Sudah berhari-hari Kejora tak mengaktifkan ponselnya. Harusnya dia sudah mulai bekerja di perusahaan Andromeda, sayangnya sekarang sudah tak sama. Gadis itu bahkan bersembunyi di tempat yang tak bisa ditemukan oleh Andromeda. Rumah Rega, dan Rega harus berusaha menutup mulutnya dan bersabar dengan keadaan aneh yang tengah dialami oleh kedua sepupunya itu.
Yang menjadi kalang kabut tentu saja Andromeda. Dia panik, sekaligus khawatir akan keadaan Kejora.
“Maaf, nomor yang anda tuju sedang tidak aktif.” tuttt ….
Andromeda segera mengakhiri panggilannya begitu mengetahui bahwa yang menjawab adalah suara wanita lain. Nomornya masih tidak aktif!
Sudah tiga hari berlalu dan rumah Kejora hanya gelap yang menaungi. Artinya ….
“Kenapa dia tak pulang?” desahnya frustrasi.
Pria itu hanya duduk di dalam mobil tanpa melakukan apa-apa. Tiga hari melakukan hal yang sama tanpa ada jawaban.
“Sial!” desisnya, tangann
Pandangan mata Kejora mulai terproses, matanya sekarang dapat melihat bagaimana sekelilingnya. Berawal dengan warna-warna yang membaur dan perlahan mulai jelas terlihat.“Jora, are you ok?” Satu pertanyaan terdengar menggema di telinganya. Namun, lambat laun akhirnya terdengar dengan jelas.“Aku di mana, Ga?” tanya Kejora lemah.“Euhm, klinik. Lo tadi pingsan, buru-buru gue bawa jadinya. Apa ada yang sakit?” tanya Rega merasa khawatir.Kejora menggeleng pelan. Dia mencoba untuk duduk, tapi Rega menahannya. “Jangan bangun dulu, lo belum kuat.”Gadis itu menurut.“Tidur lagi aja, gue mau ngomong sama dokternya dulu. Lo tunggu di sini ya?”Mau tak mau Kejora akhirnya mengangguk. Dia melihat Rega yang buru-buru keluar dari ruangan.Pria itu menuju ruangan dokter saat dokter menatapnya tersenyum begitu selesai memeriksa tadi. Namun, itu adalah masalah besar un
Gadis itu bahkan sampai sudah membuang berlembar-lembar tisu saat dirinya bisa-bisanya malah menangis begitu menjumpai Kania. Dia benar-benar menjadi lebih emosional saat ini. Kalau dibilang dia baik-baik saja maka itu semua kebohongan belaka.Kania menatap kasihan sahabatnya itu. Tidak ada yang bisa dijadikan sandaraan selain dirinya dan bahkan dia tak tahu apa yang akan dilakukannya.Kania maju dan memeluk Kejora kembali. Tangannya perlahan menepuk-tepuk punggung Kejora, dia harus puas dinyanyikan tangisan kesedihan dari sahabatnya. Hari ini, dia harus merelakan waktunya bagi Kejora.“Ayo dimakan dulu, masa kamu tak mau makan begini?” bujuk Kania.Adam membawakan mereka makanan banyak, dia merasa iba juga dengan Kejora. Baginya Kejora seperti adik. Itulah kenapa dia ragu saat gadis itu ingin menjalani hubungan dengan Andromeda, dia merasa ada yang tak beres meskipun dia belum tahu alasannya sebelumnya.“Iya, kamu s
Mike terdiam, melihat Andromeda yang melihat ke arahnya. Namun, dia memilih menuju resepsionis dan menanyakan di mana tamunya berada. Kepalanya segera menoleh dan memandangi Andromeda dengan pandangan tak percayanya. Yang benar saja!Dia mau tak mau akhirnya menghampiri Andromeda.“Ada apa kau mencariku?” tanyanya dingin.“Bisakah kita bicara di unitmu?”Mike semakin tak paham, namun akhirnya dia mengiyakan. Sungguh tak pernah dirinya bertemu dengan kekasih dari mantan kekasihnya. Pengalaman unik dan juga aneh menjadi satu dari banyak hal yang tak pernah dia inginkan sebelumnya.Mereka berdua berada di dalam satu lift yang sama dan keduanya sama sekali tak membuka pembicaraan. Tak dekat dan tak harus berbicara juga bukan?Mike sendiri melihat wajah Andromeda yang terbilang tak baik-baik saja. Apa ada masalah? Ah, dia mendengarnya, kalau Andromeda memutuskan hubungan kekeluargaan begit
“Ah, segarnya!” seru Kania yang sudah menenggak air kelapa muda begitu mereka sampai di warung kecil.Kejora terkikik geli menyaksikannya. Dia sendiri lebih memilih memesan bakso. Melihat bagaimana mengepulnya asap dari kuah bakso yang pedas, dirasa begitu nikmat. Dia berusaha untuk mengabaikan Kania dan Adam yang sibuk bermesraan.“Kamu serius sambalnya segitu?” Kania menatap horor Kejora, seingatnya wanita itu bahkan tak pernah memakan makanan level pedas, dia masih bisa menghitung level pedas yang sanggup ditoleransi oleh Kejora.“Biarkan saja,” sela Adam yang menggandeng Kania.Dia hanya ingin Kejora baikan kondisinya. Mengingat gadis itu mudah menangis dan emosional.Kejora sendiri duduk di ats hammock, berayun-ayun dengan angin yang membelai rambutnya sambil terus menikmati air kelapa yang belum dia habiskan. Sementara semangkuk bakso sudah kandas. Menikmati senja di arah barat yang sebentar l
