"Raline berangkat dulu ya, Bu. Assalamualaikum," teriak Raline sambil sedikit berlari-lari kecil melewati halaman rumahnya. Dia tak sempat pamitan kepada Rani yang saat itu sedang menjemur pakaian di belakang, sebab dia sudah diburu waktu saat ini.
Hari ini adalah hari pertama Raline bekerja di sebuah salon yang tak kalah elit dengan The John's Salon.
Big Hair Beauty Salon adalah salah satu salon kecantikan yang merupakan saingan utama The John's Salon. Raline tidak mau menyia-nyiakan keterampilannya untuk mencari pekerjaan di tempat lain. Di salon itu Raline bisa menyambi mencari uang sambilan harian dari tips yang diberikan para customer, jadi tidak hanya mengandalkan gaji bulanan saja. Dan karena Raline adalah pekerja pindahan dari The John's Salon, dia pun langsung lolos interview di hari pertama melamar. Berhubung jarak tempatnya bekerja dengan rumahnya yang lumayan jauh, mengharuskan Raline berangkat lebih awal. Sebab dia tidak mau terlambat di hari pertamanya be
Helen, Jonas dan Basti, kini sedang berada di perjalanan menuju sebuah rumah sakit di mana di rumah sakit itu tersedia bagian konsultasi untuk pasien pasca trauma atau depresi. Sebelumnya, mereka sudah mendatangi rumah sakit tersebut dan berbicara mengenai kondisi Bastian pada salah satu dokter ahli jiwa di rumah sakit itu dan rencananya, sesuai dengan hari yang telah dijanjikan yaitu hari ini, Mrs.Vivi akan memeriksa keadaan psikologis Bastian langsung."Basti bener-bener nggak ngerti untuk apa Mamih dan Papih membawa Basti ke rumah sakit sekarang. Jelas-jelas Basti nggak sakit? Padahal jadwal Basti padat banget hari ini, Mih?" tutur Basti tidak terima. Dia terus protes di sepanjang perjalanan dari rumahnya tadi. Matanya terus tertuju ke sisi jalan raya."Kan Mamih sudah bilang kita cuma mau check up kesehatan kamu aja, Bas? Orang check up kesehatan itu wajar, nggak harus nunggu sakit dulu, justru dengan begitu kita bisa tahu, penyakit-penyakit apa aja yang ada di dal
Sejauh ini, Marcel masih maju mundur untuk mengakui semua perbuatannya terhadap Kiara dihadapan Raline. Padahal Aksel sudah mengancamnya berulang kali supaya Marcel berterus terang pada Raline mengenai kedekatannya dengan Kiara selama ini, pun penyebab mengapa Kiara sampai bunuh diri. Namun, kenapa rasanya sangat berat?Marcel takut Raline akan melaporkannya ke polisi.Meski ketakutannya itu selalu berhasil dipatahkan oleh Aksel. Tapi Marcel yang dasarnya pengecut tetap saja takut.Sampai akhirnya, Marcel bermimpi bertemu Kiara.Dalam mimpi itu, Kiara menangis tersedu-sedu. Gadis itu terlihat sangat menderita. Dan saat Marcel hendak mendekat untuk sekedar menghibur Kiara, Marcel justru dikejutkan dengan suara jam wekernya yang terdengar memekik telinga. Pagi ini, Marcel kembali di buat bermandi peluh oleh mimpi-mimpinya tentang Kiara. Mungkin semua itu adalah imbas dari rasa bersalahnya selama ini.Marcel sudah membatalkan perjodohannya dengan Zaar
Sore itu, sesampainya di rumah, Raline mendapati sebuah mobil terparkir di pinggir jalan raya di depan pagar rumahnya. Dan Raline jelas tahu mobil siapa itu.Mobil Marcel?Raline menarik nafas berat, pasti dia datang bersama Aksel lagi, dan pasti mereka akan meminta Raline untuk mendengarkan penjelasan mereka tentang Bastian! Raline sudah hafal di luar kepala.Namun yang didapatinya di dalam rumah itu ternyata berbeda.Marcel hanya sendirian.Kenapa sih Ibu harus terima dia? Biasanya juga langsung di usir. Huft, Raline jadi bersungut-sungut sendiri.Raline masih enggan untuk masuk ke dalam sana. Sungguh dia sama sekali tak mau mendengar penjelasan apa-apa lagi tentang laki-laki bernama Bastian itu.Saat itu, Raline melihat Marcel sedang terlibat percakapan serius dengan Rani. Raline sedikit menguping dari balik pintu teras. Dan saat dia mengintip Raline bisa memastikan bahwa ibunya sedang menangis di dalam sana. Sementara Marcel terdu
Setelah di beritahu bahwa Raline sudah mengajukan gugatan cerainya sejak satu minggu yang lalu, Bastian yang kala itu baru saja pulang setelah seharian penuh berkutat dengan pekerjaannya di luar, langsung banting setir menuju kediaman Raline saat itu juga.Helen pun menyuruh Bayu menyusul Bastian, meski awalnya sempat di larang oleh Jonas, tapi Bayu akhirnya tetap pergi juga. Bayu sudah diberitahu perihal gangguan ingatan sang Kakak oleh Helen dan Jonas. Bayu jelas khawatir terhadap Raline. Dia tidak ingin Bastian justru akan menyakiti Raline setelah apa yang telah di alami Raline beberapa minggu ke belakang.Ini tidak bisa dibiarkan! Bayu harus mengambil tindakan!Di dalam mobil sportnya, Bastian tak henti menahan gelegak amarahnya yang kian menjadi-jadi. Bisa-bisanya dia mengajukan gugatan cerai padahal jelas-jelas dia yang salah! Dia yang berkhianat! Raline sungguh keterlaluan! Wanita itu benar-benar tidak punya hati!Apa semudah itu dia melupakan semu
