Saat ini Anggita sudah berada di depan pintu apartemen Rion. Beberapa kali ia memencet bel tapi tidak ada yang membukakan pintu, ia jadi semakin khawatir. Apa benar yang dikatakan Andro tadi? Sekacau apa laki-laki itu? Membuat Anggita semakin cemas.Akhirnya wanita itu memutuskan untuk masuk ke dalam apartemen, bersyukur passwordnya belum berubah. Anggita lalu membuka pintu kemudia masuk secara perlahan ke dalam ruangan. Benar apa yang dikatakan Andro, keadaan apartemen Rion tak ubahnya bagai perahu yang diterjang badai. Lukisan-lukisan mahal terjatuh, cermin di ruangan pun hancur. Anggita menelan salivanya kasar, semarah apakah pria itu. Ia tidak menyangka bahwa Rion akan sekacau ini. Anggita membersihkan ruangan itu dengan cepat, sebelum Rion terbangun. Ia merasa bertanggung jawab karena dirinya lah Rion jadi sekacau itu. Setelah semuanya rapih kembali. Anggita berniat mengetuk pintu kamar Rion. Tapi ia urungkan niatnya itu, sebab Anggita khawatir Orion akan lebih marah saat meliha
Bab 1“Saya ceraikan kamu Anggita Prameswari dalam keadaan sadar!” Galih mengucapkan talak tersebut kepada istrinya dihadapan kedua orang tua Galih dan ibu dari Gita. Dengan wajah tanpa dosa dan tanpa merasa bersalah sedikit pun, kemudian Galih langsung pergi menggandeng wanita berpakaian seronok itu.Seperti disambar halilintar Anggita mendengar kalimat yang tidak boleh sembarangan disebut oleh para suami itu. Hatinya hancur luluh lantak bagai diterjang puting beliung. Mengapa pria yang selama lima tahun ini menjadi suaminya tega mentalaknya. Tiga hari lalu Anggita memergoki suaminya sedang bersama seorang wanita, berduan di apartemen dalam keadaan yang tidak pantas. Ia hanya meminta penjelasan tentang siapa wanita itu kepada suaminya. Tapi bukannya menjawab, sang suami malah murka padanya. “Kalau aku selingkuh, kamu mau apa? Mau minta cerai?” ucap Galih saat itu dengan wajah merah padam, Anggita hanya bisa menangis melihat perubahan sang suami.Anggita tidak menginginkan perceraia
Gita menatap dua makluk yang menjadi penyebab kesedihannya berdiri berhadapan dengannya sekarang. Mereka terlihat lengket seperti perangko dan kertas.“Aku ingin menempati rumah ini malam ini juga, bersama calon istriku!” ujar Galih, mereka langsung menerobos masuk kedalam rumah.“Tidak bisakah kalian menunggu sampai besok!” Gita berbicara dengan nada kecewa.“Calon istriku ingin menginap disini malam ini, kalau kau mau, kita bisa tidur bertiga dikamar, Ayu tidak akan keberatan, benar kan Sayang!” Galih menoleh ke arah wanitanya sambil menyeringai, tanpa tahu malu wanita itu malah mencium panas mantan suaminya.“Dasar Sinting kalian!” maki Gita seraya meninggalkan keduanya, ia masuk menuju kedalam kamar kemudian kembali lagi dengan menyeret koper miliknya.Sebelum Gita masuk ke kamar sang ibu, Mirna ternyata sudah berada didepan pintu kamarnya sambil membawa tas miliknya. Wanita tua itu sudah mendengar kegaduhan yang terjadi antara putrinya dengan mantan suaminya. Mereka harus keluar
Gita tersenyum kepada wanita yang merupakan tetangganya yang selama ini sudah merawat rumahnya. “Wa’alaikumussalam, nyampe rumah malem Cing, kejebak macet.” Gita menjawab dengan senyum ramahnya.“Iye malam minggu mah macetnya parah Git, emak lo mane?”“Mak didalem Cing, masih ngaji.”“Ya udeh, Cing kedalam dulu ye mau ketemu emak lo.”Wanita ceriwis itu pun masuk kedalam rumah, Cing Lela merupakan salah tetangga terbaik yang mereka miliki. Walaupun dia lumayan cerewet layaknya emak-emak pada umumnya, tapi Cing Lela tidak suka ikutan bergosip dengan para tetangga lainnya. Malah terkadang dia yang membubarkan ketika ibu-ibu mulai berkerumun didepan warungnya. Setelah selesai merapihkan beberapa tanamannya, Gita pun menyusul masuk kedalam rumah.“Saya mau mudik semingguan, mau nengokin emaknya Bang Udin yang lagi sakit. Tapi saya lagi bingung nyari orang buat gantiin kerjaan saya. Bos saya gak suka sembarangan orang yang masuk ke apartemennya. Takut orangnya panjang tangan, saya juga su
