Memang Alex terkesan jahat karena tidak memberi tahu Juan perihal apa yang sedang Chloe hadapi, termasuk memberi tahu Juan bahwa kenyataannya memang Chloe-lah perempuan yang selama ini dia tunggu. Chloe-lah sebenarnya reinkarnasi dari Helena. Alex yakin itu. Berdasarkan rentetan cerita yang Chloe utarakan, terutama cerita tentang mimpi-mimpinya yang memang menjurus pada apa yang pernah Juan ceritakan pada Alex mengenai wanitanya dulu. Menjadikan pertemuan Chloe dan Juan sewaktu penjemputan sebagai semacam petunjuk yang sama sekali tidak mereka sadari—lebih tepatnya, Juan sadari—sebab memang sudah seharusnya Juan yang pertama kali sadar akan hal itu.
Namun, entah apa yang terjadi sampai-sampai Juan memilih perempuan yang salah? Hingga sekarang pun dirinya tak kunjung sadar. Lantas, bagaimana caranya membuat Juan sadar dengan sendirinya? Bagaimana caranya membuat Juan sadar bahwa saat ini d
Papa : Bagaimana? Apa rasa sakitnya masih suka muncul?Chat perdana dari Tuan Edgar di hari ini. Mengetahui papanya tidak terlihat panik setelah kejadian joging beberapa hari lalu, tampaknya Grace tidak memberi tahu apa pun padanya. Memang ada baiknya seperti itu, jangan sampai lagi-lagi Tuan Edgar merasa khawatir atas suatu hal aneh yang Chloe alami.Chloe : Ngga kok, Pa. Grace juga udah mulai ajak aku olahraga pagi. Ini aku baru selesai kuliah, makanya baru bisa balas chat Papa.Jari-jari Chloe sibuk mengetuk-mengetuk layar ponsel selagi dirinya berjalan menyusuri koridor lantai empat gedung jurusan. Menyampirkan rambut ke belakang telinga setiap kali beberapa helai rambutnya berjatuhan di samping wajahnya. Begitu b
Juan memasuki sebuah ruangan. Terlihat sepi dan gelap. Hanya ada dirinya dan sesosok lelaki berambut pendek pada umumnya yang tengah berdiri menatap jendela. Mengenakan pakaian khas rumah sakit yang tidak terlalu terlihat detailnya karena keadaan ruangan yang gelap—tidak tahu kenapa. Kedua tangannya saling berkaitan di belakang punggung, sementara wajahnya mengarah ke luar jendela. Menatap pemandangan dunia yang tidak akan pernah dilihat lagi.Juan mendekat dan berhenti tak jauh di belakang."Percayalah jika pemandangan yang didapat setelah pergi dari dunia ini akan jauh lebih baik." Juan mencoba basa-basi seperti biasa di kala dirinya menjemput seseorang yang sama sekali tidak dia kenal. Anggap saja sebagai kalimat sapaan.Lelaki di depannya hanya bergeming. Tetap setia pada posisinya. Berdi
Mimpi yang Chloe harapkan akhirnya datang.Biasanya dia tidak pernah mengharapkan kedatangan mimpi tentang Helena, sebab setiap kali mimpi tentang perempuan itu datang, semakin banyak pula beban pikiran yang bermunculan. Arti dari satu mimpi belum dianggap yakin, sudah datang mimpi lainnya, dan seterusnya. Namun, semakin ke sini, Chloe justru ingin semakin sering memimpikan Helena, karena dengan begitu akan semakin banyak cuplikan-cuplikan yang bisa menjadi pengait antara yang satu dengan yang lain. Siapa tahu nantinya dapat semakin memperjelas juga siapa Chloe dan siapa Helena sebenarnya.Ketika membuka mata, yang pertama kali Chloe lihat adalah Juan.Sempat membuatnya terkesiap—terlebih masih belum terbiasa melihat Juan dengan penampilan rambut yang pendek—tapi rasa dingin dari suatu benda
