Kecupan manja membangunkan Michael dari pingsan usai penembakan di dekat motel kumuh saat mereka menyelamatkan Bianca Elenora. Perlahan kelopak mata membuka didapati senyum manis istri tepat di depan wajah. "Hai, Belevia," sapanya pelan, lalu bergantian menatap putri yang lucu menggemaskan. "Hai sayangku, apa kau baik-baik saja?" Anggukan kecil Bianca mengiyakan. "Aku senang kembali bersama Papa Michael dan Mama Belevia, 'ga mau lagi dengan pengasuh brengsek itu!" Hah! Michael dan Belevia tercengang mendengar kekesalan putri mereka. "Jangan takut sayang, pengasuh itu tak akan pernah datang lagi. Nanti kami cari yang baru untukmu," bujuk dokter pediatric mengusap lembut rambut putrinya. "Sudah malam Belevia, Bianca, pergilah tidur," seru Michael mengingatkan. "Aku sudah lebih baik sekarang." Tapi ranjang mereka cuma satu, sang mafia sedang terluka karena peluru sniper itu meleset tak menembus ke rusuk kiri namun menggores tajam hingga harus dibebat perban mengelilingi dada berotot Mi
Sidang pengadilan berikutnya dibuka tanpa kehadiran Michael beserta istri dan anaknya. Hakim Beaufort menatap tajam dan marah bertanya ke pihak pengacara pembela. "Dimana klienmu, Galant? Hari ini adalah keputusan terakhir tentang perkara hak asuh ponakan mereka!" "Maaf Tuan Hakim terhormat, klienku Tuan Michael dan putrinya mengalami kecelakaan semalam dan hari ini terbaring sakit tidak bisa hadir di sini termasuk istrinya, Nyonya Belevia harus menjaga keduanya." Pengacara Galant menyampaikan pesan dari sang pewaris Delano Carleone namun hakim tidak mau menerima dengan baik di depan Aubert Bailey yang tersenyum tipis menyembunyikan rencana jahatnya. "Nonsense! Aku tak percaya alasan kalian terlalu mengada-ada sengaja mengulur sidang tanpa ada hasil yang ingin kau raih, bukan?!" bentak Beaufort emosi. "Tidak, Tuan Hakim, tapi kau bisa lihat dari bukti photo-photo ini jika tidak percaya ucapanku, betapa parah luka yang diderita Tuan Michael dan putri kakaknya." Pengacara Galant maju
Terbangun dari tidur Belevia dikejutkan sang suami tidak ada di atas ranjangnya, begitu juga Bianca Elenora. Buru-buru disibakkan selimut beranjak dari sofa kemudian keluar kamar. Lagi-lagi tak ditemui siapapun di ruang tamu. Oh, mereka ada di mana?! Cemasnya di dalam hati. Sudah pukul sembilan pagi tak ada yang membangunkan untuk sarapan karena kelelahan semalaman menjaga Michael terus mengerang kesakitan setiap kali tubuhnya bergerak tak mau diam. Diambilnya gawai di atas meja menghubungi suaminya, namun tiba-tiba saja pintu terbuka disertai pekikan gembira putrinya didampingi pengasuh baru. Gemma?! Tak percaya wanita paruh baya ada bersamanya lagi di sini. Bianca menggandeng tangannya berceloteh begitu riang menunjukkan mamanya siapa yang datang di pagi istimewa ini. "Mama Belevia-aa, Bibi Gemma ada di sini bersamaku sekarang!" "Eh, iya sayang, Mama sudah tahu, tapi bagaimana bisa datang ke sini?" tanyanya heran. Gemma memeluk adik Nicholas erat, seraya berkata, "Pengawal Tuan M
Di sebuah villa megah mewah tertidur seseorang angkuh dan sombong bersama dua wanita jalang yang telah menemani semalaman di atas ranjang. Dengkuran keras Alain Wood tidak diindahkan Celine dan Katya terus saja memeluk pria kaya bandar narkoba terkenal di Eropa sering berfoya-foya memanjakan mereka. Kelelahan setelah permainan panas di antara mereka baru saja berhenti tadi pagi. Bubuk putih kokain disebar begitu saja di atas meja, berikut botol minuman keras bergelimpangan dan pakaian bertebaran di lantai. Pesta narkoba dan prostitusi, bisnis menguntungkan digelar di villa rahasia miliknya. Para petinggi dunia dan pejabat penting pemerintahan sering memesan jasa wanita jalang kelas atas untuk melobi klien mereka. Tak ada yang dipikirkan Alain Wood lagi selain menikmati hasil dari kerja kerasnya selama ini. Hubungan dengan hakim dan petinggi kepolisian di berbagai negara memuluskan penyelundupan narkoba yang dipasok dari kartel Amerika Latin. Keuntungan berlipat ganda diraih tanpa be
