Keesokan harinya.Brisya sudah lebih bugar dan bisa bergerak meski terkadang masih merasa nyeri di luka bekas jahitannya. Hari ini twins akan di antar ke kamarnya agar Brisya bisa melanjutkan IMD yang tempo hari berlangsung singkat karena Brisya sedang di bius total. Saat perawat mengantar twins ke kamar, air mata Brisya sudah berderai karena bahagia dan takjub melihat dua makhluk mungil itu akhirnya bisa ia lihat secara langsung. Haris menggendong si gadis kecil dan perawat menggendong si lelaki jagoan. Perawat mengajari Brisya bagaimana menyusui dengan benar, memposisikan twins agar nyaman saat menyusu dan memperhatikan cara menyusunya. Brisya merasa geli saat perlahan si jagoan menyesap put*ngnya dengan kuat. Berbeda dengan si gadis yang lebih kalem dan tenang. Saat twins sudah tertidur kekenyangan. Haris mendekat ke ranjang Brisya dan duduk di sampingnya. "Jadi kita beri nama twins siapa, nih?!" tanya Haris seraya menatap dua bayinya yang tertidur pulas di box kaca."Aku ingi
Dingin, sunyi. Inikah rasanya mati? Setenang inikah rasanya? Apakah ia sudah terbebas dari rasa sakit?"Aji, kamu bisa mendengar saya?!" Sayup-sayup terdengar suara memanggil namanya. Apakah itu suara malaikat?Perlahan Aji membuka mata, sekelebat sinar membuat kedua matanya silau. Ia memejamkan mata lagi untuk beberapa saat. Apakah ia sudah berada di surga sekarang? Sekelilingnya nampak terang dan serba putih tadi. "Aji?" Suara itu memanggil lagi, lantas memeriksa mata kiri dan kanannya menggunakan cahaya kecil. Aji mengerjap silau. "Syukurlah kamu sudah sadar. Welcome back!"Aji membuka mata cepat, seketika rasa pusing mengganyang kepalanya. Welcome back? Tidak. Tunggu. Jadi dia tidak mati?! Aji menoleh pada seseorang yang berdiri di sampingnya. Seorang berpakaian putih, bukan malaikat melainkan seorang Dokter. Aji menghembuskan nafas kesal. Ada selang yang menusuk ke dalam hidungnya. Ia belum mati. Seseorang menyelamatkannya! "Selamat datang kembali, kamu sudah berhasil m
Di hari ke empat pasca operasi, Brisya sudah diperbolehkan untuk pulang. Sebenarnya di hari ke tiga ia sudah di ijinkan pulang hanya saja Brisya ingin benar-benar fit agar saat pulang nanti tak terlalu merepotkan Bu Shila. Haris sudah mempekerjakan dua orang Baby Sister untuk membantu Brisya. Awalnya Brisya menolak dan bersikukuh untuk merawat twins sendiri namun Haris memberi dua option padanya, menurut pada perintah Haris atau Brisya tinggal di ruko dengannya. Tentu saja Brisya lebih memilih option pertama karena option kedua sangatlah riskan untuknya yang masih berstatus istri Aji hingga hasil DNA itu keluar. Sebelum pulang, Brisya meminta ijin pada Haris untuk menemui Aji bersama dengan twins. Haris mengijinkan dan memberi Brisya waktu untuk bertemu Aji meskipun ada sedikit cemburu di hatinya. Namun Haris mencoba untuk berpikir realistis, Aji bukan lagi ancaman baginya saat ini. Fokusnya adalah hasil DNA dan memperjelas status Brisya.Saat Brisya masuk ke ruangan Aji, ia baru sa
Setiba di Panti, Bu Shila menyambut cucu kembarnya dengan tangis haru dan bahagia. Saat Brisya masuk ke dalam kamar, rupanya Haris sudah mendekor ulang kamar itu dengan sangat cantik. Nuansa pink dan biru pastel menghiasi kamar Brisya dan twins. Haris meminta bantuan Frans dan Vico yang saat ini kembali bekerja padanya. Tanpa Brisya tahu, Haris sudah menyiapkan segala hal agar nantinya Brisya betah berada di kamarnya yang baru. Ratna dan Weni mendapat satu kamar yang sama di sebelah kamar Brisya. Agar bila sewaktu-waktu twins rewel dan Brisya butuh bantuan maka mereka bisa segera datang.Bu Shila saat ini menempati kamar Bu Rahmi seorang diri. Karyawan baru di Panti yang bernama Sulis dan Hesti langsung akrab dengan Brisya dan rombongannya. Dalam waktu hampir semingu Brisya meninggalkan Panti, sudah banyak yang berubah dan ia menyukai lingkungan barunya. "Haris, kamu sudah makan?" Bu Shila mendekat ke tempat Haris berdiri mematung sambil menatap twins yang terlelap.Haris menoleh.
