"Yang Mulia!" Min Jue hanya bisa berteriak melihat Ratu Yang tak berdaya lagi dalam cengkeraman iblis muka rusak itu."Aku sudah katakan tadi. Tapi kau tidak mengerti juga, Yang Mulia. Sekarang ayo ikut denganku ke istana iblis." Minghao mulai menggiring Ratu Yang untuk pergi bersamanya. Sang ratu terus berusaha berontak, namun cengkeraman tangan iblis itu sungguh sangat kuat."Lepaskan!" erang Ratu Yang.Baru saja Minghao akan terbang membawa Ratu Yang, tiba-tiba sebuah serangan membuatnya terpental ke semak-semak. Ratu Yang segera menoleh ke arah belakangnya. Dia mengulas senyum lega melihat Lu Sicheng datang."Yihua, cepat bawa Yang Mulia Ratu berlindung," perintah Lu Sicheng tanpa mau menoleh pada Ratu Yang dan Yihua. Dia lebih fokus pada Minghao yang baru saja bangkit dari semak-semak.Yihua dan Ratu Yang segera menyingkir. Sedangkan Lu Sicheng dan Minghao mulai bertarung. Ternyata iblis bernama Minghao itu kuat juga. Lu Sicheng segera menghunus Pedang Tiga Elemen untuk memusnah
Lu Sicheng masih menatap Ratu Yang dengan pendar mata heran. Apa yang akan Ratu Yang lakukan? Apakah berciuman? Lu Sicheng tersenyum tipis kemudian."Kenapa malah tersenyum? Cepat pejamkan matamu, Suamiku." Ratu Yang tampak kesal menatap pada pria di hadapannya.Lu Sicheng hanya tersenyum tipis dan segera memejamkan sepasang matanya. Ratu Yang tersenyum puas. Perlahan ia mulai memajukan wajahnya. Mengincar bibir kemerahan Lu Sicheng. Wajahnya semakin mendekat. Bahkan sangat dekat. Dia hampir saja meraih ciumannya. Namun Lu Sicheng tiba-tiba membuka matanya.Ratu Yang membulatkan sepasang pupil matanya kaget."Hentikan, Yang Mulia." Lu Sicheng segera melepaskan rangkulan tangan Ratu Yang dari lehernya. Ia segera bangkit dari tepi ranjang.Ratu Yang hanya memandang heran pada pemuda di hadapannya itu."Istirahatlah," ucap Lu Sicheng tanpa menoleh pada Ratu Yang. Sepasang tungkainya segera terayun meninggalkan Ratu Yang sendiri dalam rasa kesalnya."Batu es itu!" Sang ratu hanya bisa men
Pagi-pagi sekali rombongan Ratu Yang segera meninggalkan lereng gunung Liowang. Ratu Yang memaksa untuk segera pulang. Perasaannya sungguh sangat gelisah sejak mimpi buruknya semalam. Bahkan sang ratu tak bisa terlelap lagi karena mimpinya itu.Lu Sicheng dapat melihat ada kecemasan yang tersirat dari pendar mata Ratu Yang. Namun dirinya tak bisa menanyakannya sekarang. Pangeran Lin Jiang selalu berada di samping sang ratu.Sepanjang perjalanan pulang Ratu Yang tampak hampa dan tidak ceria seperti biasanya. Yihua berulang kali menggoda Ratu Yang. Namun sang ratu tampak tidak senang dan memilih untuk berdiam diri.Setiba di istana pun Ratu Yang segera mengunci diri dalam kamarnya. Dia sungguh dalam dilema besar. Dia yakin jika setiap mimpinya pasti akan menjadi kenyataan. Namun yang menjadi pertanyaan besar dalam benaknya adalah; apa yang membuatnya begitu murka sampai-sampai menyerang Lu Sicheng tanpa ampun.Lu Sicheng yang juga gelisah memikirkan Ratu Yang, tak bisa berdiam diri teru
Paginya Lu Sicheng tampak berada di tempat berlatih. Dia dan Hong Ri sedang berlatih pedang. Sedangkan Jenderal Chou tampak melatih beberapa prajurit baru. Pangeran Lin Jiang mulai bosan, karena Ratu Yang terus mengarahkan sepasang netranya pada Lu Sicheng. Hh, ingin rasanya ia maju ke tempat pelatihan, lantas melumpuhkan panglima menyebalkan itu.Tapi sial! Jurus pedangnya bahkan tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan Lu Sicheng. Pendekar dari Barat itu memang sangat memukau. Pangeran Lin Jiang mengaku kalah. Tapi meski begitu, dirinya tetap tidak suka melihat cara Ratu Yang menatap Lu Sicheng.Tatapan yang begitu lembut dan terpukau. Seharusnya tatapan itu tertuju padanya sebagai calon suaminya. Tapi sang ratu tampaknya tidak memiliki perasaan yang istinewa padanya. Oleh karena itu Pangeran Lin Jiang tak pernah mengatakan perasaannya pada Ratu Yang.Menikah saja. Tak perduli meski Ratu Yang tidak mencintainya. Toh nanti juga Ratu Yang akan melahirkan anaknya, pikir Pangeran L
