Keduanya benar-benar begitu menikmati perjalanannya. Sejujurnya, Kejora menginginkan untuk bisa melepas penat bersama kekasih. Namun, itu hanya imajinasi belaka. Begitu Ia mengirimkan foto-foto hasil jepretannya selama di lokasi, Andromea hanya berkomentar bagus saja. Padahal dia hanya ingin memberi tanda bahwa barangkali mereka akan berwisata bersama. Kenyataan telah menerjangnya bahwa Andromeda mmiliki kesibukan dua kali lipat dari pada dirinya.
Kejora hanya bisa berbaring menatap layar ponselnya yang menghitam. Tidak ada tanda-tanda kehidupan di gawainya.
“Hah … padahal besok hari senin,” desahnya merasa frustasi di tengah kesendiriannya itu.
Kembali tubuhnya berguling ke kiri dan kanan. Telinganya menangkap suara senyap yang menemaninya seperti biasa.
Malam yang terasa sepi dan membuatnya ingin segera tidur saja kalau bisa. Hanya saja begitu dirinya terlalu merasa kesenangan, dia menjadi hilang kontrol. Matanya terus s
Kejora menjadi kikuk begitu Andromeda mengakhiri sesi ciumannya yang terbilang sensual dan menggugah. Mereka berdua tengah mengontrol suasana hati dan gairah yang menggebu-gebu itu. Sama-sama saling memandangi satu sama lainnya dan sama-sama melihat bagaimana mereka bisa menjadi panas begini.“Kau lihat bukan? Jora memang menemui pria! Tak mungkin membeli es krim lama,” gerutu Rina kepada Marje yang sedari tadi berkata bahwa dirinya terlalu cerewet.“Ya, ya, Sayang, aku percaya. Jadi, biarkan mereka menikmati waktu mereka. Haruskah kamu mengintip begini?” kelakar Marje yang menarik tubuh istrinya untuk tak lagi menonton diam-diam kegiatan sepasang kekasih yang saling melepas rindu itu.Sedangkan Kejora, dia masih menunduk dan mencoba menghilangkan panas di wajahnya. Bahkan deru napas mereka masih saling beradu meskipun perlahan akhirnya mulai mereda dan dada mereka kembali tenang.Debaran langka ya
Kejora dibuat terkejut saat mendapatkan pesan dari Mike. Sudah dua bulan paska dia bertemu terakhir kalinya dengan Mike. Dia menjadi sedikit tak enak hati saat membaca pesan sang mantan kekasih.Namun, saat dia menatap pesan itu dan belum membalasnya, tiba-tiba pesan itu sudah terhapus oleh pemiliknya dan tergantikan dengan permintaan maaf dan mengatakan kalau dia salah kirim. Kejora menghembuskan napasnya kasar. Yang benar saja, dia seperti orang yang bisa membaca pesan orang lain karena senggang.Akhirnya dia kembali meletakkan ponselnya di atas meja.Lantas kembali melakukan pekerjaannya yang menumpuk. Beberapa hari usai dirinya bertemu dengan Andromeda, pria itu kembali sibuk. Hanya mengabari saat malam hari dan akan kembali menghilang saat pagi hari.Kejora yang disibukkan dengan pekerjaannya pun melupakan Kania yang sering bolak-balik ke toilet. Mereka memang menjadi robot saat jam kerja dan terkadang melupakan diri menjadi manusia. Ga
Ada hal yang tidak disadari oleh manusia. Terkadang bukan hanya cinta yang buta, tapi cemburu yang membutakan. Bagaimana emosi tak terkontrol begitu mendapatkan cinta, begitupun cemburu sampai membuat pikiran memburu.Begitulah yang dirasakan oleh Andromeda, dia yang baru saja sampai dan tengah menunggu Kejora pulang seperti biasanya saat dia bertandang. Menunggu di dalam mobil adalah hal yang paling dia akan lakukan begitu menunggu Kejora-nya pulang. Namun, matanya malah melihat pemandangan yang tak biasa. Bagaimana Kejora berinteraksi dengan pria yang dipanggilnya ‘Mas Adam’.Mendengar cerita tentang Kania yang putus cinta malah membuat Andromeda berpikir yang tidak-tidak.Rasa panas dan sesak menyambanginya, begitu dia melihat senyum Kejora terulas untuk Adam. Pria itu bahkan menatap Kejora dengan terang-terangan. Kenapa pria itu menatap gadisnya? Kenapa pria itu malah menemui gadisnya?Pertanyaan itu malah semakin menimbulkan
