Tidak mungkin, batin Chloe spontan mengelak.
Pasti hanya kebetulan. Pasti hanya efek dari dirinya yang diam-diam masih memikirkan Juan, serta masih terlampau berharap. Tidak sepantasnya Chloe yang hanya merupakan seorang mahasiswa dan bukan siapa-siapa ini berpikiran jika dirinya adalah reinkarnasi dari Helena hanya karena rentetan mimpi yang datang padanya. Juan sendiri saja sama sekali tidak berpikiran seperti itu. Buktinya lelaki itu justru pergi bersama perempuan lain, yaitu Raline, yang sudah jelas memiliki wajah yang mirip dengan Helena. Sementara Chloe? Tidak ada satu hal pun dari dirinya yang menunjukkan bahwa dia adalah perempuan yang tengah Juan tunggu selama ini. Jadi … tidak mungkin.
"Oke deh," cetus Grace kembali berdiri. "Meskipun gue bilang kalau gue ngga bakal bisa jauh-jauh dari lo, tapi ka
"Umm … ke-kenapa lo tanya itu?"Alex menjawab dengan gugup. Lebih kepada kaget dan bertanya-tanya kenapa Chloe tiba-tiba menanyakan hal semacam itu? Di saat tema iblis memang sedang menjadi bahan perbincangan yang begitu hangat antara dirinya dengan Juan.Chloe mengembalikan posisi duduk di sela-sela Alex yang tak henti-hentinya menoleh untuk menunggu jawaban. Kefokusannya mendadak buyar hanya karena sebuah kalimat pertanyaan."Sebelumnya … bisa janji dulu sama aku kalau Kak Alex ngga akan cerita ini ke siapa pun?" pinta Chloe."O-oke. Termasuk Juan?""Termasuk Pak Juan." Chloe menegaskan. "Karena aku sendiri juga ngga bisa cerita hal ini ke dia juga siapa pun, termasuk Grace dan Kak Sam dan orang-or
Atmosfer di dalam mobil seketika berubah. Chloe menyadari itu. Sayangnya dia tidak bisa menebak apa yang tengah Alex pikirkan hingga membuat lelaki itu tampak tegang. Tergambar jelas di wajahnya. Dan itu berlangsung sekian menit. Membuat sekitar mereka berubah hening.Oleh karena tidak nyaman dengan suasana yang mendadak sunyi, Chloe pun berdeham."Tapi …," katanya kembali membuka percakapan. Andai Chloe tahu bahwa satu kalimat yang keluar dari mulutnya itu faktanya cukup menghadirkan rasa merinding di sekitar tengkuk Alex. "Iblis itu mungkin marah ngga, ya? Atau mungkin ngga senang sewaktu dia dibuat lenyap sama Pak Juan, makanya dia muncul lagi di sekitar aku?""Umm, soal itu …." Alex masih berusaha memikirkan jawaban teraman. "Harusnya, sih, ngga. Soalnya memang itu konsekuensi yang harus mere
Sebetulnya Juan masih tidak mengerti kenapa lagi-lagi Chloe-lah yang menjadi tujuannya. Setelah selesai mengajar, niat awalnya hanyalah ingin kembali ke asrama, tapi melihat klinik tak jauh di depan mata, alhasil Juan melanjutkan perjalanan hanya untuk sekadar melihat bagaimana keadaan Chloe usai semalam dia tinggalkan. Namun, rupanya perempuan itu sudah tidak ada di ranjangnya, karena memang sudah diperbolehkan kembali ke asrama. Hanya saja informasi yang diperoleh Juan setelahnya tidaklah menjurus ke sana.Salah seorang suster tidak sengaja melihat Chloe justru masuk ke dalam mobil seseorang. Memang sang suster tidak tahu apakah mobil tersebut membawa Chloe menuju asrama atau tidak, tapi sayangnya Juan tahu. Perasaannya berkata demikian dan nyatanya apa yang tengah dipikirkannya adalah benar. Chloe pergi bersama Alex yang sedang membawa mobilnya.Berdas
Seperti membalas perlakuan Juan kala itu, Chloe pun akhirnya membentak Juan dengan satu buah kata. Dan rupanya itu cukup membuat dua orang lelaki di sekelilingnya ini terperanjat di tempat. Alex makin menempel pada tembok layaknya seekor cicak dengan wajah ketakutan, sedangkan Juan justru membeku di tempat. Juan memang sudah sering melihat Chloe kesal, tapi tidak pernah sampai membentak seperti ini. Terlebih jika dilihat berdasarkan posisinya, tidak mungkin juga mahasiswa membentak seorang dosen tepat di depannya. Oleh karena itu, tidak heran jika Juan terkejut.Meskipun telah berteriak, sayangnya tidak langsung membuat Chloe lega. Dadanya justru semakin sesak. Tangannya pun perlahan mulai menggapai dada bagian kanannya. Juan yang kembali berkesempatan melihat gerak-gerik Chloe tersebut—seperti yang pernah dia lihat sewaktu menemukan Chloe di tangga darurat, juga sewaktu bertemu dengan Chloe di lanta
