Usai kunjungan ke tiga toko sekaligus, sore harinya Dimitri melajukan mobil ke arah rumah Sera. Pria itu resmi pulang dari rumah sakit kemarin, tepat dua hari setelah dijenguk si pujaan hati.
Benar kata orang-orang. Selain obat, hati yang gembira diperlukan agar sakit tak betah di tubuh.
Di kursi penumpang mobil, sepaket bingkisan berisi kue kering dan roti tampak. Buah tangan si lelaki untuk calon mertua.
Biarlah ini disebut nekat. Sera belum memberi kepastian apa-apa, ia yakin menginjak rumah Tina demi membicarakan pernikahan. Dimitri tak mau menunda dan memang merasa sudah tak punya alasan untuk memundurkan rencana meresmikan hubungan bersama Sera.
Sudah melihat warung milik keluarga perempuan itu, ia melambatkan laju kendaraan. Sepenuhnya memarkirkan si roda empat. Sebelum turun, Dimitri menarik napas dalam-dalam.
kehadiran Dimitri disambut raut terkejut dari Tina. Sedikit bingu
Usai kunjungan ke tiga toko sekaligus, sore harinya Dimitri melajukan mobil ke arah rumah Sera. Pria itu resmi pulang dari rumah sakit kemarin, tepat dua hari setelah dijenguk si pujaan hati.Benar kata orang-orang. Selain obat, hati yang gembira diperlukan agar sakit tak betah di tubuh.Di kursi penumpang mobil, sepaket bingkisan berisi kue kering dan roti tampak. Buah tangan si lelaki untuk calon mertua.Biarlah ini disebut nekat. Sera belum memberi kepastian apa-apa, ia yakin menginjak rumah Tina demi membicarakan pernikahan. Dimitri tak mau menunda dan memang merasa sudah tak punya alasan untuk memundurkan rencana meresmikan hubungan bersama Sera.Sudah melihat warung milik keluarga perempuan itu, ia melambatkan laju kendaraan. Sepenuhnya memarkirkan si roda empat. Sebelum turun, Dimitri menarik napas dalam-dalam.kehadiran Dimitri disambut raut terkejut dari Tina. Sedikit bingu
Menepi dari ruang makan dan ruang tamu rumah Mirna yang ramai, Sera memutuskan untuk pergi ke kamar Dimitri, suaminya.Masih menggunakan gaun pernikahan simpel selutut, perempuan itu mendudukkan diri di lantai kamar, bersandar pada kaki ranjang.Meraba dada, debar di sana masih cepat lajunya.Hari ini akhirnya datang juga. Semesta memang punya cara tersendiri untuk mengatur nasib seseorang. Siapa sangka, mimpi sederhananya--bisa menikah dengan pria yang dicinta--bisa terwujud.Resmi, sekarang perempuan itu sah secara hukum dan agama sebagai istri dari Dimitri Adinata.Pernikahan sederhana itu dilaksanakan tadi pagi. Sesuai keinginan Sera, berjalan khidmat dan terasa sakral. Apalagi, saat Dimitri mengucapkan janji pernikahan. Sampai saat ini, ketika mengingatnya sekalipun, hati Sera masih bergetar dan merasa haru.Yang hadir di acara itu adalah keluarga inti dan kerabat dekat. Menambah kesan han
Hari ini sedikit aneh. Sepanjang perjalanan menuju rumah, Dimitri terus memikirkan maksud ucapan beberapa karyawan di dua toko yang ia kontrol.Tidak sesuai tebakan, dua toko itu menunjukkan kinerja baik setelah libur serempak karena acara pernikahan dan resepsi kemarin. Pikir Dimitri akan ada kekacauan di sana-sini, tetapi ternyata tidak.Marvelous Dimt ramai, pegawainya bekerja sesuai instruksi dan pedoman, juga tampak menebar senyum, terutama padanya. Saat iseng bertanya mengapa wajah mereka berseri-seri, jawaban yang diperoleh semakin membuat bingung."Kami ikut senang, Pak. Bapak jauh lebih ramah dan terlihat baik setelah menikah."Di salah satu perhentian lampu merah, lelaki itu bahkan sampai menilik wajah di kaca spion. Mencari tahu di mana ia menaruh ekspresi ramah yang para karyawannya sebutkan tadi."Biasa saja," komentarnya saat tak menemukan sesuatu yang lain di raut muka.Membiarkan hal itu ka
Sera tampak melambaikan tangan pada mobil Mirna yang mulai menjauh. Senyum bahagianya setia terpasang di wajah.Hari ini, sejak pagi hingga sore, perempuan itu menghabiskan waktu bersama sang mertua. Menemani berbelanja sekaligus dibelanjai, menemani ke salon dan bertemu beberapa teman. Seperti yang Dimitri pernah ceritakan, salah satu alasan ibunya gigih menikahkan kedua putra adalah karena ingin merasakan memiliki anak perempuan.Mereka melakukan banyak hal tadi. Juga membicarakan beberapa topik. Sera senang sebab sepengamatan tadi, si ibu mertua terus menebar senyum dan tawa.Tidak langsung pulang, Sera minta diturunkan di Marvelous Dimt yang terdekat dari rumah. Sempat membicarakan Dimitri, mendadak jadi ingin makan roti dengan selai srikaya dari toko suaminya.Mendorong pintu masuk, perempuan itu disambut senyum hangat salah satu pegawai di sana."Saya mau beli roti taw
