Share

Gila Kehormatan Maka Akan Terinjak

Para petinggi dan anggota kesatuan memberikan hormat militer kepada George, Sang Jendral yang telah lama dinantikan. Walaupun kini George tak terlihat wibawanya seperti dulu. Namun kehormatannya adalah yang tertinggi di kalangan militer.

Pemandangan itu membuat semua orang Terheran-heran. Bagaimana bisa seorang yang dipandang rendah ternyata dihormati oleh para pejabat militer

Jhony memandang heran ke arah para petinggi tersebut lalu bertanya, "Kenapa kalian memberikan hormat kepada seorang gembel? Kehormatan kalian sudah dijatuhkan oleh seorang gelandangan seperti dia."

"Harusnya aku lah yang dihormati. Apa kalian tidak mengenal saya?"

Perkataan itu membuat Letjen Greigh bangkit dan langsung menggenggam kerah baju Jhony, Lalu menariknya hingga tepat di depan wajah Greigh.

"Kau tidak tau siapa dia?! bahkan nyawamu tidak akan bisa menebus kehormatan Jendral George!"

"Jendral George? cuihh! kebohongan apa yang kalian mainkan?" ucap Jhony, meludah ke tanah.

Greigh seketika naik pitam. Namun tiba-tiba George menyelanya.

"Cukup! Biarkan dia, jangan buang-buang waktu untuk meladeni manusia seperti dia," ucap George.

Greigh beralih memandang George. Lantas ia melepaskan genggaman tangannya.

"Mohon izin Jendral. Kenapa anda mengampuni orang ini? dia sudah keterlaluan memperlakukan Bapak," ucap Letjen Greigh.

"Saya tidak ingin ada keributan. Biarkan saya sendiri yang menghadapi dia. Lagi pula saya bukan siapa-siapa. Kenapa kalian membela saya hingga seperti itu?" tanya George, heran.

"Mohon maaf Jendral, kami tau siapa anda. Saya harap Bapak akan segera sadar. Sekarang biarkan saya memberi pelajaran kepada si arogan satu ini," ucap Greigh, geram.

Greigh mencengkram leher Jhony. Hingga ia kesulitan bernafas.

George memegang tangan Greigh untuk mencegah sesuatu hal yang tidak diinginkan.

Akhirnya Greigh melepaskannya kembali. Namun hukuman itu belum lah selesai, Greigh belum puas.

Greigh menjenggut rambut Jhony lalu memaksanya untuk berlutut di hadapan George.

"Turunkan lututmu di hadapan Jendral George! kau harus meminta maaf!" seru Greigh, murka.

"Ap-apa ini. Kenapa kalian menyuruhku berlutut di hadapan seorang gembel! saya tidak terima!" seru Jhony.

Ia berusaha melepaskan tangan Greigh yang mencengkram kuat.

Namun sekuat tenaga Jhony mencoba melawan. Tetap saja ia tak dapat melepaskan tangan Greigh yang begitu kekar.

"Saya tidak akan melepaskannya sampai kamu berlutut di hadapan Jendral George!" Seru Greigh.

Dua pengawal Jhony hendak membujuk Greigh. Tapi mereka pun tak dapat berbuat apa-apa.

Mereka sadar siapa yang dihadapi oleh bos besar mereka. Hingga mereka pun dibuat terdiam oleh Greigh dan para pengawalnya.

"Akhh! bodoh kalian semua! Bagaimana aku melepaskan cengkraman tangan ini!"

Jhony masih berusaha melawan. Namun hal itu pun sia-sia hingga akhirnya ia menyerah.

"Baik-baik. Aku meminta maaf!"

Tidak ada pilihan lain, pria berpakaian kemeja hitam dengan beberapa perhiasan emas di tubuhnya itu pun berlutut di hadapan George.

Semua orang terdiam memandangi kejadian itu. Nyonya Jenny hingga menggeleng-gelengkan kepalanya.

Lalu seketika wajahnya memerah seperti gunung berapi yang akan memuntahkan lava.

"Ini tidak masuk akal. Pasti kalian berpura-pura. Aku akan laporkan kalian semua!" Teriak Nyonya Jenny.

Wanita paruh baya itu tak tahan dengan tindakan para petinggi militer dan anggota yang disangkanya teman-teman George yang berpura-pura.

Ia lantas memerintahkan seorang Security rumahnya.

"Tolong ambilkan ponselku sekarang!"

"Baik Nyonya!" jawab sang security.

Lantas seorang Security itu berjalan tergopoh-gopoh ke dalam rumah.

Greigh kini melepaskan Jhony. Ia dapat berdiri kembali, walau harga dirinya telah jatuh di depan semua orang.

