*#Angel. "Jika aku telah lelah, maka tak ada yang ingin ku ketahui dan tanyakan lagi."*"Kau pulang?." Tanya Bagas, dengan senyum masih melekat. Wajah Angel yang semula memang agak lesu, semakin kuyu melihat kehadiran Bagas di sana."Mengapa ia harus datang?." Gumamnya dalam hati.Mungkin dulu sambutan seperti itu, akan menghangatkan hatinya. Namun sekarang semua telah berubah, bahkan jika ketulusan di hati Bagas masih sama, rasa hangat yang biasa tercipta telah membeku hingga ke dasar tulang. "Kapan anda datang?." Ucapnya santai, ketika masuk dan mendekat kearah Bagas.Angel berjalan mendekat dengan tenang, bukan untuk mendatangi sosok calon mantan suaminya tersebut, melainkan memang itu pintu utama untuk masuk kedalam rumah.Bibir tipis Angel memang meluncurkan pertanyaan untuk Bagas, seolah ia masih peduli kapan pria tersebut datang, dan berapa lama ia telah menunggu di teras.Akan tetapi pada kenyataan yang ada, Bagas memahami satu hal bahwa sang istri masih memendam kemarahan k
"Kita duduk dan bicara sebentar." Bagas kembali menegaskan, apa yang menjadi tujuannya datang kesana. Mengingat penghianatan, serta sosok wanita lain yang tengah mengandung, sesungguhnya ia tak ingin lagi berbicara dengan pria tersebut.Namun, untuk kelancaran rencana pengajuan gugatan cerai diantara mereka, mungkin wanita itu harus sedikit ekstra sabar, serta merantai harimau di dalam hatinya kuat-kuat, agar tidak melompat keluar serta menerkam sosok Bagas."Aku mandi dulu." Jawab Angel singkat.Dengan bahasa lain, ia menyetujui permintaan Bagas untuk melakukan pembicaraan perihal permasalahan diantara mereka.Baginya, hari ini mungkin waktu yang tepat untuk mengatakan apapun yang tengah ia pikirkan.Selain itu di sana di rumah peninggalan orang tuanya, tak ada orang lain yang akan mempengaruhi keputusan yang akan di ambil.Bagas menunggu Angel di ruang tamu, hampir satu jam lamanya.Entah itu kesengajaan dari wanita tersebut, atau ada hal lain, Bagas tidak mempersoalkan sama sekali.
"Aku juga tak pernah bercita-cita untuk menjadi janda."Meskipun bahasa di bibir tersebut terdengar lembut dan tenang, namun sungguh ironis dalam pemahaman Bagas ibarat sebuah bilah yang tajam menusuk ulu hati."Tapi juga tidak akan takut untuk menyandang lebel itu, jika orang yang ku cintai tak bisa menjaga kepercayaan."Angel masih menatap lekat Bagas, sebelum akhirnya kembali melanjutkan perkataan. "Ayo kita bercerai mas, berpisah secara baik-baik." "Zeblaaaaaarrrr."Meski telah beberapa kali Bagas membayangkan kemungkinan sikap, dan kejadiannya akan berakhir seperti ini, perkataan tersebut masih menghentak hatinya.Mata itu dalam sekilas menyiratkan kilat yang tajam. Jantung dan hati yang di usahakan mengalun dengan ritme tenang, kini berderu dengan cepat, berpacu bersama kegelisahan serta rasa takut yang hebat.Bagas menarik nafas panjang beberapa kali, seolah tengah menenangkan sesuatu yang hendak terlepas tak terkontrol."Mengapa kalimat itu terlihat mudah di bibirmu Een?, apak
Angel mengatakan perbandingan, antara perkataannya yang di anggap mudah ketika meminta cerai, dengan tindakan Bagas untuk menyentuh tubuh wanita lain."Apakah hubungan kita dangkal mas, sekalinya jauh dariku, kamu bisa bersama serta membelainya?." "Bisakah kau ingat kasih sayangku ketika bersamanya?, bisakah itu terjadi saat kamu mementingkan hubungan diantara kita?." Angel mengepalkan jari-jari tangannya dengan kuat, seakan tengah mencari kekuatan untuk melanjutkan ucapannya lagi."Setelah aku melihat vidio kalian bersama, jujur ketika kita melakukan itu, pikiran dan jiwa ini berontak. Aku selalu bertanya, apakah tindakanmu saat bersamanya juga seperti saat kau melakukannya denganku?, kata-kata manis mu, gerakan mu, bahkan apakah senyummu untukku juga sama dengan senyum untuknya?.""Apakah kau juga membisikkan namanya, dengan cara yang sama kau membisikkan namaku?, apakah kau juga puas serta bahagia, saat melakukan itu seperti ketika bersamaku?.'' Suara itu, tatapan dan penyampaian
