Share

PERNIKAHAN ATAS DENDAM
PERNIKAHAN ATAS DENDAM
Author: Uci ekaputra

Perjodohan

"Kamu belum bersiap, Al?"

Alana seketika menoleh mendengar suara Andra, sang kakak. Alana menatap Andra dengan pandangan kosong. Kemudian Alana mengalihkan pandangannya menatap hamparan bunga yang ditanam oleh sang Ibu. Dia sedang duduk di gazebo taman ketika Andra mendatanginya. Bola mata Alana memancarkan ketidaksenangan dengan topik yang dibicarakan oleh sang kakak. Raut wajahnya pun bertambah murung.

Alana Restu Rajendra, gadis yang berusia dua puluh enam tahun. Dia putri dari pasangan keluarga ternama di kotanya. Kehidupannya yang tenang, tiba-tiba terusik karena sang ayah memutuskan untuk menikahkan Alana dengan orang kepercayaannya di kantor yang bernama Arshaka Wijaya. Lelaki yatim piatu yang telah lama mengabdi di kantornya. Shaka adalah orang yang sangat Reno percayai dibanding dengan karyawan lainnya.

Namun, Alana masih belum ingin menikah, dia masih ingin meneruskan pendidikannya di luar negeri setelah lulus. Dia ingin menjadi dokter spesialis anak yang hebat. Tapi harapan Alana seolah pupus karena rencana yang ayahnya buat.

"Kamu kenapa diam saja, Al?" Andra tidak sabar melihat sang adik hanya diam saja dengan tatapan kosong.

"Apa aku bisa menolaknya, Kak? Apa aku bisa menolak keputusan ayah? Aku masih ingin meneruskan pendidikanku, Kak." Alana membuka suaranya lirih.

Andra mengulurkan tangannya mengelus puncak kepala sang adik, hatinya tahu jika adiknya itu sedang enggan sekali untuk menikah. Tapi, Andra tidak bisa membujuk sang ayah untuk membatalkan niatnya menikahkan Alana dengan Shaka. Dirinya masih belum mampu untuk membuat ayahnya mengubah keputusannya itu.

"Maafkan aku, Al. Jika saja aku mampu membuat ayah mengubah keputusannya itu, tentu aku akan melakukannya. Jika saja aku tidak egois, kamu tidak akan kehilangan mimpi-mimpimu. Maafkan aku, Al," ucap Andra merasa bersalah.

Andra sangat merasa bersalah kepada Alana, dia merasa gagal menjadi kakak untuk Alana. Jika Andra mau mengikuti kemauan ayahnya untuk meneruskan menjalankan perusahaan milik sang ayah, mungkin Alana tidak akan dipaksa untuk menikah.

Namun, Andra tidak bisa melepaskan impiannya untuk menjadi pelukis terkenal. Dia tidak bisa menghilangkan jiwa seni yang telah melekat dalam dirinya. Sejak dulu Andra tidak pernah berminat menggantikan posisi sang ayah.

"Jangan meminta maaf, Kak. Aku tidak pernah menyalahkanmu, kamu juga berhak memilih yang terbaik untuk masa depanmu," ucap Alana tidak ingin membuat sang kakak merasa bersalah.

Alana sangat menyayangi Andra, dialah satu-satunya yang paling mendukung cita-citanya selama ini. Apalagi sejak sang ibu telah meninggal dunia, hanya Andra lah yang sangat perhatian kepadanya. Sedangkan sang ayah hanya sibuk bekerja tanpa mengenal lelah.

"Ah, aku semakin merasa bersalah padamu, Al." Andra langsung memeluk sang adik, dia teramat sedih dengan keadaan Alana.

Alana hanya diam, tidak membalas pelukan sang kakak, hatinya masih belum bisa menerima jika dia harus kehilangan impiannya. Apalagi beberapa jam lagi, dia harus bertunangan dengan Shaka, lelaki yang hanya sekali dia temui. Lalu, bagaimana Alana harus mempercayakan sisa hidupnya kepada lelaki yang masih belum Alana kenal itu?

***

Malam sudah mulai datang, suasana rumah keluarga Rajendra sudah mulai ramai. Para tamu undangan pun sudah mulai berdatangan. Mereka sangat antusias untuk datang ke acara pertunangan putri satu-satunya dari keluarga Rajendra itu.