Beberapa saat kemudian, Security memberikan ponsel itu kepada sang Nyonya.

"Ini ponselnya Nyonya," ucap sang Security.

"Kerja bagus! akan ku panggil Inspektur Jendral Polisi Sibastian! kalian para tentara gadungan akan menerima akibatnya!"

Lalu Jenny beralih memandang tajam ke arah George.

"Kamu pasti dalang semua ini. Akan ku jebloskan kamu ke penjara! Saya memiliki rekan seorang Jenderal Polisi! Irjen Pol Sebastian! siapa yang tidak mengenal dia!" seru Jenny, dengan mata yang terbuka lebar.

Jhony pun tersenyum puas mendengar Nyonya Jenny akan memanggil temannya yang seorang Jenderal Polisi ternama. Ia menyangka dendamnya akan segera terbalaskan.

Namun George tampak tenang dengan ancaman itu. Ia tak sama sekali merasa terancam. Begitu juga para petinggi militer tampak tersenyum menanggapi ancaman dari Jenny.

Para tamu undangan yang merupakan keluarga Nyonya Jenny pun turut menjatuhkan martabat George dengan caci maki.

"Rasakan itu Sampah! kau akan merasakan dinginnya jeruji besi! Irjen Sebastian adalah polisi yang tegas dan tidak akan main-main dengan hukum!"

"Hahah! Dasar penipu. Tidak mungkin gembel seperti kamu memiliki rekan para petinggi militer. Semua itu palsu! Irjen Sebastian pasti akan menyeretmu dalam hukuman berat karena membawa nama militer!"

Wanita itu lantas menghubungi Inspektur Jendral Sebastian.

"Selamat Sore Jenderal," ucap Jenny.

"Selamat Sore. Ada yang bisa saya bantu?" tanya Sebastian.

"Bisakah Bapak membantu saya untuk menangkap para tentara gadungan di sini. Acara di rumah saya menjadi kacau karena kehadiran mereka," ucap Jenny.

"Tentu saya bersedia. Baik, saya akan kesana secepatnya," jawab Sebastian.

"Terima kasih Pak, Saya tunggu ya," ucap Jenny.

Dan sambungan telepon pun usai. Jenny tampak bernafas lega dan tersenyum puas.

Namun semua itu akan menjadi bom waktu baginya.

Tak berselang lama, suara sirene pun terdengar. Jenny tersenyum dan matanya tampak berbinar.

"Hmm... sedikit lagi tidak akan ada lagi si sampah yang selalu mengganggu hidup saya. Ahaha..." ucap Jenny dalam benaknya.

Suara sirine itu pun semakin terdengar jelas dan mendekat.

Dan sampailah Irjen Pol Sebastian yang ditunggu. Ia keluar dari mobil dengan beberapa pengawalnya.

Irjen Sebastian langsung melangkah dengan gagah menghadap ke Nyonya Jenny.

"Akhirnya anda datang juga Pak. Saya sudah menunggu bapak dengan harap-harap cemas," ucap Jenny, menyambutnya.

"Kebetulan hari ini saya sedang santai. Makanya bisa menemui Nyonya Jenny. Oh iya, dimana mereka para tentara gadungan itu? biar kami proses secepatnya," ucap Irjen Sebastian.

Dengan bersemangat Nyonya Jenny langsung menunjuk ke arah George dan para petinggi militer serta pengawalnya.

Sontak Irjen Sebastian membatu memandangi mereka.

Jenny tampak terheran-heran dengan sikap Irjen Sebastian.

"Loh, Kok Bapak diam saja? itu mereka para tentara gadungan Pak!" seru Jenny seraya terus menunjuk ke arah George dan lainnya.

Irjen Pol Sebastian langsung berjalan cepat ke arah George. Dan tiba-tiba ia menegakkan badannya dan melakukan penghormatan militer.

Namun George justru heran dengan semua kejadian itu.

Jenny dan para tamu terkejut bukan main. Ditambah lagi melihat Irjen yang tersohor di negeri Rein malah melakukan penghormatan militer di hadapan George.

Lantas Irjen Sebastian kembali berbalik badan dan menghampiri Nyonya Jenny.

"Anda sangat keterlaluan Nyonya. Anda tidak pantas menyebut mereka tentara gadungan. Mulai saat ini saya tidak akan membantu anda," ucap Irjen Sebastian.

"Pak! tunggu dulu Pak! apa maksud dari perkataan bapak!" seru nyonya Jenny.

Namun wanita paruh baya itu sudah dianggap angin lalu oleh Sebastian.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status