Jika diminta untuk memilih antara mengerjakan sebanyak berapa puluh soal Kalkulus atau membuat esai dengan tema kepemimpinan, sepertinya Chloe akan lebih memilih untuk mengerjakan soal Kalkulus saja, karena tampaknya otaknya itu tidak dirancang untuk bisa merangkai beberapa kalimat menarik yang bisa dituangkan dalam esai. Dan, apa juga tadi yang mesti ditulis dalam esai selain tema yang sudah ditentukan? Menuliskan apa alasan Chloe memilih himpunan sebagai kegiatan non akademiknya? Apa Chloe harus menulis karena terpaksa akibat tidak tahu harus mendaftar kegiatan apa selama berkuliah di Seirios? Sudah pasti Juan—sang pembina kemahasiswaan—dan Sam—sang ketua himpunan—akan memasukkan namanya ke dalam blacklist.
Chloe melepas kacamata yang memang biasa dia gunakan selagi harus bertatapan dengan laptop dalam waktu lama. Memejamkan mata sek
Siapa? Siapa perempuan yang dimaksud Grace? Kenapa Juan bisa membawa foto itu hingga ke ruang kerjanya? Kenapa harus dia pandangi dalam waktu yang lama? Belum lagi perihal secuil ingatan Chloe yang ikut muncul tadi malam. Apa benar itu sungguhan? Bukan mimpi? Karena selama ini Chloe hanya menganggap kejadian itu adalah mimpi. Lantas, jika itu sungguhan bagaimana? Kenapa juga Juan melakukan itu? Apa Chloe harus bertanya langsung padanya untuk memastikan benar atau tidaknya? Kenapa pula pertanyaan-pertanyaan semacam itu bermunculan di kepala Chloe hingga membuatnya resah sepanjang malam? Bahkan hingga detik ini. Detik di mana Chloe sudah duduk di dalam ruang kelas mata kuliah Kalkulus. Bersiap menunggu datangnya sang dosen yang membuatnya nyaris terjaga hingga pagi. “Chloe, lo udah jadi ketemu Kak Sam?” tanya seorang perempuan yang duduk di belakangnya.
“Chloe!” pekik Juan pelan, tapi menekan.Diraihnya segera tangan Chloe dan ditariknya cepat mengarah pada pintu darurat. Tubuh Chloe yang mungil nan ringan terbawa begitu saja bagai sehelai kain yang terbang terangkut embusan angin. Berbeda dengan Chloe yang mesti sekuat tenaga menarik pintu darurat, Juan dengan mudahnya melakukan itu. Dibawanya Chloe masuk dan dibiarkan pintu darurat menutup dengan sendirinya.Juan mengusap wajah hingga ke belakang kepalanya sambil mengerang frustasi. Belum juga membuatnya tenang, Juan mulai melangkah tanpa arah yang jelas. Tangan kirinya berpegang pada pinggang, sedangkan tangan kanannya masih mengubrak-abrik wajah dan rambutnya. Chloe tidak pernah melihat Juan bereaksi seperti itu.“Kamu sadar kalau ini gedung jurusan?” tanya Juan pada akhirnya. Seti
Menyebalkan. Sekali menyebalkan akan tetap menyebalkan.Apa lelaki itu tidak paham kalau dua hal tersebut penting bagi Chloe? Setiap bagian tubuhnya adalah sesuatu yang penting untuk Chloe jaga, lantas dengan mudahnya Juan meminta maaf setelah apa yang dia lakukan pada bagian tubuhnya? Tanpa izin? Saat Chloe dalam keadaan lemah? Apa yang telah dilakukan Juan padanya benar-benar tidak mencerminkan kewibawaan sebagai seorang dosen.Tega-teganya membentak pula. Itu yang paling sulit Chloe terima. Meskipun Chloe sadar kalau dia juga terkesan keterlaluan, tapi dia seperti itu juga karena Juan. Kalau saja Juan tidak datang siang hari itu, pasti hal semacam ini tidak akan terjadi. Bukankah sudah sepantasnya Chloe marah? Bukankah juga sudah sepantasnya Juan menerima jika dia salah? Bukannya justru terus membela diri dan menganggap apa yang telah terjadi adalah
