"Siapa kamu?, beraninya kamu memasuki kamar orang lain!." Seru Angel setelah beberapa saat memperhatikan dari atas dan bawah sosok di depannya.
Angel menjadi waspada untuk sosok di depannya. Ia berpikir dengan perusahan APC yang besar, kemungkinan terjadi pencurian berkas juga tidak mungkin kecil.Meski ia kesal atas pemaksaan kontrak, bagaimanapun ia adalah karyawan di sana, setidaknya untuk 3 tahun ke depan dirinya juga berkewajiban melindungi rahasia ataupun setiap dokumen dari perusahaan tersebut."Bagaimana kau bisa masuk kesana?." pertanyaan Angel bukan tidak beralasan, bahkan dalam pikiran flash kilatnya, ia juga hampir berasumsi bahwa pihak hotel mungkin ikut campur tangan.Di balik imajinasinya yang mulai melambung, sosok wanita di sana justru terkesan lebih santai."Saya tamu yang di undang oleh tuan di kamar ini." Jawabnya singkat, sembari menekan kata tamu.Namun bukannya mengerti, Angel justru semakin mempercayai pikiran bodoWanita itu ingin segera pergi dari sana dan tidak kembali lagi, khususnya tidak berhadapan dengan kedua makhluk yang kini masih berdiri di depan ruangan kamar sang Presdir.Namun, seburuk dan sebesar apapun rasa malunya saat ini, ia tidak bisa menghilang dengan mudah.Angel merebahkan tubuh kasar di atas ranjang, memikirkan dan mencoba mengingat perkataan dari sosok wanita seksi beberapa saat yang lalu.Namun, entah apa yang tengah menggelayuti hati serta pikirannya, sehingga yang terngiang hanya sebagian penggalan kalimat uniknya saja. "Jaga suami mbak, dia seperti kuda liar." "Karena suami mbak sudah menggunakan tubuh saya bukan hanya sekali, melainkan 3 kali, maka ini menjadi hak saya."Wajah Angel memerah mengingat perkataan itu. Ia mengingat betul kapan mereka cek in ke hotel, dan kapan keluar bersama handoko.Dan itu belum berselang lama, hanya membutuhkan waktu setidaknya 1 jam untuk makan, dan 3 hingga 4 jam saja be
Banyak kata buruk untuk Angel di bibir Anggara, namun meski demikian entah mengapa ia juga enggan melepas sosoknya dan merasa tidak nyaman ketika mengingat bahwa wanita itu dekat dengan Handoko.Mungkin karena hal itu juga, ia semakin tidak bisa menentukan sikap dan kebingungan bertindak di depan sang sekertaris baru tersebut."Nanti pas pulang, ganti dengan yang lain." Sambung Anggara ringan.Handoko yang mendengar itu masih terdiam, baginya 0erkataan apapun yang ia dengar dari Anggara tentang Angel ia akan berpura-pura tidak mendengarnya."Kopi di sini benar-benar lumayan, bisa kau pesankan aku beberapa?." Handoko mengalihkan pembicaraan, menggunakan rangkaian kata tentang kopi."Ciiih..." Anggara mengejek sahabatnya itu dengan berdecih pelan.Ia jelas tahu, bahwa sahabatnya tersebut jelas melindungi sosok Angel.Namun, dengan sikap dan pemahamannya tentang Handoko, ia juga sedikit lega.Setidaknya, wanita itu akan tetap ber
"Brraaaaaaaakkkk." Meski mobil berjalan dengan kecepatan rata-rata, namun ketika beradu dengan pohon besar yang kokoh, nyatanya mampu menggelegar dengan hebat di pagi itu.Dan sosok di balik kemudi mobil yang tak lain adalah Bagas, meringis sejenak menahan sakit kepala akibat benturan keras, sebelum akhirnya pingsan di tempat kejadian.Bagas tersadar dari pingsannya pada siang hari, dan mengetahui dirinya telah berada di UGD rumah sakit. Pria tersebut melihat keatas meja yang berada di sampingnya, dan tidak menemukan apa yang di cari."Suster, siapa yang membawa saya ke rumah sakit?." Tanyanya kepada salah satu perawat jaga, yang sedang menangani pasien di sampingnya bersama seorang dokter.Melihat sosok Bagas telah tersadar, Dokter dan ketiga perawat yang memeriksa kondisi pasien di ranjang sebelah, segera mendatanginya.Mereka tidak menjawab pertanyaan pria tersebut, justru balik bertanya dan mengecek setiap detil kondisi dirinya.
