidak ada lagi suatu hal yang berat yang saat ini sedang dia pikirkan. "Apa dia mengatakan sesuatu kepadamu? Atau dia menatap wajahmu dalam waktu yang lama? Kalau dia menatapmu dalam waktu yang lama, seharusnya kau curiga dan merasa waspada karena hal itu." Helen menggeleng. Dia menatap pantulan dirinya di cermin rias. Merapikan sedikit rambutnya dan memoleskan sedikit make up walaupun dia tidak akan pergi ke mana pun hari ini. Dia hanya merasa kalau kulitnya terlalu kering. Entah mungkin salah satu efek dari operasi plastik itu. "Tidak, dia hanya mengatakan kalimat persetujuan ketik
"Saya sama sekali tidak mengerti. Bahkan saya juga tidak tahu kapan bertemu dengan Anda Dan bagaimana Anda mengetahui tentang saya." Helen masih saja waspada meskipun dalam hati kecilnya dia juga merasa senang mendapatkan penawaran yang serba kebetulan ini. Penawaran yang memang sangat tepat dengan apa yang dia inginkan sekarang. Namun biar bagaimanapun juga, dia harus tetap waspada. Dia sangat tahu bahwa Rey adalah orang yang sangat pintar. Helen sangat tahu bahwa Rey adalah tipikal orang yang akan mencari banyak cara untuk mendapatkan apa yang dia inginkan, bahkan dengan cara yang paling tidak terduga. Tidak menutup kemungkinan bahwa Gabriel adalah salah satu orang suruhan Rey saat ini. "Aku adalah orang yang tidak sengaja menabrakmu ketika kau berada di mall itu. Mungkin kau sudah tidak ingat, tapi aku masih sangat ingat. Aku melihatmu berjalan menuju semua temanmu, dan aku mengenal salah satu dari mereka. Karena itulah aku bertanya kepada mereka tentang dirimu sampai aku tahu a
"Saya sangat minta maaf apabila kedatangan saya kemarin kepada teman membuatnya merasa tidak nyaman. Saya sungguh tidak bermaksud seperti itu." Gabriel duduk di sofa yang terletak di sebuah ruangan tempat yang bekerja. Gavin ada di sana juga. Dia duduk tepat di depan Gabriel. Tidak butuh waktu lama bagi Gavin untuk mengetahui tentang tempat kerja Gabriel. Kartu nama itu sudah cukup memberi banyak petunjuk untuknya. Sebelumnya dia memang sudah menelepon Gabriel dan mengatakan kalau dia ingin menemui Gabriel di kantor tempat kerja lelaki itu. Gabriel awalnya juga merasa bingung karena tidak mengenal Gavin sama sekali, namun setelah Gavin memberitahu bahwa dia adalah teman Helen, pada akhirnya Gabriel pun setuju untuk bertemu hari ini. "Saya mengerti. Akhir-akhir ini dia memang mengalami hari yang sulit." Gabriel mengangkat alis mendengar perkataan Gavin. Dia meletakkan secangkir kopi di meja. Hingga saat mereka berdua bertemu seperti ini, Helen tentu saja belum memberikan jawabannya
"Kalau kau saja sudah sangat yakin bahwa dia sama sekali tidak memiliki hubungan pribadi apa pun dengan Rey, maka aku tentu saja percaya. Aku akan menerima tawaran dari Tuan Gabriel. Kuharap ini memang menjadi kesempatan emas bagiku. Aku juga tidak tahu atau menjamin bahwa aku akan mendapatkan kesempatan seperti ini lagi."Gavin melepas mantelnya. Dia merapikan rambut sejenak, menatap pantulan dirinya di cermin rias milik Helen yang berwarna merah muda. Sudah beberapa hari berlalu sejak kejadian dia menemui Gabriel langsung di kantornya. Beberapa hari itu juga digunakan Helen untuk berpikir dan mempertimbangkan keputusan apa yang akan dia ambil.Tidak mudah bagi Helen. Namun karena dia sudah mendengar cerita detail dari pertemuan Gavin dan Gabriel, maka dia memutuskan untuk sedikit mengesampingkan rasa takut itu. Dia berusaha untuk membangkitkan rasa keberaniannya seperti ketika dia mencoba untuk bertemu Rey secara langsung dan meminta tanda tangannya."Kau sudah sangat yakin? Kau sud