You’re all i need beside me girl You’re all i need yo turn my worldYou’re all i want inside my heartYou’re all i need when we’re apartYou’re all that i needDering ponsel Rion terus berbunyi, tapi ia masih saja tetap bergelung didalam selimutnya. Say, say that you’ll be thereWhenever i reach out To feel you’re hand in mineStay, stay within my heartWhenever i’m aloneI’ll know that you are there(You’re All I need, White Lion)Rion akhirnya terbangun dan mengambil poneslnya yang sejak tadi berdering. Ternyata Arka yang menghubunginya.“Halo Sayang, ada apa?” “Pah, nanti Arka jadi dijemput kan?”“Dijemput? Hmm ... Oh iya iya, tentu jadi dong.”“Nanti papah minta tolong pelayan papah, namanya Bu Gita untuk jemput Arka, oke!”“Yeee ...nanti Arka mau ke duffan ya Pah, besok papah libur kan?”“Siap bos, iya dong besok papah libur.”“Jam berapa bu Gita mau jemput Arka?”“Hmm ... Mungkin jam 10, nanti papah akan memberitahunya terlebih dahulu, Boy.”“Oke, Arka gak sabar dijemput Bu
“Kamu duduk di depan aja, Arka biar sama mainanannya ditengah.” Ujar Andro sambil menatap Gita dari kaca spion.Gita pun akhirnya pindah duduk disebelah Andro, ia terkejut ketika Andro mendekatinya dan memasangkannya seatbelt. Dengan jarak sedekat ini, Gita merasakan wajahnya memerah apalagi sejak tadi Gita tahu kalau Andro memperhatikannya terus.“Sorry, kebiasaan.” Ujar Andro kemudian ia menjalankan kemudi dan fokus menatap jalan didepannya.“Sudah berapa lama kamu kerja sama bang Rion?” Andro memulai percakapan, ia bertanya tanpa melepaskan pandangannya kedepan jalan.“Baru dua hari, saya cuma pengganti Cing Lela untuk sementara.” Gita menjawab dengan pandangan lurus juga. Dia sebenarnya merasa risih duduk didepan bersama Andro, tapi apa boleh buat rasanya tidak sopan juga membiarkan Andro duduk sendiri didepan seperti seorang supir.“Kamu tinggal didekat rumah Bu Lela?” “Iya, kami tetanggaan.”“Berapa usia kamu?” Andro.seperti wartawan yang sedang menanyai buruannya.“Saya sudah
Gita pun merapihkan baju kotor miliknya dan memasukannya kedalam goodie bag lalu ia berniat untuk berpamitan pulang pada Andro. Tapi yang Gita jumpai malah pria dengan sorot mata tajam yang sepertinya terkejut juga melihat dirinya. Pria itu menatapnya lekat dan lama, membuat Gita jadi salah tingkah ditatap intens seperti itu. “Permisi Pak, sa-saya mau pulang.”“Kamu Gita?” tanya Rion sambil memperhatikan kecanggungan Gita.“Iya Pak, Saya Gita.”“Maaf Pak, tadi uang sisa ongkos taksi, saya belikan untuk bahan makanan.” Rion hanya mengangguk, sambil terus menatapi wanita muda berhijab coklat itu. Pantas saja tadi mamahnya berbicara seperti itu, Rion tersenyum penuh arti. “Arka dimana?” “Arka tidur dikamar, Mas Andro ...”“Andro? Dia masih disini?” Andro yang mendengar namanya disebut pun lalu datang menghampiri kakaknya. Dia tadi berada dibalkon, sedang menerima panggilan entah dari siapa.“Tumben, kamu ikut kesini.” Ujar Rion sambil melepaskan jas nya dan menaruhnya di kursi. Rion
Bab 7Anggita dan Andro berhenti disebuah gang yang tak terlalu besar, mobil bisa masuk sebenarnya, hanya saja Gita tidak mau menjadi bahan gosip tetangganya ketika melihat dirinya pulang dengan Andro. Apalagi saat ini mereka mungkin sudah mengetahui kalau dirinya sudah bercerai dari mantan suaminya."Saya turun disini saja, Mas Andro!" ujar Gita sambil mengangkat goodie bagnya hendak keluar dari mobil."Andro aja sih manggilnya, biar lebih akrab!" tukas pria gondrong berambut ikal itu."Dari sini masih jauh gak, aku antar sampai depan rumah kamu!" sahut Andro tetap melancarkan usaha untuk mendekati Gita."Gangnya sempit, kalau mobil masuk khawatir ada kendaraan lain yang mau keluar dari arah sebaliknya." Gita memberikan alasan kepada pria itu."Tapi kamu bener gak papa kan jalan sendirian?" Andro melihat ke arah wanita bermata teduh itu."Saya sudah puluhan tahun tinggal disini, tenang aja!" Gita membalas seraya memberikan senyum manisnya."Ya udah deh kalau gitu, kamu hati-hati ya