Sudah dikatakan kalau alam tengah berkonspirasi, bagaimana takdir tak hanya menghampiri Kejora, melainkan datang dengan sukarela kepada Andromeda. Mengingat bagaimana pria itu sudah buntu mencari Kejora. Satu kabar yang terendus oleh tangan kanannya membuat Andromeda segera bersiap. “Apa katamu?” tanyanya kembali. “Nona Kejora, barangkali ada di tempat tinggal Kania.” Bodoh sekali! Andromeda memaki dirinya sendiri. Dia tak pernah berpikir kalau Kejora akan berada di tempat Kania. Namun, tempat itu satu-satunya yang memang menjadi tujuan Kejora. “Siapkan mobilku!” perintah Andromeda. Dia sibuk berganti pakaian dan bersiap, malam itu juga. Tapi rupanya Andromeda seolah-olah dihalangi dengan kedatangan Rega yang tiba-tiba bertamu malam-malam. “Kau benar-benar menggangguku!” keluh Andromeda yang terus melihat arloji di pergelangan tangannya. Sama sekali mengabaikan kehadiran rega. “Ada yang aku
“Apa Kejora akan baik-baik saja?” Kania bertanya kesekian kalinya, usai mengantar Kejora dan Andromeda ke unit Kania, kembali Adam dan Kania keluar dari unit bersama dengan Heru.“Bagaimana menurutmu? Kau bawahannya Andro bukan?” Adam mengalihkan pandangannya, menatap Heru yang diam seperti patung, tak ada suara dan tak ada pergerakan sama sekali dari pria itu.“Pak Andro tidak akan menyakiti Nona,” ujarnya masih dengan nada datar.Mendadak Kania memicing, dia tak suka dengan bagaimana cara Heru menjawab pertanyaan Adam. “Tidak bosnya tidak anak buahnya sama saja,” ketusnya.Adam hanya bisa menunggu. Dia paham kekhawatiran Kania saat ini, sama seperti dirinya yang juga merasa khawatir dengan keadaan Kejora.Sedangkan Andromeda dan Kejora masih sama-sama tak ada yang buka suara. Keduanya masih saja diam membisu, memikirkan banyak hal yang ingin dibicarakan tetapi tak tahu ba
Andromeda masih berada dalam mabuknya, usai dirinya memaksakan kehendaknya pada Kejora namun berujung dia yang mengalah. Jelas-jelas kelemahannya saat ini adalah Kejora, tapi dia malah berusaha menaklukkan kelemahannya sendiri.Dia tak hanya ingin Kejora berada di dalam kehidupannya tetapi juga dia ingin wanita itu menerima rasa cintanya.Heru, tangan kanannya yang diam-diam mengikuti Andromeda hanya mengawasi dari jauh apa yang sedang dilakukan oleh atasannya itu.Sudah dua jam Andromeda duduk sambil menenggak minuman beralkohol yang dipesannya. Saat bartender akan kembali menuangkannya pada sloki milik Andromeda, Heru sudah mengambilnya.“Tidak usah, berapa jumlahnya?” tanya Heru sambil mengeluarkan kartu debit yang dibawanya. Dia tak masalah dengan harga yang disebutkan oleh bartender yang ada di hadapannya saat ini.Dia memapah Andromeda yang sudah kehilangan kesadarannya, berkali pria itu meracau namun memang dirinya
Saat itulah Andromeda merasa bersalah, menyakiti Heru yang hanya ingin menyelamatkannya malam itu. Dia melepaskan pisaunya, membiarkan Heru menutupi luka di telapak tangannya.Darah yang menetes membuat Andromeda mual seketika. Namun, hatinya merasa begitu bersalah.“Kenapa kamu memintaku melukaimu?” tanyanya masih tak memahami situasi saat ini.“Agar kamu paham apa yang terjadi semalam.”Jawaban yang dingin didapatkan oleh Andromeda,tak hanya dingin tapi ambigu.“Kau hampir dilukai oleh orang lain, bodoh!” Kembali Heru menjelaskannya.Andromeda termangu, kenapa dirinya malah diselamatkan? Bukankah akan lebih baik jika dirinya mati?Karena rasa bersalah menguasainya membuat Andromeda mnegikuti Heru, membiarkan dirinya mendapatkan pelampiasan emosi yang tepat. Heru bukanlah pria baik-baik saat berada di London, melainkan pria dengan bisnis kotornya.Adu gulat ilegal.Andro