Chloe membuka mata lagi. Namun, dia masih di lokasi yang sama dan masih dalam keadaan yang sama. Berbaring dengan rasa sakit tembakan di dada kanannya yang Chloe rasa dia sendiri tidak akan bisa melewatinya. Langit begitu tampak cerah berawan. Hening juga, seakan tidak terjadi apa-apa beberapa detik atau bahkan menit yang lalu. Hanya saja sekumpulan kabut tipis yang melayang berarakan di sekitar, rasa-rasanya mengingatkan Chloe dengan sesuatu. Sesuatu yang pernah dia alami jauh sebelum mimpi menegangkan dan menyakitkan ini datang."Helena."Bola mata Helena bergulir lemah ke arah suara berasal. Juan datang dan memosisikan diri di sampingnya. Dia tampak baik-baik saja setelah mendapat serangan tembakan. Hanya wajahnya yang terlihat tidak baik-baik saja. Dia begitu khawatir."Aku masih bisa menyentuhnya?" tanya
Juan memunculkan diri di tempat yang dia pikirkan. Ral's Boutique. Entah malam ini Raline sedang berada di butiknya atau tidak, Juan tidak tahu. Yang terpenting dia segera datang untuk menyelamatkan wanitanya yang sedang berada dalam bahaya.Seperti memiliki akses VIP ke berbagai tempat, tanpa peduli melanggar peraturan maupun privasi, Juan menembus pintu butik, masuk ke dalamnya, dan setelah dirasa tidak berhasil menemukan Raline di area depan, Juan langsung melanjutkan pencariannya ke dalam ruang kerja Raline.Kosong. Tidak ada siapa pun.Sial, batinnya menggerutu.Juan kembali ke area depan—tempat dimana para pegawai butik sedang berkumpul—dengan tergesa-gesa.
"Aku terima pertukaran itu. Aku bersedia memberikan kesempatan hidupku dengan Juan.""Permintaanmu diterima."Juan ingat ada cahaya terang saat itu dan seketika sosok Helena tak bisa lagi dia lihat. Menghilang di dalam dekapannya. Yang tersisa di sekitar hanyalah sekumpulan kabut tebal yang semakin lama semakin pekat dan mengubah situasi menjadi berwarna putih."Setelah ini kau akan kembali hidup, Juan. Pergunakanlah kesempatan hidupmu ini dengan sebaik-baiknya, sebab apa yang baru saja kau alami, merupakan sebuah anugerah.""Aku tidak merasa bangga dengan itu.""Bersyukurlah.""Tidak. Kau pikir aku bisa menjalani hidup dengan
Ethan meletakkan kedua siku tangannya pada masing-masing sandaran tangan kursi. Jemarinya terangkat dan saling berkaitan. Penampakan Juan dan Ethan kali ini, terlihat seperti seorang karyawan di sebuah perusahaan yang tengah menghadap sang pimpinan. Terlebih cara berpakaian Ethan yang mendukung untuk dikatakan demikian, seperti mengenakan kemeja putih dengan bagian lengan tergulung hingga siku, lalu ditambah dengan vest berwarna abu-abu, celana kain berwarna senada, dan terakhir adalah sepatu pantofel mengilap."Kau benar," jawab Ethan cukup memancing luapan emosi Juan."Kau memang sama saja dengan para petinggi," sahut Juan menyindir."Dengarkan aku dulu." Ethan memohon dengan sangat. "Aku memang tahu siapa tepatnya wanita
Hari Sabtu yang dimaksud tiba. Sejak sang iblis muncul kembali di sekitar asrama, perasaan Chloe menjadi tidak pernah tenang. Pembawaannya selalu serba curiga. Terutama setiap kali ada orang—baik itu secara sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan—yang menatapnya dengan begitu serius, Chloe pasti merasa tidak nyaman. Dan yang paling parah adalah ketika ada seseorang yang berjalan di belakangnya. Rasa takut serta berbagai macam pikiran negatif mendadak menyelimuti dirinya di sepanjang jalan. Jujur hal seperti itu sungguh membuatnya tidak bebas dan terlihat aneh. Bertanya-tanya kapan semua ini akan berakhir?"Ngga. Gue ngga bolehin lo pergi sendirian." Grace memperingatkan. Tangannya dengan tegas menyilang di depan dada. "Kalau misalnya lo ngga mau ikut acara penutupan pekan olahraga, ya udah, lo bisa di dalam kamar aja. Seenggaknya gue tau lo ada di dalam kamar. Lebih baik dari pada tau lo pergi