Part 51“Kenapa kamu diam, Tante?” tanyaku saat Mila masih diam dengan perkataanku. Wajahnya tegang terkejut.“A-apa maksudmu?” tanya Mila gugup.“Aku rasa kamu tau maksudku, Tante. Aku yang baru masuk ke rumah itu sedikit banyaknya sudah mengerti sifat semua orang yang ada di sana, termasuk sifatmu yang tidak menyukai Ibu Mas Bayu.” Aku menekan Mila dengan kata-kataku.“Kamu kira aku minantu yang jahat, gitu?”“Aku tidak bilang, loh. Tapi kamu sendiri yang mengatakannya,” ucapku dan terus menatap mata Mila.Mila tersenyum sinis, “Kamu menuduhku yang telah meracuni Ibu Mas Bayu?” Mila berusaha tenang dan santai menanggapi perkataanku.“Ops!” Aku meletakkan telapak tanganku di mulut seperti terkejut, “Tante meracuni Ibu Mas Bayu?!” Suaraku sedikit dikeraskan.Mila menarik tanganku menjauhi pintu, “Jangan macam-macam denganku! Kamu kira merasa menang berbicara dengan lantang hingga semua orang mendengarnya dan menudingku yang telah meracuni mertuaku sendiri?!” Tanganku dipegang erat ole
Part 52Aku menyetir mobil ke rumah Dona, aku ingin menemui Rio. Rasa rinduku ingin bertemu Rio semakin besar, meskipun aku tidak tahu seperti apa hubungan ini nantinya. Aku jatuh cinta kepada anak musuh besarku.Saat mobil sudah kuparkir di halama rumah Dona, aku melangkah ke pintu dan ingin mengetok. Sebelum aku menegtok pintu, pintu sudah dibukakan, sepertinya suara mobilku sudah diketahui kalau aku datang.“Lani.” Dona menyambut kedatanganku membukakan pintu.“Halo Tante,” sapaku, “Ini Aku bawakan sedikit buah-buahan.” Aku menyodorkan satu kantong besar penuh dengan macam buah-buahan.“Terima kasih, lain kali tidak usah repot-repot, Lani,” jawab Dona menerima buah-buahan yang aku sodorkan.“Untuk Tante apapun akan aku lakukan,” jawabku dengan seuntai senyum.“Kamu sangat pintar mengambil hatiku,” jawab Dona dengan raut wajah senang. “Ayo masuk,” ajak Dona. Dan kami duduk di ruang tengah depan televisi seperti biasa. Buah-buahan di tangan Doan diletakkan di atas meja.Kulihat di se
Part 53Dona menyetir mobilnya menuju ke penjara. Pertanyaan besar yang belum terjawab dan membuatnya tidak tenang. Semenjak dua pesan dengan tinta darah itu, dia semakin tidak tenang dan merasa takut kejadian beberapa tahun yang silam akan mempengaruhi kehidupannya sekarang.Ponsel Dona berbunyi, ada panggilan dari nomor yang tidak dikenal, dan nomor tersebut masih sama dengan nomor yang menghubunginya waktu masih di rumahnya. Dengan mengaktifkan speaker ponsel, Dona menjawab panggilan tersebut dan tetap menyetir mobilnya.“Halo,” jawab Dona di ponsel.“Kamu mau kemana Dona?” tanya suara di ponsel.Mendengar perkataan seorang wanita di ponsel, Dona langsung menghentikan mobilnya dan parkir di tepi jalan. Wanita yang menelpon Dona tahu kalau Dona sedang dalam perjalanan menyetir mobil.“Siapa kamu?” tanya Dona.“Ha ha ha, kamu lupa denganku Dona?”“Siapa kamu?!!” Suara Dona lebih kencang dari sebelumnya.“Sabar Dona, kebiasaan marahmu masih sama seperti dulu. Sepertinya kamu tidak ber
Part 54Kali ini aku tidak akan memberi ampun Mila. Mbok Siti harus bebas dan Mila juga harus mendapat hukuman atas apa yang dilakukannya.“Lani! Lani! Kamu tidak bisa menang dariku, aku akan tunjukkan siapa Mila sebenarnya!” teriak Mila saat aku melangkah menuju ke mobil dan ingin meninggalkan rumah itu. Aku tidak peduli sekeras apa teriakan Mila atau ancaman apa yang keluar dari mulutnya, yang jelas aku melihat Mila tertekan dengan ancamanku, dia berusaha terlihat menang meskipun akan kalah. Permainan Mila kali ini ada kuncinya olehku.Aku menyetir mobil meninggalkan rumah yang pernah aku tempati dulu. Masih teringat di benakku kalau rumah itu hadiah pernikahan dari Bayu. Meskipun seumur jagung pernikahanku dulunya, dan semua itu permainan dari Ibu tiriku dan Bayu serta Mila, aku tidak pernah menyesal karena aku bisa memiliki Caca meskipun masih terhalang Mila dan statusku. Menunggu waktu, aku akan merebut kembali punyaku yang telah dirampas.Aku pergi menemui Mbok Siti di penjara.