Ucapan Juan barusan menimbulkan rasa merinding yang seketika merayap cepat di area sekitar tengkuk. Wajah Chloe tidak benar-benar terangkat untuk bertemu dengan wajah Juan, tapi bola matanya berhasil terlepas dari satu titik, kemudian berlarian ke kiri dan ke kanan.Tanpa disangka-sangka, Juan menurunkan tubuhnya. Berjongkok dimana salah satu pahanya menjadi tumpuan salah satu lengannya. Wajahnya pun mendongak. Berupaya menemukan mata Chloe. Chloe yang mendapati Juan tiba-tiba berada di bawahnya, berhenti bernapas sejenak dan mematung. Matanya justru melebar. Tidak tahu harus berpaling bagaimana lagi. Seolah ke mana pun mata Chloe pergi, dia akan selalu menemukan Juan.“Sekali-kali saya yang mendongak buat lihat kamu,” cetus Juan semakin membuat Chloe berdengap.Barulah Chloe mengangkat wajahnya. Menyiba
Tanpa berpikir panjang lagi, Chloe mencoba bangun dari posisinya, tapi …."Aw!" pekiknya saat tahu beberapa helai rambut panjangnya tersangkut di kancing kemeja Juan. Chloe pun berusaha mengutak-atik rambutnya yang tersangkut dan tanpa sadar pergerakan jarinya justru menggelitik dada Juan. Belum lagi gerak panik Chloe—terutama dengan posisi tubuhnya yang menungging di antara dua kaki Juan—yang tanpa sengaja menimbulkan tekanan juga gesekan di suatu bagian yang tidak semestinya diperlakukan demikian.Oh, sial, batin Juan melenguh.“Hei, Chloe!”“Maaf! Tapi ini susah!” seru Chloe panik sambil masih terus berupaya melepas rambutnya.
Jadi, bagaimana? Otak bagian kiri Chloe bertanya.Udah jelas ajakan Juan lebih menarik—bukan menarik, tapi lebih membantu dibanding dengan ajakan Sam yang sebenarnya dia sendiri juga ngga yakin akan mencari buku itu di mana, jawab otak bagian kanan.Tapi, gimana dengan perihal ‘ngga akan dekat-dekat lagi dengan Juan’? Karena menerima ajakan Juan itu sama saja dengan mendekatkan diri lagi padanya.Iya, sih, tapi buku itu penting juga. Demi bisa menghadapi ujian minggu depan.Ocehan kedua sisi otaknya akhirnya berhenti.
“Jadi dari tiga orang yang masuk daftar cadangan, cuma Chloe aja yang akhirnya berkesempatan untuk jadi anggota himpunan, Pak.” jelas Sam di tengah keseriusan Juan melihat daftar nama anggota himpunan periode baru. “Saya kurang tau apa alasannya, tapi dua orang lainnta ngga temuin saya sama sekali.”Juan mengangguk samar. Menutup daftar nama yang sebelumnya dia lihat, lalu dikembalikannya lagi pada Sam.“Oke. Semoga semuanya bisa bekerja dengan baik.”“Iya, Pak,” sahut Sam dimana matanya tak sengaja menemukan lembaran esai milik Chloe di tumpukan paling atas buku-buku Juan yang berada di atas meja. “Bapak udah baca esai Chloe?”Juan berpaling dari laptop di depannya. Refleks matanya meluncur menuju esai ya
Sebuah bus keliling Seirios berhenti tepat di depan halte gerbang utama. Bersama dengan dua orang lainnya, Chloe turun, lalu lanjut melangkah keluar pintu gerbang. Jarang ada mahasiswa yang turun di halte ini kalau bukan karena ingin pergi ke luar kawasan Seirios. Ini pun juga baru pertama kalinya buat Chloe, karena selama tinggal di asrama, dia memang belum pernah pergi keluar—maksudnya, benar-benar keluar sendiri atau bersama Grace juga lainnya, ke tempat mana pun di luar Seirios, dengan menggunakan bus keliling—karena kalau menggunakan mobil, sudah pasti Chloe pernah, yaitu sewaktu Tuan Edgar menjemputnya pulang ke rumah dan juga … tentu saja, sewaktu mobil dua miliar Juan mengantarnya pulang ke asrama. Serta saat ini, saat mobil yang serupa tengah melaju pelan melewati gerbang utama yang terbuka lebar lalu berhenti tepat di depan Chloe.Beruntung sedang tidak ada teman-teman pe