Nilam mengguyur tubuhnya dengan air dingin. Dia gelagapan sebab air itu menyentuh ubun-ubunya. Beberapa saat lalu, Irwan sang suami membuat darahnya mendidih. Rasanya geli tapi ingin terulang lagi. Dia meraba tubuhnya yang sempat disentuh oleh Irwan walau tidak sampai ke araeanya, karena Irwan meraba punggungnya. Dia menjadi malu sendiri. Nilam membersihkan diri dengan sabun aroma therapi agar tercium wangi di reseptor hidung suaminya. Hingga berakhir dengan menghilangkan busa-busa tersebut.
Nilam keluar dengan handuk yang dililit sampai ke dada dan pahanya yang mulus masih terekspose. “Siut ... aku menyukainya yang seperti ini.” Irwan melepas handuk yang melilit tubuh sang istri. Hingga sekarang Nilam tanpa sehelai benang pun. Hanya handuk kecil yang membungkus kepalanya.
“Mas, malu ih,” cicit Nilam.
“Kalau seperti ini, malu nggak?” Irwan melepas bajunya bagian atas. Terpampang dada t
“Shit! Kurang ajar banget siapa gangguin gue sama istri gue?” Nilam menarik selimut untuk menutupi tubuhnya. Sedangkan Irwan bangkit dan memakai handuk untuk menutupi tubuhnya.“Maaf, Tuan. Ini makan malam romantis yang anda pesan.” Irwan mengerutkan keningnya. Dia melihat satu kartu untuk dirinya dan istri. Maka dia menerimanya. Namun Irwan tidak memakannya terlebih dahulu. Dia memilih kembali ke ranjangnya.“Kali ini tidak ada gangguan.” Irwan sengaja mencabut stop kontak yang menyalur ke bel. Lelaki itu akan memastikan tidak ada gangguan yang akan membuat malam pengantinnya kacau lagi. Lelaki itu mengendap-endap menuju wajah istrinya. Dia mengkungkung tubuh istrinya dengan tubuhnya.“Hai, jangan menutup wajahmu, aku menyukainya yang malu-malu seperti itu.” Nilam tidak kuasa memandang lekat wajah sang suami. Namun dia mencoba memandangnya. Ternyata memang suaminya sangat
“Nanti aku ajari bermain becek-becekan,” goda Irwan. Nilam masih tidak mengerti.“Ogah, sudah malam, nanti kalau kotor mandi lagi dingin,” tukas Nilam.“Hahaha, bukan becek-becekan itu, tapi ....” Irwan meraih tangannya Nilam kemudian mengarahkannya ke bagian miliknya.“Mas, ih ... kok nakal sih?” Tapi tetap saja Nilam mengikutinya. Mereka saling memberikan kenikmatan. Nilam menghisap kembali batang yang sudah layu itu, agar menegang kembali. Di memainkan lidahnya di sana. Irwan hanya bisa melenguh karena rasa nikmat yang menguasai dirinya.Nilam tersenyum mendengar lenguhan dari sang suami. Dia berheni seolah mempermainkan sang suami, hingga Irwan menarik tubuhnya Nilam agar berganti posisi di bagian bawah. Irwan menyusuri kulit putih sang istri sehingga dia kini yang merasakan sensasi nikmat yang tiada tara. Nilam menegang dan bagian puncak dadanya su
“Aku nggak bawa baju,” jawab Nilam. Dia mencibikkan bibirnya.“Oh, sudah aku siapkan. Kita turun sarapan sekalian pulang. Pakai bajumu, Honey.” Nilam memakainya di depan suaminya. Walau masih malu-malu, tapi dia sudah berani.Mereka langsung berkemas setelah Nilam ganti baju. Irwan tidak mendapatkan banyak cuti. Jadi ditunda dulu bulan madunya. Lagi pula, Nilam juga belum kelar menyusun skripsi. Nilam berada di depan kaca ketika Irwan sedang berkemas. Satu minggu ini dia sedang rajin berdandan. Lebih tepatnya berusaha untuk bisa dandan. “Sudah cantik, aku tahu kamu berusaha banget untuk nyenengin aku. Tapi kalau kamu merasa nggak nyaman, Mas nggak suka.” Irwan sudah selesai karena memang hanya baju pengantin saja yang butuh penanganan khusus. Selebihnya hanya linggerie dan baju tidur dia saja.“Bukan, aku sedang menutupi leher ini. Malu merah-merah,”
“He, itu seksi lagi. Kalau di rumah, aku akan menghapusnya dengan bibirku,” goda Irwan.Nilam merasa malu. Dia mencubit tangan suaminya tersebut dan sedikit memukulnya. Irwan tertawa dengan seluruh kebahagiaannya walau di sudut yang lain Risa merasa perih.Irwan menggandeng Nilam setelah selesai sarapan. Taksi mereka sudah datang. Risa mengikuti mereka. Irwan tersenyum karena melihat Risa dari kaca yang ada di samping mereka. Irwan tiba-tiba menarik Nilam dan memepetkannya di dinding kaca tersebut. Dia melumat habis bibir itu hingga Nilam tidak bisa menghindar lagi.“Mas, kalau ciuman jangan di sini, banyak anak kecil sliweran. Sewa kamar saja,” kejut seorang satpam. Mereka berdua tertawa. Irwan meminta maaf atas insiden itu. Dia menjelaskan kurang puas menghabisi mantan istrinya semalam. Satpam tersebut menggelengkan kepalanya. Memang anak jaman sekarang tidak tahu aturan. Langsun