Part 55Seorang Mila mau berlutut di depanku? Rasanya aku tidak percaya karena dia bukan tipe manusia yang mau mengalah dan dengan segala cara akan dilakukannya demi mencapai tujuannya. Dia tidak jauh berbeda dengan Dona karena dia tumbuh dari didikan Ibu tiriku itu.Aku melangkah menuju kamar rawat Ibu Bayu. Aku mau mengatakan kepada Bayu tentang semua kejahatan Mila, kasihan Mbok Siti jika berlama-lama di penjara yang bukan kesalahannya.“Mas Bayu,” sapaku masuk ke kamar rawat Ibunya.“Lani, aku senang kamu datang,” kata Bayu menyambutku.“Bagaimana keadaan Mamamu Mas?” tanyaku berdiri di samping tempat tidur melihat Ibu Bayu terbaring dan masih tidak sadarkan diri.“Masih belum ada perkembangan baik, Lan.” Wajah Bayu terlihat sangat sedih.“Mas, aku mau bicara,” ucapku dan kami duduk di kursi yang sudah tersedia di kamar itu.“Ada apa Lani?” tanya Bayu menatapku.“Sebenarnya aku ....” Perkataanku terputus karena ponselku berdering. “Sebentar Mas, aku mau jawab panggilan dari rekan
Part 56“Apa yang kamu fkirkan?” tanyanya tetap menyetir mobil.“Aku teringat anakku, tadi dia menelponku ketakutan tinggal sendiri di rumah,” jawabku.Dia tersentum sungging mendengar perkataanku, “Kamu sudah diperdaya Mila,” ucapnya.“Apa?” tanyaku kurang yakin.“Ternyata dia betul-betul memiliki sifat Dona.”Aku diam berfikir, siapa sosok yang ada di sampingku ini? dia sangat dendam dengan Dona akan sesuatu hal, tapi apa?“Apa yang kamu pikirkan?” tanyanya yang membuatku sedikit tersentak.“Oh, aku memikirkan ....” Aku tidak melanjutkan kata-kataku.“Kamu memikirkan aku dan Dona?”Hebat, dia bisa membaca pikiranku.“Kamu sudah tau jawabannya,” tanggapanku.Mobil melaju menuju ke pinggir kota, aku diam melihat ke luar jendela mobil karena ini bukan menuju pulang ke rumah. Tidak ada kata-kata diantara kami, dia terus menyetir hingga memasuki hutan lindung dan tidak ada seorangpun yang melewati jalan yang kami tempuh.“Mau apa kita kesini?” tanyaku saat dia menghentikan mobilnya di te
Part 57Dia sama sekali tidak menunjukkan keraguan ingin bertemu atau bekunjung ke rumah Dona. Selama ini dia terus menghindar yang tidak kumengerti maksudnya, apa tujuannya kali ini? permainan apa yang akan diperankannya. Kali ini dia memperkenalkan diri sebagai tanteku yang bernama Maria kepada Rio.“Ayah, perkenalkan ini tanteku.” Aku menujuk kepadanya untuk memperkenalkannya kepada Ayahku.“Halo Pak, aku Mariya tantenya Lani,” ucapnya bersalaman dengan Ayahku.“Aku Ayahnya Rio,” jawab Ayah dengan senyum.“Siapa yang datang Rio?” Dona masih berteriak dari dalam kamarnya.“Lani Mi,” jawab Rio di depan pintu kamar Ibunya. “Silahkan duduk Tante,” kata Rio kepada Maria sebagai Tanteku.“Terimakasih Rio,” jawabnya dan langsung duduk dengan sangat tenang. Aku juga ikut duduk disampingnya menunggu apa yang akan terjadi bila dia bertatap muka dengan Dona yang selama ini dihindarinya.Tidak lama kemudian, Dona keluar dari kamarnya dan menghampiri kami di kursi ruang tengah. Dona terpana mel
Part 58Kali ini dia berusaha membuatku lebih tenang. Tadinya aku berfikir akan melakukan sebuah permainan yang akan membuat lama untuk menghukum Mila, dan tentunya ide darinya. Masalah Dona, aku tidak bisa bergerak sendiri. Mila akan aku penjarakan, apa yang dilakukannya kepadaku menunjukkan tidak ada itikad baik atas pengakuannya berlutut dengan penuh penyesalan. Aku ingin Mbok Siti bebas secepatnya.“Kenapa kamu berubah fikiran?” tanyaku.“Aku melihat dirimu semakin lemah, kelemahan akan membuat semuanya akan berjalan sia-sia,” jawabnya.Apakah aku selemah itu? Dia seperti tahu diriku melebihi diriku sendiri.“Aku hanya lelah dengan semua ini yang belum juga ada akhirnya.” Aku memalingkan muka menatap keluar jendela.“Aku tau yang kamu fikirkan. Rasa cinta mulai tumbuh di hatimu kepada putra Dona.”Aku terpana dan diam mendengar kata-katanya. Apakah itu benar? Aku mulai mencintai Rio sehingga aku lupa dengan apa yang dilakukan Dona kepadaku. Namun yang aku rasakan adalah, aku mulai