Sera mengetuk-ngetukkan ujung telunjuk, terus menatapi ujung sepatu yang bahkan belum sempat dibuka. Perempuan itu melirik sekilas pada punggung Dimitri di hadapan. Ruang tamu yang ditempati mendadak menyeramkan.
"Untung tadi mobilnya enggak kencang. Misal kamu kecelakaan di jalan raya dan bukan di jalan komplek perumahan, bagaimana?"
Masih menekuri lantai, sebenarnya bibir Sera gatal ingin menjawab. Ingin menjelaskan bahwa dirinya tidak apa-apa. Saat berlatih naik sepeda di jalanan komplek tadi, mobil yang tidak sengaja menabrak bagian belakang sepeda tidak melaju kencang dan sempat mengerem. Ia hanya jatuh, itu saja.
"Kamu butuh mahir naik sepeda untuk apa? Kan ada Leo yang bisa antar ke mana-mana?" DImitri berkacak pinggang setelah membalik tubuh. Lelaki itu menajamkan sorot mata.
Ia berusaha membuat Sera paham bahwa dirinya benar-benar cemas atas berita kecelakaan yang beberapa saat tadi disuarakan langsung oleh si istri. Dimit
Sudah akan pulang dari toko, Dimitri yang tidak sabar mengetahui keadaan Sera memtuskan untuk menghubungi Leo. Sembari keluar dari ruangan pribadinya, pria itu berjalan dengan ponsel tertempel di telinga.Solusi untuk perkara main sepeda sudah didapatkan beberapa waktu lalu. Sera boleh belajar menaiki benda itu tanpa dirinya. Dengan catatan, harus diawasi Leo, itupun harus dilakukan di salah satu lapangan sepak bola yang berada dekat dengan rumah.Hari ini Sera pergi ke lapangan itu lagi. Mungkin sudah sejak tiga jam lalu. Dimitri menelepon demi memastikan keadaan istrinya baik-baik saja. Foto dan video pendek yang Leo kirim rasanya belum cukup."Selamat sore, Tuan. Saya dan Nyonya masih di lapangan Bormo."Suara sapaan dari seberang membuat Dimitri menghentikan langkah dan menilik arloji. "Sera belum lelah memangnya?"Leo tidak menjawab."Dia ada jatuh?""Tiga kali, Tuan."Gurat cemas muncul di wajah datar itu. Keadaan ini mem
Sera hanya mampu menatapi punggung suaminya yang semakin jauh dari dalam mobil yang baru saja terparkir di garasi rumah. Laki-laki itu turun sendirian, berjalan cepat menuju pintu kediaman mereka, meninggalkannya tanpa sepatah kata pun.Mundur tiga hari dari jadwal seharusnya, Senin ini mereka akhirnya menemui salah satu dokter spesialis fertilitas. Melakukan konsultasi dan serangkaian pemeriksaan fisik dan non fisik sejak pagi hingga siang tadi.Masih di dalam mobil, Sera mengusap wajah kala mengingat penjelasan dokter spesialis andrologi beberapa saat lalu tentang keadaan suaminya. Rasanya seperti mendengar kebohongan yang jelas adalah fakta yang berhasil membuat jantung seolah dicubit.Hasil tes mengatakan Sera baik-baik saja. Masalah yang menyebabkan mereka belum punya keturunan sampai kini ada pada Dimitri.Sel pria yang berfungsi untuk membuahi sel telur tidak baik kualitasnya. Tidak sempurna bentuknya, tidak laju geraknya. Sera tidak in
Dari balik jendela mobil, Sera menatap penuh harap ke arah pintu rumah. Pak Leo belum juga tampak, membuat hati resah bukan main.Siang ini Sera baru saja kembali dari Marvelous Dimt. Untuk kedua kalinya ia harus menggantikan jadwal kontrol yang semestinya dilakukan Dimitri. Dua hari sudah suami satu langkah pun dari kamar.Dimitri berkata butuh sendirian. Pria itu memang benar-benar mengurung diri. Di kamar, sejak dua hari lalu. Tak membiarkan siapa pun masuk, termasuk Sera. Menolak semua makana nyang diantar, tak menyahut satu pun panggilan.Saat ini Sera sedang menjalankan sebuah rencana. Ia meminta Leo memberitahu Dimitri bahwa ia tertidur di mobil dan kelelahan. Inginnya perempuan itu, suaminya keluar dan menggendongnya masuk kamar. Dengan begitu, situasi tidak nyaman ini akan usai dan mereka bisa bertatap muka lagi.Harapan yang membumbung tinggi itu seketika lenyap saat akhirnya Pak Leo mun