Kejora menatap kepergian mobil Andromeda. Dia masih mematri senyum saat mengingat bagaimana sosok Andromeda yang cemburu padanya. Sampai dia tak menyadari bahwa Ayah dan Ibunya sudah berdiri di sampingnya sambil ikut menatap ke arah depannya.“Sampai kapan kalian hanya akan berjumpa di depan rumah? Kau tak mau mengenalkannya pada Mama?”Kejora menatap ngeri ke arah sampingnya. “Sejak kapan Mama ada di samping?” tanyanya mencoba menebak-nebak berapa lama sang Ibu melihat kegiatan mereka.Sudah cukup dia menjadi bulan-bulanan saat pagi usai dirinya berciuman dengan Andromeda di luar rumah.“Hm … satu menit yang lalu,” jawab Marje.Kejora bersyukur, setidaknya kedua orang tuanya belum bertemu dengan Andromeda. Dia ingin membawa Andromeda pada moment yang tepat, tapi tidak untuk saat ini. Dia masih belum berkata bahwa dia serius dan masih hanya menjalaninya saja.“Ayolah … Ma,
Kejora hanya menghela napasnya berat. Dia memang sedang mengantar kepergian Kania ke Stasiun Bandung. Suara gemuruh dan riuh dari sekeliling stasiun membuat Kejora sedikit banyaknya terganggu.Suara pemberitahuan kereta yang siap masuk ke stasiun membuat mereka berdiri dan bersiap.“Andai aku bisa ikut,” seloroh Kejora dengan wajah lesu.Kania terkekeh mendengarnya. “Aku tak menyangka kalau seorang Kejora pun bisa sedih begini. Padahal sebelumnya kamu paling datar dan jutek,” ucap Kania sambil memberikan pelukan hangat kepada Kejora.Kejora tersenyum mendengarnya. “Karena kalian, aku bisa berekspresi bukan? Ah, sudahlah, aku akan marah padamu. Aku akan sendirian di kantor,” desah Kejora sambil memberengut.Bagi Kania, Kejora adalah belahan jiwanya. Entah karena sering bersama dengan ekspresi yang sama. Banyak orang mengira mereka kakak beradik.“Ya sudah, hati-hati di jalan, my lil sist
Sedari tadi mereka berkeliling dan mendapati banyak hal menakjubkan. Kejora terlihat kaget saat ada wanita dengan pakaian jubah putih dan rambut palsu panjang dan make up mengerikannya. Tangannya meremas lengan Andromeda.“Andro, jauhkan dia dariku!” desaknya masih dengan bersembunyi di balik tubuh Andromeda.“Kamu orang Belanda, tak mungkin percaya hantu bukan?” timpal Andromeda masih dengan mengusili Kejora.“Aku tak melihatnya sebagai makhluk astral, tapi dia seperti korban kecelakaan! Ah! Menjauh dariku!” Gadis itu semakin memekik kesal.Sumpah serapah dari bahasa tanah keliharannya pun terucap dan membuat Andromeda dan sekaligus si manusia cosplay ikut mengernyitkan dahinya kebingungan.“Kamu mengatakan apa Sayang?” Andromeda malah bertanya.“Oh Tuhan! Andro! Jauhkan dia dariku!” teriak Kejora mencoba menghindar. Matanya menatap beberapa cosplayer yang ikut mnedekat. Di m
“Masuklah, sudah malam. Sampaikan salamku pada Ibumu ya?” pamit Andromeda kepada Kejora yang baru saja turun dari mobilnya. Kejora mengangguk, lantas melambaikan tangannya untuk Andromeda. Setidaknya ini adalah kencan yang indah baginya. Tak pernah dia bayangkan kalau dirinya akan mengencani playboy macam Andromeda. “Aku pulang!” seru Kejora seraya membuka pintu. Namun, yang menyambutnya adalah sepi. Tidak ada sahutan baik dari sang Ibu maupun Ayahnya. “Ke mana mereka? Belum pulang kah?” selorohnya. Langkah kakinya menuju ke lantai 2, berusaha melihat kamar tidur yang ditempati oleh orang tuanya. Cklek! Pintu yang terbuka menampilkan kekosongan. Dahinya kian berlipat. “Mama ke mana? Tumben,” ujarnya kembali. Dia tak lagi mencarinya, mengingat bahwa Ibunya barangkali tengah bertemu keluarga ataupun teman-temannya. Mengingat bahwa Ibunya sudah lama tak mengunjungi negaranya sendiri. Benar-benar sebuah pemak
Bagi seorang Andromeda, dendam itu adalah efek dari kehilangan. Baginya, masa lalu hanyalah bayangan semu yang harusnya hilang. Namun, nyatanya bahkan sampai di masa mendatang pun masa lalu masihlah tetap bayangan yang tak pernah hilang selama masih ada cahaya yang menyorot. Andromeda dengan segala kemarahannya pun melampiaskannya pada laju motor yang semakin cepat. Meliuk di jalanan sampai menyalip kendaraan lain yang ada di depannya. Matanya terbutakan dengan rasa marah yang benar-benar tak bisa dibendung lagi. Suara klakson dari kendaraan lain yang hampir mengalami kecelakaan pun diabaikannya. Telinganya tak berfungsi, hanya suara-suara dari masa lalunya saja yang terdengar menggema. Kembali tangannya memutar 90 derajat demi meningkatkan laju motornya kembali. Benar-benar di ambang toleransi traumanya yang mendalam. Entah bagaimana pemikirannya, terbilang tak waras pun memang sudah menjadi kenyataannya. Pria itu bahkan