"Lepasin gue!" bentak Basti pada Bayu dan Marcel yang kini menyeretnya ke dalam rumah Marcel. Ke dua tangannya di kunci dan di ikat ke belakang. Tubuhnya di giring dan di hempaskan terduduk di sofa ruang tamu rumah Marcel dan Aksel.Aksel yang berjalan di belakang mereka kini terlihat menutup pintu rumahnya rapat-rapat lalu menguncinya dari dalam.Malam ini juga, Bastian harus mengetahui semuanya.Bayu yang merencanakan ini semua. Dia sudah tidak mau menunda apapun lagi. Persetan dengan larangan ke dua orang tuanya yang mengatakan kemungkinan-kemungkinan buruk yang akan terjadi menimpa Bastian seandainya mereka memaksa memberi tahu hal yang sebenarnya terjadi kepada Bastian. Perlakuan Basti terhadap Raline malam ini cukup menyulut emosi Bayu.Kesalahpahaman ini terjadi karena ulahnya dan Bayu juga yang harus mengakhirinya.Sekarang!"Kasih liat dia video asusila itu, Sel," perintah Bayu pada Aksel. Bayu berdiri di hadapan Bastian yang kini m
Usai mengungkap kebenaran, Bayu jelas tak bisa melepas sang Kakak begitu saja. Dia cukup khawatir hal-hal buruk akan terjadi menimpa nasib sang Kakak, seperti halnya yang telah di jelaskan Helen dan Jonas kepadanya, mengenai kemungkinan-kemungkinan terburuk yang mungkin saja terjadi jika mereka harus tetap memaksakan kehendak untuk mengatakan hal yang sebenarnya kepada Bastian.Jadilah kini Bayu terpaksa menguntit kepergian sang Kakak saat dia melepaskan ikatan Basti di rumah Marcel tadi.Begitu tahu kebenaran mengenai Raline Basti tak mengucapkan sepatah katapun. Dia hanya duduk di sofa dengan tatapan mengarah ke lantai rumah Marcel. Meski, Bayu tak menampik adanya perasaan bersalah yang teramat sangat setelah dia mengatakan semua hal tersebut kepada Bastian. Bayu hanya ingin semua kesalahpahaman ini bisa segera terselesaikan tanpa harus dibuat berlarut-larut, menggantung seperti kasus yang tidak tuntas. Perasaan bersalah dalam diri Bayu akan semakin menjadi-jadi, jik
Raline dan Rani terduduk di atas kasur lantai di kontrakan baru mereka.Kebetulan hari ini Raline masuk shift siang, jadi dia mempergunakan waktunya sejak pagi tadi untuk pindahan. Rumahnya sudah ada yang men-DP. Meski belum mau di tempati, namun Raline dan Rani sepakat untuk langsung pindah saja. Mereka sengaja mencari lokasi tempat tinggal yang tak jauh dari tempat Raline bekerja. Sebagian barang-barang mereka sudah mereka cicil dengan melelangnya ke tetangga-tetangga sekitar sejak beberapa hari yang lalu. Jadi saat mereka pindahan sekarang, barang-barang yang mereka bawa sudah sangat sedikit. Hanya satu kasur lantai untuk mereka berdua, satu lemari pakaian, Tv, peralatan dapur lengkap, kulkas dan dua buah kursi yang mereka taruh di teras.Berhubung mereka hanya tinggal berdua, jadilah barang-barang mereka pun tidak banyak.Rani terlihat terbatuk-batuk. Sepertinya dia mulai kelelahan."Minum dulu, Bu," Raline memberikan segelas air putih kepada Ibunya.
Basti terbangun dari pingsannya. Sekujur tubuhnya yang penuh dengan luka-luka kini telah terbalut perban. Memang hanya sebatas luka-luka ringan dan tidak ada cidera serius apalagi luka fatal, tapi tetap saja dia merasakan nyeri di sekujur tubuhnya saat ini.Setelah bosan melamun di tepi danau selama berjam-jam lamanya, hanya sekedar mencari ketenangan dan merenungi kebenaran, Basti pun hengkang dari tepi danau dan menjadikan sebuah club malam sebagai tempat singgah ke duanya. Dia meminum cukup banyak alkohol malam itu, hingga dia mabuk. Meski tak menghilangkan seluruh kesadarannya. Bahkan Basti merasa masih mampu untuk menyetir mobil sendiri, setelah sang penjaga Club memperingatinya untuk segera pulang sebab menjelang shubuh, Club itu akan tutup.Basti berjalan terhuyung menuju parkiran mobil. Pandangannya sedikit berkabut. Namun Basti tak punya pilihan lain selain menyetir mobil sendiri meski dalam kondisinya yang tak memungkinkan untuk menyetir.Malam tadi Ba