"Een...Angkat telponnya." Suara Bagas terdengar seperti sebuah doa yang di ucapkan dengan penuh harapan.Dengan rasa sakit di kepala yang masih bersarang, ia berpikir untuk terus mencoba menghubungi Angel.Sebenarnya ia bisa saja menghubungi keluarga yang lain, Cantika, Hanum ataupun Hartono.Namun mengingat ia sekarang tengah berada di kota B, dan orang yang tepat untuk bisa segera datang dan sangat ia harapkan adalah Angel.Dalam kesempitan situasinya saat ini, ia ingin memanfaatkan musibah kali ini, untuk menciptakan kesempatan bagi hubungan diantara dirinya dan wanita itu.Iya, jika Angel mengetahui dirinya tengah terluka, atau mengalami kecelakaan, wanita itu pasti akan segera datang. Dan untuk selanjutnya, Bagas bisa memasang wajah layaknya kucing terluka, yang tengah butuh perawatan serta kepedulian.Namun, seperti panggilan telepon itu yang tak pernah menerima tanggapan, hatinya mulai merasa kembali bimbang.Di tatapn
"Mulai hari ini, kau jangan membantunya Han!. Dia bukan baru lulus kemarin, tugasnya harus di selesaikan sendiri." Handoko yang baru saja memilih kursi untuk duduk tidak banyak terpengaruh, bagi pria tersebut setiap perkataan sahabatnya akhir-akhir ini sungguh tidak valid, sebentar-sebentar membuat peraturan, marah bahkan juga mengancam akan memberhentikan karyawan.Namun, sebagai bawahan sekaligus orang terdekat Anggara sejak lama, Handoko hanya cukup mengiyakan perintah itu atau mengganggukkan kepalanya.Kali ini mereka tidak mengambil ruangan khusus, hal ini di karenakan rumah makan tersebut memang sudah di atur sedemikian rupa, dengan adanya beberapa penyekat ruangan, serta jarak meja makan satu dengan yang lainnya tidak terlalu berdekatan.Begitu mereka telah menempatkan tubuh dengan baik, dua orang pelayan datang dengan sigap.Satu mencatat pesanan mereka, dan yang satunya lagi menuangkan air putih untuk ketiganya.Handoko dan
Angel masih terdiam beberapa saat, tak ada sahutan lain selain kata"Iya, mengerti dan baik" saja, yang meluncur dari bibirnya hingga panggilan itu selesai.Namun, dari pandangan kedua pria di sana yang memperhatikan pergerakan wanita itu sejak tadi, wajah Angel tampak tidak baik-baik saja.Akan tetapi, apa sangkut paut keduanya dengan itu, di sini Angel tetaplah pribadi bebas dengan segala permasalahan dan urusan pribadi, yang tidak dapat di campuri oleh orang lain. Termasuk Anggara atasan dalam perkerjaan, dan Handoko sang sahabat kecil yang baru mengklaim jati dirinya.Wanita itu berjalan kembali menuju tempat duduknya semula, ia hanya diam dan menunduk di sana, tanpa ada niat melanjutkan hidangan yang belum ia selesaikan.Hal ini berlangsung sampai Anggara menyelesaikan makanan yang terhidang di depannya, barulah Angel mulai membuka suara. "Maaf pak." Wanita itu tampak ragu-ragu.Dan mendengar Angel membuka suara, untuk berbicara
Meskipun Angel masih kebingungan dengan perkataan Anggara, ia masih tetap harus berdiri dari duduk dan mengejar kedua orang itu, yang mulai melangkah menjauh.Hari ini, setelah makan siang, jadwal akan berlanjut di gedung utama kantor cabang APC, yang berada di tengah kota D.Sebuah perkantoran yang menjulang tinggi, dengan 7 lantai tak jauh dari hotel tempat mereka menginap tadi malam.Dalam perjalanan dari rumah makan hingga sampai ke tempat tujuan, tak banyak percakapan yang terjadi.Khususnya Anggara yang memang tampak anti, untuk menrekoncilisasi kebodohan Angel, yang di rasa oleh pria tersebut sudah kelewat batas. Hanya Handoko yang beberapa kali membuka suara, sekedar untuk mengingatkan points penting dari rapat kali ini.Sebenarnya, saat pria tersebut mengetahui bahwa Angel masih memendam kecemasan untuk sang suami, terbesit kecewa di benak Handoko.Dalam pemikirannya, sebesar apa Angel mencintai pria tersebut, dapat di lihat
"Ini, pakai untuk keperluan mu." Ucap Handoko, sembari menyodorkan sebuah amplop kecil.Suara pria tersebut terlihat tenang dan dalam, Seperti keheningan telaga, dengan kesejukan embun pagi yang menyegarkan setelah hujan."Ini?." Angel menatap Handoko dengan pandangan terkejut.Dan sedetik kemudian, Angel merasakan kehangatan hati yang telah lama menghilang, ketika telah memahami apa yang di lakukan oleh sosok di depannya.Pria itu peduli tentang musibah dari Bagas, dan tentu saja karena memandang dirinya sebagai sosok sahabat kecil di masa lalu. Setidaknya, itulah yang di pikirkan oleh Angel saat ini."Itu bukan untuk keperluan suami bodoh mu, tidak juga untuk pengobatan nya. Pakai untuk kebutuhanmu sendiri." Handoko ingin menambahkan perkataan tersebut.Akan tetapi, melihat senyum cerah dan tatapan hangat wanita di depannya, timbul rasa ketidak tegaan dalam hati. Dan pada akhirnya, Handoko hanya bisa menelan kembali perkataan tersebut.Ia berpikir, mungkin bercanda dengan Angel saat