Wanita berusia 44 tahun itu mematut foto di ponselnya lama. Harsha Zayyana. Kiriman foto dari Zunita semalam membuat semangat hidupnya kembali berkobar setelah 20 tahun terkurung di sangkar emas ini. Ia hanya diperbolehkan keluar untuk berbelanja kebutuhan rumah sebulan sekali. Pertemuannya dengan Zunita tiga tahun yang lalu di supermarket merubah segalanya. Setelah hampir separuh hidupnya tersiksa oleh rasa bersalah, akhirnya Harsha bisa sedikit bernafas lega setelah Zunita mau membantunya mencari Brisya. Putrinya yang ia tinggalkan di sebuah Panti Asuhan 20 tahun yang lalu. Setiap bulan di tanggal 10, Harsha dan Zunita bertemu di Swalayan yang sama. Dari Zunitalah Harsha mendapat ponsel yang ia simpan diam-diam. Mereka berhubungan melalui ponsel itu.Setahun ini, semangat hidup Harsha datang kembali setelah ia menemukan putrinya. Zunita rutin mengirimi foto Brisya padanya. Brisya yang sangat mirip dengan Ron. Bahkan mungkin cenderung kembar seandainya Ron berjenis kelamin peremp
Seharian ini, Brisya beradaptasi lagi dengan statusnya sebagai New Mom di Panti. Meskipun Ratna dan Weni siaga membantunya, namun Brisya masih ingin melakukan tugas utamanya sendiri. Ia memandikan Noa dan Nia, bersikeras mengASIhi mereka langsung tanpa bantuan sufor, alhasil Noa yang lebih kuat menyusu seolah tak pernah kenyang. Brisya kewalahan sendiri pada akhirnya. Pagi sekali Haris sudah menjenguk bayi-bayinya, namun menjelang siang ia kembali ke Ruko untuk menyelesaikan beberapa pekerjaannya yang kemarin sempat terbengkalai. Bu Shila sesekali membantu Brisya dan menemaninya mengobrol hal-hal ringan. Brisya tak merasa sendirian karena orang-orang yang ia sayangi selalu menghujaninya dengan perhatian dan cinta. Saat itu, hari sudah menjelang sore ketika Zunita datang. Brisya baru saja selesai mandi dan membersihkan diri karena selama mengASIhi, seluruh badannya seperti lengket dan cepat berkeringat. Ratna memanggil Brisya di kamar. Usai memakai bedak dan liptint seadanya, Bris
"Brisya suka?" Brisya mengangguk cepat, mulutnya masih penuh oleh makanan yang belum ia kunyah. Roti maryam dengan toping ekstra keju. Setiap selesai makan malam, Maminya akan membuatkan seporsi roti maryam itu untuknya lengkap dengan segelas coklat panas. "Setelah habis, nanti sikat gigi dan cuci muka, ya! Nanti Mami bacakan cerita baru buat Brisya," ucap Harsha sembari membawa piring kotor di meja ke pantry dan mencucinya. Brisya masih menikmati roti maryam itu, sesekali pandangannya tertuju pada Maminya yang sedari tadi tak beranjak di dapur. Tivi masih menyala menampilkan film kartun favoritnya. Saat camilan dan susunya sudah habis, Brisya beranjak dari kursi kecilnya dan masuk ke kamar mandi. Di usianya yang ke empat, Brisya termasuk anak yang mandiri dan penurut. Hanya hidup berdua dengan Maminya, membuat Brisya menjadikan Harsha sebagai satu-satunya role model yang bisa ia tiru. "Sudah, Mami." Brisya kembali ke dapur dengan wajah basah. Harsha menoleh, ia tersenyum senan
Butuh waktu tiga hari bagi Brisya untuk merenung hingga akhirnya ia memutuskan untuk memaafkan Harsha. Setiap kali mengASIhi Noa dan Nia di tengah malam, Brisya membayangkan perjuangan Maminya kala harus membesarkan dia seorang diri. Brisya beruntung karena di kelilingi oleh orang-orang yang sayang dan peduli padanya, ia memiliki Haris yang selalu mendengar keluh kesahnya. Tapi Maminya, tak memiliki siapapun kala itu. Membesarkan Brisya seorang diri pasti bukan hal yang mudah, terlebih Maminya harus sembunyi-sembunyi dari orang-orang Papinya. Pagi hari usai sarapan, Brisya menitipkan twins pada Ratna dan Weni. Ia mendatangi ruko Haris untuk menemui Maminya. Semalaman Brisya sudah berpikir keras mengenai hal ini. Meski masih ada rasa sakit hati, tapi Brisya ingin berubah demi twins. Ia ingin mengubur masa lalunya agar bisa hidup lebih damai. Ia ingin memaafkan agar bisa melupakan.Brisya mendorong pintu utama ruko yang terbuat dari kaca berpanel buram itu dengan kuat. Wangi khas ruko