Share

Bab 7 - Banyak Korban.

"Ada apa Mas? Aku lihat Hella keluar sambil menangis," tanyaku sambil berjalan mendekatinya.

"He--lla?" Mas Mahesa nampak gugup. Aku mengangguk samar, menikmati expresi salah tingkahnya.

"Ya ... Hella," gumamnya dengan wajah berfikir. "Tadi dia datang, untuk menjelaskan bahwa itu tidak benar," sahut suamiku kemudian.

"Untuk apa dia repot-repot menjelaskan padamu?" pancingku.

"Di-a dia takut dipecat. Ya dia takut aku memecatnya ..." jelasnya sambil meringis tak jelas.

"Ck ... jelas-jelas itu wajahnya. Mau jelasin apa lagi," cibirku.

"Sehari-hari kau bersamanya. Pasti hapal luar dalamnya bukan?"

"Maksud, Mamih?" Alis tebal itu menaut.

"Yah ... maksudku, kau pasti tahu dia seperti apa. Kaliankan selalu bersama kalau kerja," sahutku.

Mas Mahesa tersenyum kecut, lalu menyeka kening yang nampak berkeringat. Padahal ruangan ini cukup sejuk, sepertinya hati Mas Mahesa tengah terbakar. Membuat suhu badannya ikut memanas.

Aish ... andai kamu tahu, hatiku lebih panas Mas.

"Perempuan seperti dia.
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status