Karma.Semua hal yang diperbuat di dunia ini, entah itu kecil apalagi besar, semuanya akan diberi upah bila sudah tiba masanya. Yang menanam kacang, pastilah menuai kacang.Beberapa jam setelah Sera pergi, Dimitri yang masih duduk dengan kepala tertunduk di dekat ranjang memakai menit yang bergulir untuk mengabsen satu per satu perbuatanya di masa lalu. Menghubungkan dengan apa yang dialami saat ini, lalu satu kesimpulan ia dapat.Sebab-akibat.Dokter berkata, sel pria miliknya berkualitas tidak baik. Penyebabnya bisa banyak hal. Pola hidup, stres, gen, dan sebagainya. Dimitri menarik kesimpulan. Alkohol adalah salah satu penyebab kemandulan ini.Minuman keras yang selama ini dianggap tak memberikan efek apa-apa pada tubuh, ternyata menggerogoti dari dalam. Membuatnya tidak subur dan menciptakan masalah besar pada pernikahan.Kebiasaan hidup yang tidak sehat, mungkin saja. Di titik ini, ia juga menyadari k
"Aku rindu kamar. Aku boleh pulang, 'kan?"Sera memundurkan punggung, berusaha menatap Dimitri, meski pria itu memilih memalingkan wajah.Tidak menyerah, dua tangannya memegangi rahang pria itu agar wajah mereka berada di satu garis lurus. Laki-laki itu menatap ke arah bawah."Dimitri." Sepenuh hati memanggil.Akhirnya lelaki tersebut mengangkat pandangan. Akhirnya, Sera bisa melihat dua manik indah itu. Meski kali ini sinar di sana meredup."Jangan." Hidung Sera memerah. Tak bisa ditahannya lagi air mata itu. Tumpah untuk kesekian kali. Menggeleng kuat, ia berharap si suami paham maksudnya.Sera sudah memikirkan semua. Kalaupun kemungkinan terburuk terjadi, terapi obat tidak berhasil, mereka bisa mengambil cara lain, jika memang sangat ingin punya anak. Mengadopsi misalnya. Atau, bayi tabung. Semua bisa diatasi. Yang perlu dilakukan sekarang adalah memberikan pengertian itu pada suaminya.Dim
Duduk di belakang kasir karena menggantikan karyawannya yang istirahat sore, Dimitri bersedekap. Mata mengitari keadaan rumah makan yang masih lumayan ramai.Pria itu memulai lamunan dengan menghitung. Tiga bulan. Sudah tiga bulan ia menjalani terapi kesuburan dengan obat. Dan ... masih belum ada perubahan.Datang ke rumah sakit tiga kali dalam sepekan untuk mendapat suntikan, minum suplemen dan vitamin yang dokter resepkan. Mengikuti semua aturan Sera yang mendadak menjadi perawat pribadi yang mengurusi makanan dan jadwal olahraga. Semua itu sudah dilakukan. Namun, tampaknya belum ada tanda-tanda keadaannya membaik.Dokter bilang masih perlu datang, istrinya belum juga hamil.Selama ini, Dimitri selalu berusaha terlihat bersemangat. Dengan senang hati melakukan semua yang diperlukan. Namun, sebenarnya, pria itu malah semakin kehilangan asa.Katanya, terapi yang ia dapat, minimal mem
Suara tepuk tangan mengisi salah satu ruangan di panti asuhan Harapan. Pemenang lomba menggambar baru saja diumumkan.Senyum semringah terlukis di wajah Sera. Perempuan dengan gaun selutut berwarna biru itu maju ke depan dan memberikan hadiah pada si kecil Yasa. Anak lelaki berusia delapan tahun itu menerima bingkisan berisi tas, buku dan alat tulis itu dengan senyum lebar."Latihan terus gambarnya, biar makin pintar." Sera mengusap pucuk kepala Yasa. Sudah akan kembali ke kursi, tetapi lengannya ditarik.Yasa masih setia mempertontonkan deretan gigi. Menaruh hadiahnya di lantai, ia meminta wanita di hadapan untuk berjongkok.Sera menurut, meski sedikit bingung. Ketika wajah sudah sejajar dengan Yasa, anak lelaki itu memegangi pipi dan membuatnya menghadapkan pandang ke depan.Tulus, Yasa memberi satu ciuman sayang di pipi Sera. "Makasih banyak. Sayang Bu Sera banyak-banyak."
"Buk, mau tidur?"Sera yang hampir terlelap di sofa mau tak mau membuka mata mendengar tanya itu. Dilihatnya Bu Ima berdiri di dekat meja. Sebagai jawaban, perempuan itu mengangguk pelan."Enggak makan dulu? Belum makan siang, 'kan?" Wanita itu melirik ke jam di dinding. Pukul empat, sudah amat terlambat untuk makan siang.Yang ditanyai tersenyum tanda terima kasih, mata mulai terpejam lagi. "Aku ngantuk, Buk. Enggak selera juga. Capek banget, padahal enggak melakukan apa-apa."Bu Ima mengangguk, meski raut cemas masih terpatri di wajah. Sebelum pergi, ia memakaikan selimut pada Sera.Suasana tenang membuat kantuk semakin menyerang. Namun, Sera masih harus menunda tidur karena ponsel di atas meja bergetar.Sebuah pesan gambar dari nomor tak dikenal datang. Berkedip beberapa kali untuk menjernihkan penglihatan, Sera mengetuk layar. Tak lama sebuah foto muncul.Gambar itu berisi Dimitri dan seorang perempuan. Sedang berdiri bersisian da