Menumpu tubuh dengan siku, Dimitri yang berbaring menyamping sengaja menaruh kakinya di atas kaki Sera. Mengapit tubuh perempuan itu agar terus menempel padanya."Kamu mau tidur?" Pertanyaan konyol itu ia lontarkan sembari menciumi pundak polos si istri.Harusnya mereka sudah tidur sejak dua jam lalu, jika saja Dimitri tidak mengajak bertempur. Sebenarnya bukan sepenuhnya mengajak, sebab lelaki itu mulai mencumbu istrinya tanpa menunggu persetujuan.Memejam, kemudian mengintip, Sera mengulas senyum. "Memangnya mau lagi?"Dimitri meringis akan kalimat sarat tantangan itu. Jelas ia akan mengangguk cepat, tetapi sekuat mungkin keinginan itu ditahan. Seranya sudah terlihat sangat mengantuk dan lelah."Tidurlah." Berucap demikian, lelaki itu malah semakin menenggelamkan wajah di ceruk leher Sera. Menghidu banyak-banyak aroma dari sana."Mama bawa aku ke suatu tempat tadi.""Ke mana?" Dimitri bicara di depan dada Sera. Satu tang
"Makan, Dim."Ajakan dari Brian, kakak sepupu sekaligus pemilik acara, diabaikan saja oleh Dimitri. Suaminya Sera itu duduk sendirian di salah satu meja yang sedikit jauh dari meja lainnnya di halaman belakang itu. Fokus menatap pada perempuan bergaun merah muda di sana.Inka, istrinya Brian melahirkan anak ketiga sebulan lalu. Acara makan bersama ini diadakan sebagai bentuk selamatan.Duduk tegak dengan kedua tangan bersedekap, atensi Dimitri sepenuhnya tertuju pada Sera. Di sana, bersama Inka dan sepupu lain, si istri tampak berseri-seri.Sungguh pemandangan yang bagus. Sejak tadi, sembari menatapi Erza--putra sulung Brian--Sera terus tersenyum. Cantik sekali lengkungan di bibir perempuan itu, hingga mampu membuat Dimitri tak berpaling sesenti pun.Terus memandangi, pembicaraan ia dan si istri beberapa bulan lalu seketika mengisi benak. Soal Sera yang sebenarnya ingin memiliki anak, tetapi takut akan banyak hal.Sebelum ini, konversasi ter
"Door!"Baru saja keluar dari kamar mandi, Dimitri mendapati istrinya bersuara demikian sembari menepuk tangan. Berniat membuatnya terkejut, sepertinya."Kamu itu enggak bisa dibuat kaget, ya?"Si pria menertawai dalam hati, tetapi setia memasang raut datar. Masih mengenakan handuk di pinggang, ia menarik pinggang Sera hingga mereka berdiri rapat."Lain kali bilang dulu. Biar aku bisa pura-pura kaget." Membenamkan wajah di bahu si perempuan, ia tersenyum.Sera memajukan bibir. "Mana seru!" protesnya. Ini adalah percobaan ketiga dalam minggu ini. Setiap ada kesempatan, ia pasti berusaha muncul tiba-tiba dengan suara sedikit kencang agar suaminya terkejut. Namun, dari semua usaha, tidak ada satu pun yang berhasil. Dimitri agaknya memang punya keahlian menjadi robot."Aku nyerah, ah. Kamu memang enggak bisa dikagetkan." Perempuan itu seketika menghapus wajah kecewa ketika tak sengaja kakinya menyentuh kaki Dimitri yang basah.Sera berbal
Duduk dengan memeluk lutut di atas tempat tidur, Dimitri menunduk demi bisa mengamati wajah Sera secara jelas.Saat ini sudah dini hari. Istrinya itu tampak sangat pulas. Wajar, sebab sejak pagi bekerja keras demi mewujudkan hari ulang tahun yang berkesan.Pria itu mengulas senyum untuk yang kesekian kalinya. Semua momen yang terjadi hari ini adalah alasan mengapa hatinya terasa damai dan bahagia.Sebelum menyiapkan hidangan untuk dinikmati bersama anggota keluarga lain, ia dan Sera sempat melakukan ritual suami-istri. Sampai di situ, suasana hati Dimitri benar-benar baik.Kemudian, siang harinya mereka makan bersama. Mama, Dante, Ibu, Hares dan Theo. Orang-orang itu benar-benar membuatnya merasa disayangi.Si ibu mertua membawakan sup ayam yang super enak. Mamanya mengalah akan pesta meriah dan ikut dalam makan siang sederhana itu. Dante tumben sekali tidak mendebatnya. Lalu, Hares dan Th