Hallo, semuanya. Bagaimana ceritanya? Jika menarik dan menyukai buku ini, tolong komentarnya agar aku bisa semangat nulisnya. Selamat membaca semuanya.
"Sialan, Nick! Istrimu itu memang gila!" ucap Kayla benar-benar marah karena kini tubuhnya kotor dan bau setelah disiram air comberan oleh Shireen. Rambutnya yang biasanya terurai indah kini basah menggumpal, membuatnya semakin kesal pada tingkah laku Shireen."Dia memang gila," timpal Nick yang juga marah atas perbuatan yang Shireen lakukan. Karena kini bukan hanya tubuhnya yang harus dibersihkan, tetapi juga tempat tidur, seprai, dan juga selimut agar tidak bau. Mungkin Nick akan membuang dan membelinya yang baru. Pikirannya melayang pada biaya tambahan untuk membersihkan semua barang-barang tersebut akibat ulah nakal Shireen."Pokoknya aku mau pergi perawatan! Aku tidak mau tahu!" ucap Kayla yang marah kepada Nick lalu melangkah pergi menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Nick sendiri benar-benar kesal dan juga marah. Tentu saja dia tidak terima dengan apa yang sudah Shireen lakukan.Setelah Nick membersihkan diri, terlihat Kayla yang sudah pergi tanpa banyak bicara. Wanita
Shireen dipaksa masuk ke dalam sebuah luxury hotel yang terletak di pusat perkotaan. Dia ingin sekali meminta tolong kepada orang-orang yang melewatinya, tetapi entah kenapa dia hanya bisa diam seribu bahasa. Tangannya yang terus dicengkram begitu kuat oleh Nick, membuat Shireen mau tidak mau mengikuti langkahnya. Hatinya berdebar-debar karena situasi yang tak ia duga.Sampailah mereka di lantai 10. Nick langsung mencari kamar hotel dengan nomor sama yang ada di ponselnya. Setelah menemukannya, Nick langsung mengetuk pintu sambil melihat ke arah sekeliling dengan waspada. Shireen merasakan ketegangan di udara dan berharap bisa pergi dari sana, tetapi melihat Nick yang begitu kuat mencengkram tangannya membuat Shireen yakin jika dia tidak bisa pergi untuk melarikan diri.Tak berselang lama, seseorang membuka pintu. Terlihatlah Liam yang hanya memakai jubah mandi berwarna putih. Dengan raut wajah tegasnya dan tanpa mengatakan apa pun dia memberi kode kepada Nick agar Shireen disuruh mas
"Sebelum pergi, aku ingin kamu memakai ini!" ucap Liam sambil mengeluarkan sebuah gaun yang terlihat begitu mewah dan indah dari lemari pakaian. Gaun berwarna abu-abu dengan payet-payet yang bersinar terang, jelas menunjukkan bahwa gaun itu sangat spesial. "Untuk apa aku memakai itu?" tanya Shireen, bingung dengan niat Liam yang tiba-tiba memintanya untuk memakai gaun tersebut. "Lakukan saja! Mengerti?" balas Liam dengan nada tegas, membuat Shireen tidak bisa menolak. Dengan perasaan penasaran, Shireen menerima gaun tersebut dan berjalan menuju kamar mandi untuk menggantinya. Setelah beberapa menit, Shireen keluar dari kamar mandi dengan mengenakan gaun itu. Terlihat wajahnya merona dan gaun itu sangat cocok dipakai oleh Shireen. Lembutnya kain gaun itu menyentuh kulitnya, membuatnya merasa seperti seorang putri. Liam yang melihat penampilan Shireen tersenyum puas, seolah-olah dia sudah bisa membaca pikiran Shireen yang bertanya-tanya apa rencananya. Dalam hati kecil Shireen, dia m
Shireen menelan ludah saat Liam memimpinnya kembali ke hotel itu. Namun, kali ini tujuan mereka bukanlah sebuah kamar hotel, melainkan sebuah ruangan dengan pintu yang dijaga ketat oleh seorang pria berbadan tegap. Pria itu segera mengenali Liam dan tanpa ragu membuka pintu untuknya."Tuan Liam, selamat datang," sapa pria itu, sambil memberi hormat.Liam mengangguk dingin lalu menatap ke arah Shireen dengan tajam. “Pegang tanganku, Shireen.”Shireen terkejut, ragu untuk melakukannya. Melihat keraguan Shireen, Liam membentaknya, "Ayo, pegang lenganku. Jangan membuatku marah!"Refleks, Shireen langsung memegang lengan Liam erat-erat, takut akan kemarahan pria itu. Mereka berjalan beriringan memasuki ruangan yang ternyata adalah tempat sebuah pesta mewah sedang berlangsung. Cahaya lampu yang redup, musik yang menghentak, serta aroma alkohol dan parfum memenuhi udara.Shireen mencoba menyesuaikan diri dengan suasana pesta yang ramai dan penuh hingar bingar. Ia melihat banyak pria dan wani
“Pakailah lingerie ini sayang,” ucap Nick seraya memberikan lingerie berwarna merah maroon transparan.Shireen memandang lingerie tersebut dengan tatapan campuran antara keinginan dan rasa malu yang terpancar jelas dari wajahnya. Kedua pipi Shireen seketika itu juga langsung memerah membayangkan dirinya memakai pakaian itu, karena seluruh tubuhnya akan terlihat karena pakaiannya yang transparan.“Aku malu, Nick,” ucap Shireen sambil mengalihkan pandangannya ke arah lain.Rasa gugup dan ketidaknyamanan mulai melanda hatinya. Bagaimana mungkin dia bisa tampil seksi di depan suaminya sendiri? Meskipun mereka baru saja menikah, tapi perasaan malu tetap ada dalam diri Shireen.“Sayang, aku sudah menjadi suamimu. Maka kamu harus terlihat seksi dan menggoda di depan suamimu sendiri. Jadi, tidak perlu malu lagi,” ucap Nick dengan penuh kelembutan mencoba membujuk Shireen agar mau mengenakan lingerie tersebut. Dia ingin membuat istri barunya merasa percaya diri dan cantik dalam penampilannya.
