Semalam, sesampainya Marcel dan Kiara di rumahnya.
Marcel mendapatkan kenyataan buruk, saat tiba-tiba Kiara yang dalam keadaan tidak sadar justru malah jackpot dalam pelukannya saat dirinya hendak membawa Kiara ke dalam kamar tamu. Jadilah, dia harus membereskan semua cairan berbau asam yang memenuhi sebagian pakaiannya dan pakaian Kiara. Sebab itulah, Marcel menggantikan pakaian Kiara dengan kemeja miliknya. Dia tidak setega itu, membiarkan tubuh Kiara yang kotor dan berbau akibat terkena muntahannya sendiri lalu dibiarkan tidur begitu saja, sebab Marcel adalah salah satu pria yang cinta dengan kebersihan dan segala halnya yang harus sempurna di matanya.
"Ihhh brengsekkk!!! Sekarang jawab yang jujur, lo bener cuma gantiin baju gue doang? Nggak berbuat aneh-anehkan?" Kiara merasa harus memastikan kembali bahwa
"Karena Raline mikirin Basti yang sekarang lagi asik berduaan sama Anggun di Semarang, iyakan Lin?" Bayu tersenyum puas di akhir kalimatnya. Dari cara Bayu menatapnya kali ini, Raline benar-benar tidak suka. Helen tertawa pelan. "Ya ampun, sayang... Basti itukan sedang shooting di sana, bukan pacaran apalagi selingkuh. Percaya deh sama Mamih, Basti itu tipe laki-laki setia. Dia nggak mungkin khianatin kamu. Ternyata kamu lucu juga ya, Lin. Polos betulan ternyata menantu Mamih ini," Helen berusaha untuk menghibur Raline, sebab dia tahu persis apa yang di rasakan Raline sekarang. "Raline sayang, perlu kamu tahu, dulu itu Mamih juga seorang aktris, kamu pasti tahukan? Film Mamih itu banyak loh, dan semua piala
Hari ini adalah hari terakhir Basti di Semarang, karena besok mereka sudah harus kembali ke Jakarta sampai proses shooting selanjutnya dilaksanakan. Ada kemungkinan proses shooting selanjutnya akan di adakan di daratan eropa, yang rencananya akan memakan waktu hingga berbulan-bulan. Dan itu artinya, Basti harus mempersiapkan diri untuk kembali berpisah dengan Raline, nanti. Jadwal shooting hari ini sudah selesai sejak pukul 20.30 WIB tadi. Dan rencanya, malam ini, Basti dan Aksel ingin berjalan-jalan keliling kota Semarang untuk sekedar cuci mata atau membeli oleh-oleh khas kota Venetie Van Java itu. Kini, mereka sedang berada di Kawasan Simpang Lima, Semarang dan ingin menuju Tugu Muda. Mereka melewati sebuah jalan yang diberi nama jalan Pandanaran. Jalan yang berada di tengah-tengah kota Semarang ini merupakan sentra jajanan oleh-oleh khas Semarang. Di tempat inilah makanan khas Semarang seperti lumpia,
Raline keguguran. Dan menurut penuturan dokter spesialis kandungan yang menangani Raline, keguguran yang di alami Raline itu bersifat di sengaja atau mungkin disebabkan ketidaktahuan sang Ibu terhadap hal apa saja yang harus dihindari untuk di konsumsi oleh ibu hamil. "Saya menemukan begitu banyak kandungan zat kimia yang sifatnya beracun dalam tubuh Janin yang dikandung Nona Raline. Dan zat-zat itu berasal dari makanan yang tidak higienis, tidak matang, atau bahkan mentah. Selain itu saya menemukan kandungan bromelain yang sangat tinggi, hingga menyebabkan pelunakkan leher rahim. Dan itulah yang memicu kontraksi pada rahim hingga menyebabkan pendarahan dan akhirnya terjadilah keguguran. Kondisi janin Nona Raline terlihat cukup memprihatinkan bagi saya. Dan yang menjadi pertanyaan saya, apa selama ini Nona Rali
