Sampai detik ini, Basti belum juga sadarkan diri. Sementara kondisi Bayu sudah terlihat jauh lebih baik. Bahkan dia sudah bisa berjalan ke kamar mandi sendiri tanpa perlu di bantu oleh siapapun.
Ya, jelas Bayu tidak akan meminta Bantuan siapapun saat ini. Sebab yang ada di dalam ruangannya sejak dia sadar tadi hanya seorang laki-laki bertubuh tinggi, berkulit putih setengah bule, dengan senyumnya yang terlihat ramah. Tapi Bayu terus berusaha menyangkal hal itu. Dia tahu, bahwa semua hal yang ada di dalam diri laki-laki itu palsu. Bahkan senyumnya itu hanyalah kiasan untuk menutupi kebusukannya. Bayu sendiri harus terus waspada sekarang. Bisa saja, keberadaan laki-laki itu di sini karena berniat untuk melenyapkan dirinya.
Dasar, manusia busuk! Bayu benar-benar muak pada lelaki bernama Jonas itu.
Laki-laki yang terus berpura-pura baik dihadapannya sejak tadi. Menawarkan Bayu makanan ini dan itu. Menawarkan bantuan saat Ba
"Benar Bos, hari ini Jonas bebas dari penjara. Dia mendapatkan keringanan masa tahanan karena berkelakuan baik semasa dia mendekam di penjara, lalu bagaimana dengan rencana kita selanjutnya, Bos? Apa kita harus melaksanakan plan B?" ucap suara seorang laki-laki dari seberang. "Apa? Jonas sudah bebas?" teriak Aldri menjawab telepon itu. Aldri beranjak dari atas tempat tidurnya. Gairahnya untuk meniduri jalang murahan yang kini tertidur di sebelahnya tiba-tiba saja menguap entah kemana, saat orang suruhannya memberitahukan kabar terburuk yang harus dia dengar malam ini. "Kenapa, Om? Kok berhenti? Tanggung... Om..." suara lembut wanita jalang itu terdengar menggoda. Bahkan tubuh bugil itu kini beranjak mendekati Aldri yang terduduk di sisi ranjang. Tubuh Aldri pun sudah hampir bugil, hanya menyisakan sebuah celana dalam abu-abu yang masih melekat di tubuh atletisnya yang semakin terlihat matang di usianya yang sudah melebihi kepala lima. Aldri menepis tangan pel
"Pah, Jonas sudah keluar dari penjara dan Papah juga harus tahu, bahwa hari ini, aku baru saja di tusuk oleh Basti saat aku hendak memperkosa Raline di rumahnya. Aku bingung, Pah, kenapa Raline masih saja menolakku padahal aku sudah membongkar semua kejahatan Basti padanya. Tapi, Raline tetap saja nggak mau menerima cintaku, Pah. Sekarang aku harus bagaimana Pah? Aku mencintai Raline, bagaimana pun caranya, Raline harus tetap menjadi miliku! Papah sudah berjanji akan membantuku mendapatkan Raline apapun caranya, jadi sekarang tolong beritahu aku, aku harus bagaimana sekarang? Pikiranku benar-benar buntu, Pah!" jelas Bayu panjang lebar. Wajahnya terlihat kusut. Saat ini mereka sudah berada di depan meja Bar di dalam club Penthouse. "Tenang Bayu, tenang... Ayo kita minum dulu?" Ucap Aldri dengan santai. Dia tersenyum pada Bayu seraya menuangkan beer ke dalam dua buah gelas sloki. Lalu memberikannya satu gelas pada Bayu. Mereka bersulang dan menikmati minuma
Di dalam mobil, Bayu hanya diam seribu bahasa. Dia benar-benar tidak tahu apa yang harus dia lakukan saat ini. Semua kejadian ini sungguh di luar dugaannya. Seandainya dia sampai melakukan kesalahan, dia tidak akan bisa memaafkan dirinya sendiri jika Bastian harus kembali terluka akibat kebodohannya itu. Jadilah, Bayu memilih diam untuk saat ini. Dia hanya ingin mengikuti alur rencana yang sedang di rancang Aldri terhadap dirinya dan Bastian. Bayu akan mencari celah yang tepat untuk menyerang Aldri nanti. Aldri yang mengemudi mobil saat itu. Dia melajukan mobil Bayu dengan kecepatan di atas rata-rata. Sebab dia tahu polisi pasti akan mengejar mereka sekarang. "Sekarang, apa yang harus kita lakukan Pah?" tanya Bayu dengan ekspresinya yang terlihat panik. Sesekali dia menoleh ke belakang dan mendapati beberapa mobil polisi sedang mengejar mereka. Termasuk mobil sang Mamih dan Pap
"Baiklah, sekarang silahkan kalian selesaikan urusan kalian, aku tidak akan ikut campur, Oke? Ayolah, Bayu... Kamu pasti bisa," ucap Aldri, dia bermain mata pada Bayu seolah memberi tahukan bahwa Bastian itu mudah ditaklukan. Aldri beranjak dari hadapan mereka setelah dia menepuk pelan bahu Bayu. "Selamat berjuang, Nak?" Apa-apaan ini? Pikir Bayu membatin. Haruskah dia kini kembali terlibat aksi baku hantam dengan Bastian? Dan dalam kondisinya yang seperti sekarang? Bayu sendiri tidak yakin, dia bisa melawan Bastian. Nyeri di punggungnya akibat jahitannya yang masih basah, bahkan mulai terasa berdenyut-denyut. Bayu masih berpikir, sampai akhirnya... BUGH!!! Satu hantaman kuat dia terima tepat di wajahnya. Bayu tersungkur di lantai saat itu juga. Darah segar mengalir melalui lubang hidungnya. Dan belum sempat Bayu bangkit untuk menghindar, satu tendangan berhasil merobek kembali jahitan bekas luka tusukan di pinggulnya. "Aarggghhhh..."