Ketika menyadari bahwa laki-laki itu semakin dekat dengannya, Shireen panik dan bergegas menuju kamar mandi sebagai tempat perlindungan sementara. Entah apa yang ada di dalam pikirannya saat ini, tetapi dia merasa jika kamar mandi adalah tempat yang aman untuk saat ini daripada harus berlari keluar dengan keadaan seperti ini.Namun sayangnya, takdir berkata lain. Ketika Shireen hampir mencapai pintu kamar mandi, laki-laki itu tiba-tiba berlari lebih cepat darinya dan dengan sigap berdiri di depan pintu kamar mandi tepat di depan Shireen. Hatinya berdegup kencang dan dia merasa terjebak dalam situasi yang semakin rumit.Shireen menatap pria itu dengan tatapan takut dan bingung. Dia tidak tahu apa yang harus dilakukan selanjutnya. Hatinya berdegup kencang, mencoba mencari jalan keluar dari situasi yang mencekam ini. Sementara pria itu meraih tangan Shireen dengan paksa, ia menyeretnya pergi dari sana dan melemparnya di atas ranjang yang empuk.Shireen terkejut oleh perlakuan kasar pria
Namun, tanpa menghiraukan penolakan itu, Liam tetap tenang. Dia membuka paksa mulutnya. Air mata terus mengalir di wajah cantik wanita itu saat dia merasakan minuman yang dicampur dengan obat perangsang masuk ke dalam mulutnya. Meskipun terpaksa, Shireen akhirnya menelan setiap tetes minuman tersebut.Liam tersenyum lebar melihat gelas itu sudah kosong dan menyimpannya di atas nakas. Dia melihat ke arah jam tangannya menunggu beberapa menit sampai obat itu bereaksi.“Jangan lakukan apa pun padaku! Aku mohon,” pinta Shireen dengan air mata yang terus mengalir membasahi wajahnya.“Kamu adalah bayaran dari Nick untuk hutang-hutangnya. Tentu saja aku rugi tidak menyentuhmu. Lagipula, aku menginginkan kegadisanmu, Shireen,” ucap Liam dengan suara berbisik membuat Shireen langsung merinding seketika.Shireen tidak menyangka jika kegadisan yang selama ini dia jaga akan berakhir di tangan seorang pria yang bahkan tidak dia kenal karena hutang yang dimiliki oleh Nick.Setelah beberapa menit ya
Melihat reaksi Shireen, rasa percaya diri Liam semakin meningkat. Ia merasa puas bisa memberikan kenikmatan kepada Shireen. Dengan penuh keberanian, Shireen membusungkan dadanya lebih jauh lagi, menenggelamkan Liam diantara p*yudaranya seolah meminta lebih dari apa yang sudah diberikan oleh Liam.Liam semakin menyesap p*yudara Shireen dengan semakin kuat, sesekali menggigit p*ting Shireen yang membuatnya mengerang kesakitan. Rasa sakit akibat gigitan Liam yang terlalu kuat membuat Shireen merasakan sensasi campuran antara kenikmatan dan rasa sakit yang membara di dalam dirinya. "Sa-kit," ucap Shireen seraya membuka mata dan menatap ke arah Liam.Selama beberapa saat, tatapan mereka saling bertemu di tengah-tengah ruangan yang penuh dengan gairah dan nafsu birahi. Wajah Shireen memerah karena dia benar-benar menikmati setiap sentuhan sensual yang diberikan oleh Liam. Dia bisa merasakan denyutan-denyutan erotis dari tubuhnya sendiri, memberikan sinyal bahwa dia ingin lebih banyak lagi.