"Iya.....Aku telah jatuh dalam pandanganmu, bahkan jika itu sebuah lubang dangkal, tetap saja tak ada jalan keluar dari sana." Ucap Bagas dalam hati.Ia merasa semakin jauh dari sosok Angel istrinya, dan mungkin juga gelar suami yang ia miliki akan segera terhapus, dalam hitungan beberapa saat ke depan.Hati Bagas seolah terhimpit dua dinding kokoh, yang yang kian merapat. Di sana juga ada kehampaan yang kuat, ketika membayangkan perpisahan mereka nanti."Een...bisakah itu di pikirkan lagi, lihat Ayah dan ibuku mereka sangat menyayangimu." Bagas mencari pemberat lain, untuk menahan keinginan Angel agar tidak kekeh untuk bercerai.Dan kali ini ia menyebut kedua orang tuanya, sebagai titik fokus wanita itu. Bagas berharap dengan kasih sayang tulus Hanum dan Hartono, ia akan berpikir dua kali, atau jika mungkin mengurungkan niatnya."Bahkan Cantika lebih menyayangimu ketimbang aku kakaknya, keluargaku akan selalu menjadi pendukung mu." Lanjut Bagas lagi.Mendengar perkataan itu Angel jus
Bagas memeluknya erat, serta berusaha mencium paksa bibir Angel. Di tengah kemelut pikiran yang bercampur aduk serta rasa rindu yang dia miliki, gejolak hatinya kian bergemuruh.Bahkan, ketika Angel dengan tegas menolak dan berusaha melepaskan diri, Bagas justru semakin bertekat.Dan apalah daya bagi seorang Angel, tentu saja ia tak sebanding dengan kekuatan Bagas. Di sela kebencian, amarah, bahkan mungkin rasa jijik yang mulai berkecambah di hatinya, ia menerima setiap perlakuan calon mantan suaminya tersebut.Bahkan ketika Bagas menariknya masuk kedalam kamar, ia tak dapat berbuat apa-apa.Hanya mengikuti langkah kaki dengan tarikan kuat yang membawa tubuhnya, dengan pikiran kebencian."Apa kau sudah gila, aku masih sakit mas, apa yang ingin kau lakukan?."Angel kehabisan akal, bahkan jika Bagas memaksanya, ia masihlah istri pria tersebut. Di atas perselisihan dan polemik rumah tangga mereka, dalam pandangan orang lain keduanya masihlah pasangan. Dengan mengingat hal itu, Angel mengu
"Pergilah....Aku tak ingin melihatmu."Angel masih memalingkan wajah, ketika mengatakan hal itu. Baginya saat ini, tak ada keinginan untuk melihat sosok Bagas sama sekali."Eeen......." Suara Bagas terdengar penuh permohonan."Een...sungguh aku tidak sengaja melakukannya, aku kehilangan akal beberapa saat yang lalu. Een..Aku takut kehilanganmu."Angel berusaha menguatkan hati, perlahan ia menoleh pada sosok di atas ranjang yang terpaku di sampingnya. Wajah itu masih sama dengan sosok yang ia cintai di masa lalu, tubuh itu juga masih memiliki aroma yang paling ia sukai. Namun, sorot mata di sana tidak lagi cerah dan yakin seperti bintang di kegelapan malam.Bahkan senyuman beberapa saat lalu, tidak lagi menghangatkan hatinya.Bagaimana itu bisa berbeda hanya dalam hitungan bulan saja, Angel kembali melelehkan air mata melihat sosok tersebut.Ia mencintainya begitu lama dan masih menyimpan beberapa rasa di dada.Lalu, bagaiman segalanya akan mudah di hadapi, bagaimana hari esoknya tanpa
Mendengar perkataan itu, Bagas ingin berteriak bahwa ia tak ingin memikirkan apapun tentang perceraian, ia tidak butuh tambahan teman, serta juga ingin menegaskan tidak akan mempertimbangkan apapun perihal perpisahan. Namun, dengan sikap dan kondisi saat ini Bagas hanya bisa menyimpannya.Toh, sejak awal hingga akhir ia juga sudah berulang kali bilang, bahwa tak ingin ada perceraian diantara mereka.Bagas masih diam hingga beberapa saat, tak mengatakan apapun atau menjawab perkataan sang istri. Hanya berpikir, mungkin memberi waktu untuk Angel agar lebih tenang adalah pilihan terbaik.Selain tidak memancing emosi wanita tersebut, ia juga berharap setelah berpikir dengan tenang, akan ada sedikit harapan untuk hubungan mereka. "Baiklah...istirahatlah dulu, kita bisa bicara lagi lain kali." Pria tersebut turun dari ranjang,berhenti di pinggiran sejenak, dan menoleh kembali untuk menatap sosok Angel, menghela nafas dan berjalan keluar kamar.Namun, setelah pintu kamar tertutup rapat dan