"Eh, Kak Sam, kuliah di ruangan ini juga?"
Kata sapaan sekaligus kalimat pertanyaan yang dilontarkan salah seorang mahasiswa menarik perhatian Chloe yang sedang membereskan buku-bukunya ke dalam tas.
"Hei, ngga kok. Cuma mau ketemu seseorang aja," aku Sam seraya melirik Chloe.
Sam pun masuk ke dalam ruangan. Tidak sengaja berpapasan dengan Juan yang juga telah selesai merapikan peralatan mengajarnya. Chloe memperhatikan. Sam hanya mengangguk pelan pada Juan dan Juan sendiri hanya lanjut berjalan. Entah memang di kesehariannya mereka seperti itu ketika di luar himpunan atau mendadak berubah dingin setelah obrolan keduanya terakhir kali—sesuai dengan yang pernah dikatakan oleh Grace—Chloe tidak terlalu paham.
"Gimana kabar lo?" tanya Sam yang sudah berdir
"Dari hasil di sini bisa dilihat bahwa semuanya aman. Tidak ada masalah apa-apa dengan tubuh kamu. Kamu sehat, Chloe, dan tidak ada yang perlu kamu cemaskan.""Kalau begitu rasa sakit seperti terbakar yang suka muncul di dada kanan saya itu kira-kira karena apa ya, dokter?""Sejauh ini bisa jadi karena kamu kelelahan. Jam berapa biasanya kamu tidur malam?""Ngga tentu dan suka bangun tiba-tiba terus ngga bisa tidur lagi.""Saya sarankan agar kamu tidur malam yang cukup. Jika tidak ada kuliah, kamu bisa tidur siang, dan sempatkan waktu untuk olahraga. Jalan santai saja di pagi hari. Udara pagi sangat baik untuk kesehatan, terutama paru-paru.Sekumpulan air otomatis mengucur deras be
“Terima kasih,” kata Tuan Edgar pada salah seorang pelayan restoran yang baru saja selesai mengantarkan pesanan. “Apa selama di asrama kamu makan dengan baik?”Chloe mengambil sendok dan garpu, lalu mulai menyendok nasi goreng yang dia pesan. Tuan Edgar sempat tidak setuju dengan menu makan siang yang Chloe pilih, tapi anak perempuan satu-satunya itu beralasan sedang tidak berselera makan, sehingga memilih sepiring nasi goreng pun tampaknya sudah lebih baik dibanding tidak makan sama sekali.Chloe terlebih dahulu menyelesaikan proses mengunyahnya.“Ya, tentu.”“Papa rasa ngga,” tampik Tuan Edgar. Chloe pun mendelik dari atas piring, “melihat pilihan makananmu yang seadanya. Sepertinya Grace juga harus lebih memp
Kedua kaki Juan melangkah dengan cepat. Bot hitamnya mengoyak asap putih yang membubung di area depan Gedung Pusat Para Petinggi Akhirat. Kapan terakhir kali dia datang ke sini? Sewaktu bertanya untuk kesekian kali tentang wanita reinkarnasinya, tentu saja, sebab tidak ada alasan lain yang bisa dengan berani membawanya pergi ke tempat sakral para petinggi akhirat.Ketika Juan semakin bergerak mendekat, saat itu juga Alfa muncul dengan membawa setumpuk dokumen yang entah apa isinya. Juan tidak ingin menganggap pusing hal tersebut.“Hari yang melelahkan, bukan begitu?” tanya Alfa saat Juan sudah berdiri di depannya. Meletakkan tumpukan dokumennya dengan kasar hingga mengeluarkan bunyi berdebum, tapi tidak cukup mengagetkan.“Gue perlu masuk ke dalam,” ujar Juan lebih kepada memaksa.