"Non Raline keguguran, Tuan. Sekarang, Nyonya Helen dan Tuan Bayu sedang di rumah sakit. Saya baru selesai mengemas pakaian Non Raline untuk di bawa ke rumah sakit, tapi barusan Nyonya Helen telepon, suruh saya nggak usah ke rumah sakit, soalnya Non Raline nggak jadi di rawat, langsung pulang malam ini," Suara Mbok Asih selaku asisten rumah tangganya terus menggema di telinga. Dunianya berputar tak menentu. Dirinya kian linglung. Kakinya yang mulai gemetaran langsung berderap merangkak mencari sandaran untuk menopang tubuhnya yang seakan begitu berat. TIDAK! INI TIDAK BOLEH TERJADI! ANAKKU... Basti
"Aku gendong kamu sampai ke kamar, ya Lin?" Bayu menawarkan pertolongannya pada Raline saat mereka sudah sampai di kediamannya. Rani dan Ibnu tidak ikut serta sebab Helen meyakinkan mereka bahwa Raline akan baik-baik saja di bawah pengawasan Helen. "Nggak usah, aku naik kursi roda aja," tolak Raline pelan. Helen dan Bayu membantu Raline untuk turun dari mobil dan mendudukan Raline di kursi roda yang telah di siapkan Hans, Ajudan Helen. Raline meringis sekali lagi, menahan sakit di bagian perutnya. Proses kuretase tadi benar-benar menyiksanya. Sangat menyakitkan. Raline merasa perutnya seperti di mixer dari dalam. Sakitnya sungguh tak tertahankan. Tapi, Raline tak bisa menyembunyikan kelegaan di hatinya saat ini, meski dia akui, dia merasa sangat jahat.
Seumur hidup, Basti tak akan pernah melupakan kejadian itu. Meski saat itu dia hanya tahu sebatas rasa ketidaksukaan melihat ibunya diperlakukan kasar. Namun seiring bertambahnya usia, perlahan Basti mulai mengerti, bahwa selama ini, Ibunya tengah bermain gila dengan laki-laki lain, yang merupakan Om Basti sendiri. Adik dari Jonas. Kekecewaan Basti terhadap Helen pun semakin menjadi. Hingga detik ini. "Tidak Basti. Percaya pada Mamih, Mamih ingin berubah. Maafkan Mamih, Nak. Beri Mamih kesempatan ya, sayang?" tangan Helen hendak menangkup ke dua pipi Basti, namun tubuhnya lebih dulu di dorong oleh Basti. Meski hanya dorongan pelan, tapi kondisi Helen yang mulai terguncang membuatnya limbung dan kehilangan pijakan. Bayu yang melihat ibunya d
Helen pikir, sekarang semua sudah berakhir setelah dia mendengar berita kematian Aldri karena sebuah kecelakaan mobil. Aldri yang sengaja menculik Bayu yang pada saat itu masih bayi dan menjadikannya sebagai alat untuk memeras harta Jonas. Namun aksinya hampir berhasil digagalkan oleh orang-orang suruhan Jonas, jika saja mobil Aldri tidak jatuh terperosok ke dalam jurang bersama Bayi yang di culiknya. Helen tersentak saat suara Bayu terdengar menggelegar memenuhi ruangan itu. Bayu, yang memberi peringatan pada dua orang security yang saat itu hendak mendekatinya. "JANGAN ADA YANG BERANI MENDEKAT!!!" Teriak Bayu lagi. Dari sorot mata laki-laki itu jelas terlihat sekali bahwa dia sangat marah saat ini. Persetan dengan rencananya untuk bermain
Malam itu Basti memilih untuk membawa Raline pergi dari rumah itu. Basti tidak mau ambil resiko dengan membiarkan Raline tetap tinggal di sana, sementara dia tahu laki-laki licik bernama Bayu itu juga tinggal di sana. Jadilah, kini Basti, Raline dan Aksel berada dalam satu taksi yang sama. "Kita mau kemana nih jadinya?" tanya Aksel yang duduk di samping supir. Dia menoleh ke belakang di mana Raline dan Basti berada. "Ke hotel aja, Sel," sahut Basti. Dia terus memeluk tubuh Raline yang kedinginan. Tubuh Raline sedikit hangat. "Bas, jangan jauh-jauh perginya. Perut aku sakit, aku nggak kuat di mobil lama-lama," timpal Raline lemah. Dia merapatkan jaket Basti yang menyelimuti tubuhnya.