Semua yang hadir nampak bahagia, tapi tidak untuk sang pemilik acara. Alana tidak bahagia sama sekali, dari tadi dia hanya memasang raut sendu. Sedang Arshaka belum menampakkan batang hidungnya.

Lelaki es itu masih belum juga tiba, Alana sangat berharap agar Shaka tidak pernah datang malam ini. Itulah satu-satunya cara agar dia bisa terhindar dari perjodohan yang diatur oleh sang ayah.

Namun, harapan Alana tidak terwujud. Arshaka sudah berdiri di ambang pintu dengan setelan jas berwarna hitam, sangat kontras dengan kulit putihnya. Tatapan mata Arshaka tajam memandang setiap tamu yang datang, dengan langkah tegap dia mulai berjalan memasuki rumah keluarga Rajendra.

Alana memandang Arshaka dengan datar, dia tidak tertarik dengan pria tampan seperti Shaka. Yang ada di otak Alana hanya ingin membatalkan acara pertunangan ini, tapi Alana tidak punya cara apapun untuk menggagalkan acara tersebut.

"Selamat malam, Pak Reno," sapa Shaka kepada bos di perusahaannya, sekaligus calon mertuanya jika dia berhasil menikahi Alana.

"Selamat malam, jangan kaku seperti itu. Sebentar lagi kita akan menjadi keluarga. Panggil saja aku ayah mertua," sahut Reno sembari menepuk pundak Arshaka.

Arshaka hanya mengangguk sopan dan tersenyum tipis menanggapi ucapan dari calon mertuanya itu. Pandangan matanya beralih menatap Alana yang juga menatap ke arahnya. Bola mata yang berwarna coklat itu, memandang Alana tanpa berkedip.

Sementara Alana yang melihat semuanya, hanya bisa tersenyum kecut dan langsung memalingkan wajahnya, menatap ke arah lain. Dia merasa muak dengan interaksi antara ayahnya dan juga Shaka yang terlihat sangat dekat. Bahkan dengannya dan juga Andra, Reno tidak pernah sekalipun mencoba untuk sekedar mengobrol.

"Sabar, Al," ucap Andra mengusap punggung sang adik lembut.

Alana menoleh ke arah Andra, sejak tadi Alana belum melihat sosok Andra. Dia pikir kakaknya itu tidak akan datang di acara pertunangannya karena merasa bersalah.

"Kamu datang, Kak?" tanya Alana dengan suara pelan.

Andra tersenyum tipis, "Bagaimana aku bisa tidak datang di acara pertunangan adikku sendiri, Al? Walaupun harus bersusah payah aku akan tetap menemanimu dalam acara pertunanganmu."

"Andai pertunangan ini keinginanku, Kak," ucap Alana sembari menerawang jauh menatap keberadaan Arshaka.

Hati Andra mencelos mendengar ucapan Alana, sekali lagi dia merasa bersalah telah membuat Alana menanggung semua beban karena keegoisannya. Dia merasa menjadi kakak yang tidak berguna selama ini. Dia telah mengorbankan adik satu-satunya yang dia miliki karena ingin mengejar impiannya.

"Sekali lagi maafkan kakakmu ini, Al. Kamu harus banyak berkorban untukku. Katakan padaku, apa yang harus aku lakukan untuk menebus semua pengorbananmu, Al? Sungguh aku ingin melihatmu bahagia, Al. Kakak mana yang tidak ingin melihat adiknya bahagia di hari pertunangannya? Katakan padaku apa yang harus aku lakukan, Al?" Air mata sudah menggenang di pelupuk mata Andra.

Alana menoleh, menatap sang kakak dengan sendu. Dia juga tidak tahu harus menanggapi apa pertanyaan  yang Andra lontarkan. Alana hanya tahu jika dia tidak boleh egois dengan menghancurkan mimpi sang kakak. Cukup mimpinya saja yang kandas, Alana yakin bisa menjalani takdir yang telah ditentukan untuknya.

"Tidak usah melakukan apa-apa, Kak. Cukup tetap menjadi kakak yang aku kenal selama ini, yang selalu menyayangiku dan selalu ada untukku," ucap Alana sembari mengulurkan tangan, mengusap air mata Andra yang mulai mengalir membasahi pipinya.

Andra meraih tangan Alana yang mengusap air matanya, digenggamnya tangan sang adik dengan erat. Dia merasa sangat beruntung memiliki adik sebaik Alana, Andra akan mempertaruhkan segalanya untuk kebahagiaan sang adik, selain mimpinya menjadi seorang pelukis.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status