Dan mungkin kamu justru akan berterima kasih dengan hadirnya masalah ini.Omong kosong, pikir Juan. Iblis itu berencana balas dendam dan mungkin akan membuat wanitanya celaka, tapi Ethan justru mengatakan kalau Juan akan berterima kasih karenanya? Bahkan saking tidak mengertinya dengan jalan pikir Ethan, Juan langsung pergi begitu saja tanpa berkata apa pun.Baiklah, pikirnya. Jika memang Juan harus menghadapi dan menyelesaikan masalah ini sendirian, Juan akan lakukan. Semata-mata hanya untuk wanitanya—Raline.Juan telah kembali ke asrama. Melepas wujud sejatinya dan mengubah diri menjadi seorang Juan yang biasa. Tergesa-gesa mengambil sebotol minuman dingin dari dalam kulkas dan meneguknya hingga hab
Tidak ada satupun yang mencoba membuka suara. Beruntung keramaian yang ditimbulkan para suporter tidak terlalu membuat suasana di sekitar empat orang ini menjadi canggung.Chloe melepas tatapannya dari siapa pun. Tanpa sadar perlahan demi perlahan tangannya bergerak menuju lengan Tuan Edgar. Tuan Edgar yang menyadari gerak-gerik Chloe pun langsung berdeham seraya menggenggam punggung tangan Chloe."Chloe!" teriak seseorang yang ternyata adalah Grace. Perempuan itu tengah berdiri di pinggir lapangan sembari melambaikan tangan padanya.Sebetulnya tidak hanya Chloe, melainkan Tuan Edgar, Juan, dan Raline pun ikut tertarik ke arah suara itu berasal. Seketika keceriaan Grace memudar. Dahinya mengerut. Matanya memicing. Seakan tengah memastikan lebih dalam lagi atas apa yang baru saja dia lihat.
Oleh karena sudah diamanatkan oleh Tuan Edgar untuk memperhatikan waktu tidur Chloe, beserta menu makan juga menyempatkan waktu untuk olahraga, alhasil di akhir pekan Grace langsung meminta Chloe bangun pagi. Benar-benar pagi, karena langit masih tampak gelap, dan ketika Chloe melihat jam yang tertera di layar ponselnya, ternyata waktu masih menunjukkan pukul lima pagi."Ayolah, sekadar jalan-jalan aja atau mungkin joging. Kalau bareng gue ngga bakal berasa capek deh," bujuk Grace yang terlihat begitu semangat, sedangkan Chloe masih tampak melempem di atas tempat tidur."Satu jam lagi deh, ya," ujar Chloe menawar pada orang yang salah."Di waktu satu jam lo yang lo pakai buat tidur, kita mungkin udah selesai joging keliling area Seirios," celetuk Grace. "Udah ayo bangun atau mau gue laporin ke Papa lo?" ancamn
Tidak ada yang bisa dilakukan selain diam.Baik Juan maupun Chloe sendiri juga tidak memprediksi bahwa akan bertemu kembali dalam situasi seperti ini. Padahal sudah tidak seharusnya mereka duduk berdua di dalam mobil dan sudah tidak seharusnya pula Juan membawanya kabur ke suatu tempat yang tidak Chloe tahu. Mungkin ini adalah lokasi yang sering dia kunjungi ketika sedang berduaan dengan Raline. Duduk di dalam mobil atau berjalan bergandengan tangan sambil tersenyum dan tertawa sekaligus memandangi hamparan laut yang memiliki sekumpulan pasir putih. Membayangkannya saja benar-benar menyenangkan."Oke." Juan mencoba mengusir kesunyian yang bergantung di sekitar sejak tadi. "Saya ngga berharap kamu mau cerita ke saya apa yang terjadi sama kamu, tapi kalau kamu mau cerita pasti akan tetap saya dengarkan."Chloe m
Chloe menunduk memandangi kuku-kuku jarinya. Meskipun sudah bertekad untuk menceritakan pada Alex, tapi Chloe tetap tidak bisa dipungkiri bahwa dirinya juga takut menerima kenyataan pahit bahwa iblis itu benar-benar telah datang dan mengincarnya lagi."Kelihatannya aku memang ngga salah lihat," aku Chloe dimana Alex diam-diam menggulirkan bola matanya ke samping. Melihat Chloe dari sudut mata.Apa yang dikatakan oleh Chloe barusan memang tidak spesifik, tapi apabila dia mengatakan hal semacam itu di depan Alex, sudah pasti Alex paham apa maksudnya, karena mereka berdua pernah membicarakan hal yang serupa sebelumnya."Lo … yakin?" tanya Alex memastikan. Respons dari Chloe hanya berupa anggukan kepala. "Oke … jadi …," Alex masih kesulitan untuk berkata, "jadi lo juga udah kasih tau Jua