Makan malam istimewa di Puri Lombardy menyambut kedatangan sang pewaris Delano Carleone dan anak istri usai sudah. Bianca Elenora mulai terkantuk-kantuk kelelahan setelah seharian bermain ditemani pengasuh Gemma. Belevia langsung menggendong putrinya menuju ke kamar atas. Lengannya tertahan sejenak sesaat Michael ingin mengecup kening mungil, mengucapkan selamat malam untuknya. "Tidur yang nyenyak, sayangku," ucap sang mafia lembut sambil mengusap kepala Bianca. "Kau juga, Michael," tegur Belevia. "Aku harus mengganti perban lukamu agar tidak menyebabkan infeksi." "Baiklah, Nyonya Delano," goda Michael sambil tersenyum nakal. "Lakukan di kamarku setelah menidurkan anak kita." Bola mata istrinya langsung melebar tak ayal lagi membuat sang mafia tertawa. Perjanjian kontrak pernikahan sudah jelas mereka tidur terpisah selama menghadapi persidangan hak asuh putri Michelle dan Nicholas. Kini mereka mendapatkan perwalian penuh atas Bianca Elenora sekaligus menjebloskan hakim dan pengacar
Belum lama Michael berada di kamar terdengar ketukan pelan. Belevia datang memeriksa lukanya. "Bukalah kemejamu, biar aku ganti perban dulu sebelum kau tidur," anjurnya sambil membuka peralatan obat. Duduk di atas ranjang membiarkan dokter cantik mengecek goresan peluru dekat rusuk kiri. Tersenyum menatap lekat mencium wangi harum yang membangkitkan gairah terpendam. "Kemana kau pergi tadi pagi?" tanya Belevia antusias saat membuka perban. "Hanya kunjungan bisnis di kota Nice," kata Michael santai menikmati kebersamaan mereka di dalam kamar. "Kau pasti berbohong!" tuduh adik Nicholas saking geram menekan ke bagian terluka membuat sang mafia mengaduh kesakitan. Ouch, bastardo. "Duh, engkau memang sengaja!" tukas sang mafia marah menahan tangan kecil berhenti memeriksanya. "Oops ... maaf," sesal Belevia sungguh-sungguh. "Semua ini gara-gara kau sendiri berdusta, biar ku perban ini dulu, tenanglah." Tangan istrinya dilepas untuk segera menyelesaikan tugas. Dia tidak sanggup marah se
Impian Belevia Avryl tercapai sudah. Langkah kaki begitu mantap menapaki lobi rumah sakit sampai di depan pintu ruang pimpinan. Dokter Henry sedang menunggu kehadirannya pagi ini. Sedikit gugup mengetuk tapi seseorang mencegah lebih dulu. "Maaf Nona, pimpinan rumah sakit sedang rapat saat ini, ada keperluan dengannya?" Pria tampan berjubah putih memandang heran. Adik Nicholas mengira sebagai dokter di rumah sakit ini dan mulai mengenalkan diri. "Oh, baiklah, aku Belevia Avryl ingin bertemu Dokter Henry, dan anda siapa?" "Dokter Justino," jawabnya penuh keramahan menjabat tangan wanita cantik erat. Buru-buru dokter pediatric melepas tak mau berlama-lama berdekatan pria asing tak dikenal sama sekali. Dia tak mau membuat masalah lebih banyak di tempat bekerja yang baru. "Kau sangat cantik, Nona," puji Justino penuh merayu tanpa peduli sebuah cincin permata berada di jari manisnya. "Bisa antar aku bertemu Dokter Henry sekarang?" Belevia mengalihkan pandangan dari pria menyebalkan. "Den
Dari kejauhan Clarissa telah melihat sasarannya baru saja tiba. Hatinya berdesir kencang, Kerinduannya begitu memuncak bergegas menyongsong pria tampan pujaan. "Hai, darling," sapanya manja memeluk erat pewaris Delano Carleone. "Uhmm .. menyingkirlah," tolak Michael enggan dicium. "Aku ini pria menikah sekarang!" Dokter cantik itu tak menyerah semakin merapatkan diri. Siapa yang tak mengenal Michael Delano Carleone di lingkungan rumah sakit. Perkenalan dengan Belevia tadi pagi di ruang rapat menimbulkan bibit kebencian. Ia mulai melancarkan bujuk rayu merampas suaminya di lorong rumah sakit yang sepi. "Ayolah darling, permainan kita belum usai, dan aku sangat merindukanmu." "Menjauhlah dariku!" bentak Michael. "Jangan buat masalah selama istriku bekerja di sini, paham?!" Bibir Clarissa tertekuk cemberut. Cengkraman kuat di lengan begitu menyakitkan. Ia bergidik mundur sambil menatap kesal. Tampak jelas sang pewaris memilih dokter pediatric berasal dari Perancis bukan dirinya. Br