Risa memilih untuk pergi setelah tubuhnya memanas karena melihat mereka berciuman sangat panas. Risa menghapus air matanya. Rasanya sangat sakit. Kasih tak sampai selalu menghantunya. Mengapa demikian? Baru kali ini dia jatuh cinta, tapi sudah menemui kendala. Risa berlari menuju mobilnya. Dia masuk ke dalam mobilnya dan memukul stirnya berkali-kali. Risa menundukkan kepala dan merebahkan kepalanya dengan kening menempel di stir. Air matanya tidak berhenti menetes. Dia sudah tahu endingnya, tapi kenapa masih sia-sia mengikutinya.Dia bangkit dan melihat ke depan. Diulasnya kembali saat pertemuan pertama mereka. Saat itu masuk pertama kali di universitas kedokteran. Begitu riangnya seorang Risa. Dia hingga berlari dari tempat parkiran motornya menuju kelas. Tapi karena kurang hati-hati seluruh barang bawaannya berhamburan. Tidak ada satu pun yang membantunya. Mereka bahkan melewatinya saja. Bahkan ada yang mengejek.Kemudian
Risa mengikuti mereka dari belakang. Dia berhenti di sebuah pohon besar, setelah mereka berhenti di sebuah pohon besar. Maksudnya di bawahnya. Dia parkir di sana, kemudian mengawasi mereka. Lagi-lagi hatinya panas karena melihat kemesraan mereka. Mereka bahkan berciuman sebelum benar-benar masuk ke dalam rumah.“Sial, sial, sial! Aku benci ini!” Risa akhirnya menyetir meninggalkan tempat itu. Dia super marah sekarang sampai tidak sadar menyetir dengan kecepatan tinggi. Dia mengerem mendadak setelah di persimpangan ada mobil lain melintas. Dia berhenti untuk mengatur getar jantungnya yang kian sangat cepat.“Hah, hah, hah ... kurang ajar! Ngetir nggak pakai rambu!” Dia mengumpat. Padahal dirinya sendiri yang tidak memenuhi standar kelaikan mengemudi dengan mengemudi begitu sangat cepat.Kita tinggalkan kekesalan Risa. Sekarang beralih ke pengantin baru yang sudah berguling dan berkumul lagi. Mereka t
Irwan sudah siap di sebelah mobilnya. Dia bersandar di pintu mobil yang tertutup itu. Tidak lama kemudian sang istri datang dengan anggun meski hanya mengenakan kaos oblong dan celana jeans. Dia langsung menyambut dengan pelukan dan membukakan pintu. Nilam mengucapkan terima kasih. Ah, kenapa ini bisa demikian mengasyikan? Menikah ternyata tidak buruk. Demikian batin Nilam sambil tersenyum.“Kenapa senyum-senyum?” tanya Irwan, “minta nambah?”“Ah, nambah apa?” Nilam bersemu merah.“Nambah bercumbu,” bisik Irwan sambil menyetir demikian lambatnya. Nilam sangat tidak suka dengan kendaraan yang sangat lamban. Menurutnya sangat tidak keren cowok yang menyetir sangat lamban. Karena saking keselnya, dia sampai tidak merespon perkataan dari Irwan.“lebih semangat lagi nyetirnya. Mau sampai kapan? Kita masih harus ke pasar, belum lagi ke rumah
Irwan menginjak pedal gas sangat dalam sehingga mobil melaju sangat kencang. Dia sengaja masuk ke tol dalam kota agar bisa mengebut. Saat sampai di gerbang tol, dia mengerem mendadak sehingga membuat Nilam terjedot dasbor. “Au, kira-kira ... mas ih ... nagapain ngebut sih? Nggak usah ngebut.” Irwan hanya tersenyum saja. Dia memberikan kartu elektronik kepada petugas setelahnya dia keembali mengebut. Irwan tidak rela dirinya kalah dengan cowok lain dibilang tidak keren. Dia sudah tidak mengebut lagi karena padat mau keluar dari gerbang tol.Lihatlah wajah Nilam yang begitu pucat pasi karena ketakutan. Dia juga masih berpegangan pada handle yang ada di jendela, padahal Irwan sudah tidak mengebut lagi. Buah-buahan mungkin sudah berantakan karena ulahnya itu. “Sudah lepasin itu!” Irwan menggoda sang istri.“Nggak mau! Kamu usil!” tukas Nilam.“Hahaha, makanya jangan menantangku, Saya