"HENTIKAN ALDRI!!! SAMPAI HATI KAMU MENYIKSA ANAK-ANAKMU SENDIRI? BASTIAN DAN BAYU ITU ANAKMU! MEREKA DARAH DAGINGMU! AKU MANDUL! AKU TIDAK BISA MEMILIKI KETURUNAN! MEREKA ANAK-ANAKMU, ALDRI!!!"Dan pada akhirnya, pertahanan Jonas pun runtuh.Dengan sangat terpaksa dia pun mengungkap rahasia besar yang dia simpan sendirian selama ini.Helen sangat terkejut mendengar kalimat frontal yang terdengar keluar dari mulut Jonas. Bola mata indah wanita setengah baya itu sontak melebar dengan kening yang berkerut dan mulut yang ternganga. Sepertinya, sangat tidak mungkin jika Jonas masih sempat bergurau dalam keadaan segenting ini. Namun, Helen benar-benar tak bisa mempercayai ini semua.Dan dibalik keterkejutan Helen, ada sosok yang justru lebih dibuat terkejut melebihi apapun juga. Tapi, dia berusaha menutupi keterkejutannya dengan senyuman lebar yang terkesan menganggap kata-kata Jonas adalah s
Sudah satu minggu berlalu.Bayu sudah mulai pulih dan bisa melakukan aktifitas seperti sedia kala. Kini dia dan Jonas bersama-sama memimpin perusahaan. Helen masih meneruskan karirnya sebagai Gubernur DKI. Setelah sebelumnya, Helen bersujud di kaki Jonas mengakui semua kesalahannya di masa lalu. Namun, Jonas yang pada dasarnya memiliki hati seluas samudera jelas sudah tak mempermasalahkan hal itu lagi. Baginya kini, Helen adalah pelengkap hidupnya. Jonas sudah memaafkan semua kesalahan istrinya di masa lalu, melupakannya dan mengubur semua kenangan pahit itu dalam-dalam. Yang ada dalam pikirannya saat ini hanyalah, dia ingin menjalani kehidupannya dengan tenang, damai dan bahagia. Itu saja.Desas desus kasus miring mengenai keluarga Dirgantara sempat mencuat ke publik dan menjadi perbincangan awak media. Namun hal itu bisa ditangani dengan mudah oleh Jonas dan keluarga.Semua berjalan baik-baik saja, tanpa ada kendala apapun. Aldri pun sudah di jatuhi hukuman ma
"Raline berangkat dulu ya, Bu. Assalamualaikum," teriak Raline sambil sedikit berlari-lari kecil melewati halaman rumahnya. Dia tak sempat pamitan kepada Rani yang saat itu sedang menjemur pakaian di belakang, sebab dia sudah diburu waktu saat ini.Hari ini adalah hari pertama Raline bekerja di sebuah salon yang tak kalah elit dengan The John's Salon.Big Hair Beauty Salon adalah salah satu salon kecantikan yang merupakan saingan utama The John's Salon. Raline tidak mau menyia-nyiakan keterampilannya untuk mencari pekerjaan di tempat lain. Di salon itu Raline bisa menyambi mencari uang sambilan harian dari tips yang diberikan para customer, jadi tidak hanya mengandalkan gaji bulanan saja. Dan karena Raline adalah pekerja pindahan dari The John's Salon, dia pun langsung lolos interview di hari pertama melamar. Berhubung jarak tempatnya bekerja dengan rumahnya yang lumayan jauh, mengharuskan Raline berangkat lebih awal. Sebab dia tidak mau terlambat di hari pertamanya be
Helen, Jonas dan Basti, kini sedang berada di perjalanan menuju sebuah rumah sakit di mana di rumah sakit itu tersedia bagian konsultasi untuk pasien pasca trauma atau depresi. Sebelumnya, mereka sudah mendatangi rumah sakit tersebut dan berbicara mengenai kondisi Bastian pada salah satu dokter ahli jiwa di rumah sakit itu dan rencananya, sesuai dengan hari yang telah dijanjikan yaitu hari ini, Mrs.Vivi akan memeriksa keadaan psikologis Bastian langsung."Basti bener-bener nggak ngerti untuk apa Mamih dan Papih membawa Basti ke rumah sakit sekarang. Jelas-jelas Basti nggak sakit? Padahal jadwal Basti padat banget hari ini, Mih?" tutur Basti tidak terima. Dia terus protes di sepanjang perjalanan dari rumahnya tadi. Matanya terus tertuju ke sisi jalan raya."Kan Mamih sudah bilang kita cuma mau check up kesehatan kamu aja, Bas? Orang check up kesehatan itu wajar, nggak harus nunggu sakit dulu, justru dengan begitu kita bisa tahu, penyakit-penyakit apa aja yang ada di dal