Langit terlihat kelabu pagi ini. Angin berhembus dingin menusuk ke tulang. Ratu Yang masih berada di kamarnya. Sedangkan di atas atap istana tampak seekor burung gagak hitam yang sedang hinggap.Burung gagak hitam itu memandangi aktivitas para prajurit di sekitar istana. Manik matanya tajam seolah sedang mengincar seseorang. Burung itu menatap buas pada Jenderal Chou yang tampak sedang berbicara pada beberapa prajurit.Burung gagak hitam itu pun terus memperhatikan sang jenderal. Sampai saat pria itu berjalan menuju kamar Lu Sicheng. Si burung gagak segera terbang dan hinggap di atas atap kamar Lu Sicheng."Adik Lu, Yang Mulia Ratu memintamu untuk menemuinya di kamarnya," tukas Jenderal Chou pada Lu Sicheng yang sedang memainkan pedangnya di teras belakang.Hong Ri yang sedang menikmati secangkir teh sembari memperhatikan Lu Sicheng berlatih di teras, tampak kaget mendengar ucapan Jenderal Chou barusan. "Apa? Yang Mulia Ratu memanggil Panglima Lu untuk datang ke kamarnya? " ucapnya de
Hari mulai siang, namun cuaca tampak sejuk karena langit sedikit mendung. Rombongan Ratu Yang tampak mulai keluar dari pintu gerbang istana Dong Taiyang. Ratu Yang menyikap tirai tandunya. Sepasang netranya memindai semua arah. Dimana Lu Sicheng? Kenapa dia tidak melihatnya?"Yang Mulia, apa yang membuat Anda gelisah? tanya Yihua yang duduk di samping sang ratu.Ratu Yang hanya menggelengkan kepala dengan wajah cemas. Di mana Lu Sicheng? Apakah dia tidak ikut dengan mereka? Ratu Yang tak bisa tenang sebelum ia melihat Lu Sicheng."Jenderal Chou, di mana Lu Sicheng? Aku tidak melihatnya," tukas Ratu Yang memberi wajah cemas pada Jenderal Chou lewat tirai jendela tandunya."Entahlah, Yang Mulia. Hamba pun tidak melihatnya," jawab Jenderal Chou. Dia pun sama cemasnya dengan Ratu Yang.Sedangkan Pangeran Lin Jiang tampak tersenyum miring mendengar Ratu Yang menanyakan Lu Sicheng. Mungkin pemuda itu takut pada ancamannya tadi, pikirnya puas."Mungkin pemuda itu sedang mengencani para dayan
Hari mulai petang.Ratu Yang berada di kamarnya. Dia tampak sedang duduk di tengah ranjang ditemani oleh Yihua. Usai insiden di danau tadi, Pangeran Lin Jiang segera memerintahkan rombongan untuk segera kembali ke istana. Kemunculan iblis di danau menandakan tempat itu tidak aman untuk Ratu Yang.Para tabib tampak memenuhi kamar Ratu Yang. Bahkan di sana juga tampak Penasehat Bai Jue dan Perdana Menteri Han. Keduanya tampak mencemaskan Ratu Yang. Tentu saja.Sedangkan Pangeran Lin Jiang tampak sedang berdiri di ambang pintu kamar Ratu Yang. Pria itu sedang bicara dengan beberapa petinggi istana yang lain. Entah apa yang sedang mereka bicarakan. Bisa jadi kejadian di danau tadi, di mana Lu Sicheng menyentuh bibir Ratu Yang.Sebenarnya Lu Sicheng melakukan hal itu karena melihat kondisi sang ratu yang tampak kritis. Memberikan napas buatan adalah satu-satunya cara untuk mengembalikan kesadaran Ratu Yang. Namun hal itu jelas salah di mata para petinggi istana. Lu Sicheng tidak pantas mel
Hari-hari terus berganti. Sudah hampir tiga pekan sejak kejadian di danau Taiyang. Raja Iblis Xin Yi sangat murka karena Hao Qie telah gagal mencelakai Lu Sicheng. Alih-alih pesuruhnya itu hampir membuat Ratu Yang tiada. Karena rasa amarahnya, Raja Iblis pun mengamuk di alam para dewa. Xin Yi memporah-porandahkan istana atas langit.Kaisar langit sangat murka karenanya. Dia pun mengadakan rapat dengan semua Dewa semesta, diantaranya Dewa Bumi, Dewa Langit, Dewa Api dan Dewa Ming. Raja langit mengatakan jika reinkarnasi Maha Dewa Ying telah datang. Semua Dewa tampak sangat bahagia mendengar berita itu."Siapa manusia beruntung itu, Yang Mulia?" tanya Dewa Langit."Maha Dewa telah bereinkarnai menjadi seorang pria yang sangat tampan, berbudi luhur dan sangat mengagumkan. Dia adalah Lu Sicheng. Putra Mahkota dari Raja Lu Cia-Hao dan Permaisuri Fang Yin. Lu Sicheng adalah satu-satunya dinasti Lu yang masih tersisa." Kaisar Langit menjelaskan."Lu Sicheng? Sepertinya hamba pernah mendengar