Alex membuka pintu taksi yang baru saja berhenti di depan lobi The Andromeda Residence. Memegangi pintunya selagi menunggu Chloe mendekat, sebab perempuan itu benar-benar melangkah dengan tidak semangat hingga tertinggal di belakang."Kak Alex benar mau antar aku ke Seirios?" tanya Chloe kembali memastikan sebelum masuk ke dalam taksi."Ngga," jawab Alex tanpa basa-basi. "Gue rasa lo pasti lagi mau sendirian dulu. Lagi pula, kebetulan gue juga ada urusan dan mau langsung pergi aja. Tapi lo jangan lupa makan siang. Nanti kapan-kapan, kalau lagi sama-sama free, kita makan siang bareng."Chloe menyampirkan rambutnya ke belakang telinga. Kedua sudut bibirnya tertarik tipis. Mimpi apa dia sehingga bisa-bisanya dikelilingi oleh or
Andai Chloe tahu ucapan Nathan kala itu adalah semacam firasat, tentu Chloe tidak akan langsung meninggalkannya begitu saja, sebab masih banyak hal yang ingin dibicarakan perihal Juan. Namun, apa daya, kematian seseorang memang tidak ada yang tahu. Tidak bisa diubah pula. Yang bisa dilakukan kini hanyalah menerima dengan lapang dada dan sebisa mungkin mengingat serta menyimpan dengan baik segala memori yang pernah dibuat bersama, agar yang pergi meninggalkan itu akan tetap terasa hidup."Jadi, apa kamu bisa bantu saya menghubungi Juan?" tanya Sang Anak Ketiga."Oh, iya." Chloe mengeluarkan ponselnya. "Saya bisa coba bantu hubungi Pak Juan."Sang Anak Ketiga menghela napas lega. "Terima kasih. Saya ke dalam dulu sebentar."Chloe mengangguk pelan. Jika bukan karena h
Acara pemakaman telah selesai. Sekumpulan orang yang mengantar Nathan ke tempat peristirahatan terakhirnya tampak sudah mulai membubarkan diri. Tersisa para anggota keluarga yang masih setia di tempat. Seakan belum ingin meninggalkan Nathan sendirian di tempatnya yang baru.Begitu pula dengan Chloe. Usai sosok Juan pergi, Chloe kembali menghadapi rasa dukanya seorang diri. Tidak mengenal siapa pun, baik itu ketika masih di dalam rumah Nathan maupun di pemakaman. Namun, Chloe juga masih ingin menunggu. Menunggu Juan yang Chloe yakini akan kembali datang dengan wujud manusianya. Bukan bermaksud apa-apa, Chloe menunggu Juan hanya untuk memberikan sebuah kotak yang dititipkan oleh Sang Anak Ketiga. Entah siapa namanya, Chloe tidak sempat bertanya. Bahkan memperkenalkan diri sendiri sebagai Chloe pun tidak sempat."Kamu masih ingin di sini?" tanya Sang Anak Ketiga t
"Kelihatannya memang ada baiknya kamu segera pulang," ujar Juan mengalihkan pembicaraan. Membuang muka pula. Tidak lagi menghadap Chloe, melainkan kembali memandang makam Nathan.Merasa telah diusir secara halus untuk yang kedua kali, Chloe pun akhirnya berujar, "Oke." Setelah itu berbalik pergi tanpa berharap Juan akan memanggil namanya, meraih tangannya, ataupun sekadar menoleh.Hanya saja, mengetahui Juan menolak untuk bersikap adil—memberi tahu apa yang Chloe minta setelah Chloe memberi tahu apa yang dia minta—membuat rasa penasarannya akan apa isi di dalam kotak tersebut semakin memuncak. Padahal sebelumnya, Chloe tidak terlalu ingin tahu apa isinya. Apa mungkin isinya adalah salah satu dari barang antik yang ada di toko Nathan? Tapi bukankah barang-barang antik di sana adalah kepunyaan Juan? Buat apa dikembalikan lagi?