"Yang Mulia, siapa sebenarnya Ibu Suri itu?" tanya Lu Sicheng saat dirinya dan Ratu Yang berada di atas atap istana.Ratu Yang memaksa Lu Sicheng untuk menemaninya melihat bintang sembari duduk di atap istana. Meski awalnya Lu Sicheng menolak dan mengatakan jika Ratu Yang sangat kekanak-kanakan. Namun akhirnya ia setuju setelah Ratu Yang mengatakan, jika Lu Sicheng bukanlah pria yang romantis dan sangat membosankan.Demi menyenangkan hati kekasihnya yang sedang merajuk itu, Lu Sicheng akhirnya mau bersikap kekanak-kanakan untuk melihat bintang bersama Ratu Yang di atas atap istana.Tak ada seorang pun yang mengetahuinya. Bahkan Hong Ri dan Yihua sudah kelelahan mencari mereka. Sedangkan Pangeran Lin Jiang mulai merasa curiga, karena Lu Sicheng juga tak ada di mana-mana. Mungkinkah Ratu Yang pergi bersama pria itu? Tiba-tiba terbesit dalam benaknya.Sepertinya dirinya harus segera menikahi Ratu Yang sebelum sang ratu benar-benar jatuh cinta pada Lu Sicheng. Pangeran Lin Jiang tampak mo
Lu Sicheng tampak sangat dilema sejak kembali dari istana langit dua hari yang lalu. Mimpi buruk itu sungguh membuatnya sangat ketakutan. Namun sikapnya yang sangat dingin, membuat Ratu Yang menjadi frustasi.Sedangkan ritual tarian akan diadakan esok pagi, tapi lihat Lu Sicheng, pemuda itu sama sekali tidak bersemangat.Ratu Yang sangat kesal melihat Lu Sicheng tampak acuh tak jelas padanya. Seperti saat keduanya bertemu di taman tadi. Lu Sicheng yang baru saja kembali dari tempat pelatihan bersama Jenderal Chou, tampak biasa saja saat berpapasan dengannya.Pria itu hanya membungkuk sambil memberi salam dengan formal. Tak ada senyuman tipis yang biasa ia sematkan kala bertemu dengan sang ratu. Tentu saja hal itu membuat Ratu Yang sangat kesal dan menaruh kecurigaan pada kekasihnya itu."Aku yakin, Yihua. Pasti Lu Sicheng sedang bermain di belakangku. Dia bahkan tidak menatapku selama satu hari ini. Astaga, aku bisa mati karenanya." Ratu Yang tampak sangat frustasi sembari mondar-mand
Malam begitu dingin karena sudah memasuki musim salju. Tanggal pernikahan Ratu Yang dan Pangeran Lin Jiang pun sudah ditetapkan. Bahkan beritanya sudah menyebar ke seluruh pelosok negeri.Ratu Yang masih merasa heran akan sikap Lu Sicheng akhir-akhir ini. Sejak mereka melihat bintang di atas atap sepekan yang lalu, sampai kini Lu Sicheng tak lagi menemuinya di kamar atau bicara di luar seperti biasanya.Entah apa yang sedang Lu Sicheng rasakan. Apakah pemuda itu sudah mundur dari niatnya untuk menikahi dirinya? Ratu Yang tampak sangat gelisah sembari terlentang di tengah ranjang. Dia tak bisa tenang jika Lu Shiceng terus mendiamkannya seperti ini.'Lu Sicheng, apa yang terjadi padamu? Kenapa kau jadi dingin seperti ini padaku? Aku tak bisa seperti ini terus-menerus. Aku ingin bicara padamu'," Ratu Yang bicara dalam hati sembari duduk bersila di tengah ranjang. Matanya terpejam. Dia mulai bermeditasi.Sedangkan Lu Sicheng baru saja keluar dari kamar. Tengah malam begini dirinya tiba-ti
Salju mulai turun menutupi atap kerajaan Dong Taiyang. Perlahan serbuk putih nan dingin itu semakin tebal menutupi atap istana. Juga pepohonan yang berdiri simetris di sekitar pelataran isatana. Semuanya mulai kebagian terkena timpahan benda dingin itu.Lu Sicheng dan Ibu Suri masih duduk bersisian. Ucapan Lu Sicheng tadi sungguh membuat Ibu Suri tersentuh. Putranya itu telah jatuh cinta pada anak dari pembunuh ayahnya.Ini memang keliru. Namun Ratu Yang tidak mengetahui hal itu. Baginya Yang Jingmi tetaplah ayah yang terbaik."Lu Sicheng, aku tidak keberatan jika kau dan Yang Zhu saling mencintai. Lagi pula Yang Jingmi sudah tiada. Lupakan saja dendammu itu dan hiduplah bahagia bersama Yang Zhu. Kerajaan Dong Taiyang ini sangat membutuhkan seorang Raja sepertimu," ucap Ibu Suri setelah hening barang sejenak.Lu Sicheng senang mendengar ucapan ibunya itu. Namun, bagaimana caranya ia mengatakan pada Ratu Yang, jika dirinya adalah pangeran Lu, satu-satunya pewaris tahta kerajaan Dong Ta