"Rasanya ada yang berbeda saja ketika Tuan Gabriel bilang filmnya akan ditayangkan secara global."Helen bercerita dengan semangat sekaligus merasa deg-degan. Dia tidak tahu apakah dia bisa melewati semua ini dengan baik. Dia hanya merasa kalau semua ini adalah tantangan besar, jauh lebih besar daripada yang dia bayangkan sebelumnya. Dia sendiri tidak berpikir kalau filmnya akan dipromosikan secara internasional. Gavin menata makan malam yang baru selesai dia masak di meja. Helen masih saja tersenyum sambil melamun. Gavin yang melihat hal itu pun hanya bisa menahan tawa. Wajah Helen terlihat lucu kalau sudah seperti ini. Namun Gavin tidak berani untuk menertawakannya, takut kalau nanti Helen malah tersinggung."Aku baru saja mencari tahu banyak hal tentang dia." Gavin duduk tepat di hadapan Helen. Dia membiarkan Helen mengambil makanan lebih dulu daripada dia sendiri, meskipun dia yang memasak semuanya. "Dia siapa?" tanya Helen. Dia menikmati ayam goreng korea buatan Gavin. Sangat e
"Kuharap aku tidak mengganggumu. Kau sedang sibuk?"Helen tersenyum ketika menerima telepon dari Gavin. Dia sedang menghafal dialog sekarang. Gavin juga ada di tempat kerjanya. Mereka tetap berkabar. Gavin juga hanya ingin memastikan tidak ada sesuatu yang buruk pada Helen. Helen duduk di salah satu rumah pohon. Dia selalu suka dengan lantai rumah pohon itu. Terasa sangat hangat. Suhu di lokasi syuting mereka juga terasa sangat pas. Di luar sana, salju sudah tidak turun. Bukit salju di pinggir-pinggir jalan itu juga mulai mencair. Jalanan tidak lagi menjadi penghalang bagi mereka karena sudah tidak terlalu licin."Yah, lumayan." Helen menggigit bibirnya. Dialog itu cukup panjang. Dia juga masih punya waktu karena masih ada banyak adegan lain yang sedang diambil. Aktor lainnya juga ada di sana. Belum tiba gilirannya."Oh, apa aku cukup mengganggu? Kalau begitu, aku akan telepon nanti saja.""Eh, tidak. Kau tidak mengganggu sama sekali." Helen buru-buru menjawab agar Gavin tidak menutu
"Siapa lelaki itu?" Helen mengangkat alis ketika Gavin bertanya dengan nada dingin. Dia memang baru saja pulang dari lokasi syuting. Kali ini dia pulang bukan dijemput oleh Gavin atau juga menaiki kendaraan umum, dia diantar oleh salah satu lawan mainnya. Helen menoleh ke belakang ketika orang yang mengantarnya tadi sudah berbalik dan siap untuk meninggalkan beranda apartemen mereka. Helen hanya tersenyum sambil mengangkat bahu ke arah Gavin. "Dia hanya temanku. Dia salah satu lawan mainku. Namanya Albert," jawab Helen dengan tenang sambil melemparkan ranselnya begitu saja ke atas sofa ruang tamu. Dia juga melepas ikat rambutnya, bersiap untuk mandi. Walau cuaca kali ini memang masih dingin, namun dia merasa kalau tubuhnya sangat lengket. Dia harus mandi dengan air hangat sekarang. "Oh, ternyata begitu." Gavin termenung. Dia melipat tangan di depan dada. Masih memandangi beranda apartemen mereka yang sudah sepi. Dia tidak sempat untuk mengajak lelaki itu untuk mengobrol tadi. Lelak
Helen sudah pasti salah sangka, namun dia tidak menyadarinya sama sekali. Selama proses syuting hari ini, Gavin sama sekali tidak menelepon walau hanya satu kali. Padahal biasanya Gavin selalu menyempatkan diri menelepon Helen minimal sekali untuk memastikan keadaannya.Dan karena hal ini juga Helen merasa gelisah karena takut terjadi sesuatu yang salah. Dia tidak mau kalau hubungannya dengan Gavin jadi renggang karena sesuatu yang dia sendiri tidak sadari."Ayolah, Gavin. Kenapa kau tidak mengangkat teleponnya?" Helen menempelkan smartphone itu ke telinganya. Dia merasa gelisah karena Gavin sejak tadi tidak mengangkat telepon darinya.Suara berisik di sekitar lokasi syuting semakin membuatnya merasa frustasi. Helen menutup kedua telinga. Panggilan itu masih berdering dan tidak digubris sama sekali oleh Gavin."Kau terlihat kesal sekali. Apa ada sesuatu yang terjadi hari ini? Atau mungkin kau sedang menstruasi?"Helen tersentak ketika seseorang mendadak duduk di sampingnya dan mengelap