Lu Sicheng berusaha membangunkan Ratu Yang, namun usahanya sia-sia saja. Ratu Yang tak sadarkan diri. Lu Sicheng menyapu pandangan ke sekitar. Astaga, ternyata mereka sedang berada di puncak gunung Hangciang. Salju dimana-mana. Lu Sicheng bergegas meraih tubuh Ratu Yang ke dadanya. Dia harus segera membawa sang ratu pergi ke tempat yang lebih hangat.Langkahnya terhenti di tepi sebuah gua. Sepertinya di dalam sana lebih hangat, pikir Lu Sicheng. Dia pun segera memasuki gua itu sembari menggendong Ratu Yang di dadanya.Benar, di dalam gua itu terasa lebih hangat.Lu Sicheng segera mencari tempat yang bersih untuk merebahkan tubuh Ratu Yang.Dia pun segera menyalakan api unggun sebagai penerangan.Aneh, kenapa Ratu Yang masih belum sadar juga? Lu Sicheng menghampiri sang ratu yang terbaring di atas batu besar."Yang Mulia!" Lu Sicheng berusaha membangunkan Ratu Yang dengan mengguncang pelan kedua bahunya. Namun sang ratu tidak bergerak sama sekali. Bahkan tubuhnya sangat dingin bagaikan
Pagi itu sangat cerah. Sang surya menunjukkan sinar jingganya dengan pongah. Angin berhembus sejuk membelai bendera kerajaan Dong Taiyang yang berkibar angkuh di atas bangunan megah istana.Di tempat pelatihan tampak Ratu Yang dan Pangeran Lin Jiang yang sedang berlatih pedang. Keduanya tampak serius berlatih sembari tertawa sesekali.Lu Sicheng yang berdiri di tepi balkon lantai dua istana tampak memperhatikan Ratu Yang. Kedua tangannya berada di belakang pinggang dengan bibirnya yang mengulas senyum kagum pada wanita yang sedang mengisi lubuk hatinya saat ini.Mengagumkan. Gerakkan pedang Ratu Yang sungguh menggetarkan hatinya. Gerakkan pedang yang sangat indah dan elegan. Bagaikan sebuah tarian suci para Dewi di kayangan. Lu Sicheng tak ingin berpaling walau sedetik dari pemandangan indah di hadapannya."Kakak Lu!""Kakak Lu!"Tiba-tiba Xue Ying datang menghampirinya.Lu Sicheng segera memutar tubuhnya menghadap pada gadis dengan hanfu biru muda di hadapannya itu. Xue Ying memberin
"Haaa ..." Hong Ri tak bisa meledakkan rasa kagetnya, karena Jenderal Chou segera membungkam mulut pemuda itu. Dia tak ingin Lu Sicheng dan Ratu Yang sampai merasa malu karena mereka telah memangkap basah keduanya yang sedang berciuman.Ratu Yang menatap Lu Sicheng yang baru saja melepaskan pangutan bibirnya. Pipi licin Ratu Yang bersemu merah karena ciuman panas tadi. Dia pun segera menjatuhkan wajahnya pada dada bidang pria di hadapannya.Lu Sicheng mengulas senyum dan segera menaruh kedua tangannya pada punggung sang ratu. Mengusap hingga mengecup pucuk kepal Ratu Yang penuh cinta.Jenderal Chou, Hong Ri dan Yihua sangat tercengang melihat hal itu. Astaga, apa ini? Jadi mereka benar-benar telah menjalin hubungan? Jenderal Chou tersenyum tipis sembari menggelengkan kepalanya.Ekor mata Lu Sicheng tiba-tiba melihat tiga orang itu. Dia sangat terkejut dibuatnya. Segera Dilepaskan dekapannya dari Ratu Yang. Wajahnya ia lempar ke lain arah. Keadaan di ruangan itu pun berubah canggung."
Sepulang dari rumah Perdana Menteri Han, Ratu Yang menjadi marah dan tak mau bicara pada Lu Sicheng. Meskipun Lu Sicheng mengatakan pada Perdana Menteri Han, jika dia tak bisa menikahi putrinya, Han Xue Ying, namun tetap saja Perdana Menteri Han memaksa dan memberi waktu pada Lu Sicheng untuk berpikir.Lu Sicheng tak bisa berbuat banyak karena Perdana Menteri Han tampaknya sangat berharap dirinya mau menikahi Xue Ying."Sudahlah, Yang Mulia. Anda sudah menangis hampir dua jam. Ini tak baik untuk kesehatan Anda," tukas Yihua sembari duduk di tepi ranjang Ratu Yang. Gadis itu sangat mencemaskan sang ratu yang terus menangis sembari duduk mendekap kedua lututnya di tengah ranjang."Yihua, aku tak tahu harus bagaimana. Perdana Menteri Han bahkan memintaku untuk membujuk Lu Sicheng. Tidak mungkin aku meminta kekasihku untuk menikahi gadis lain, kan?" Ratu Yang kembali menangis.Yihua menelan ludah kasar mendengar hal itu, dia lantas berkata,"Yang Mulia tenanglah, Yihua juga tak ingin jika