Raline dan Rani terduduk di atas kasur lantai di kontrakan baru mereka.
Kebetulan hari ini Raline masuk shift siang, jadi dia mempergunakan waktunya sejak pagi tadi untuk pindahan. Rumahnya sudah ada yang men-DP. Meski belum mau di tempati, namun Raline dan Rani sepakat untuk langsung pindah saja. Mereka sengaja mencari lokasi tempat tinggal yang tak jauh dari tempat Raline bekerja. Sebagian barang-barang mereka sudah mereka cicil dengan melelangnya ke tetangga-tetangga sekitar sejak beberapa hari yang lalu. Jadi saat mereka pindahan sekarang, barang-barang yang mereka bawa sudah sangat sedikit. Hanya satu kasur lantai untuk mereka berdua, satu lemari pakaian, Tv, peralatan dapur lengkap, kulkas dan dua buah kursi yang mereka taruh di teras.
Berhubung mereka hanya tinggal berdua, jadilah barang-barang mereka pun tidak banyak.
Rani terlihat terbatuk-batuk. Sepertinya dia mulai kelelahan.
"Minum dulu, Bu," Raline memberikan segelas air putih kepada Ibunya.<
Basti terbangun dari pingsannya. Sekujur tubuhnya yang penuh dengan luka-luka kini telah terbalut perban. Memang hanya sebatas luka-luka ringan dan tidak ada cidera serius apalagi luka fatal, tapi tetap saja dia merasakan nyeri di sekujur tubuhnya saat ini.Setelah bosan melamun di tepi danau selama berjam-jam lamanya, hanya sekedar mencari ketenangan dan merenungi kebenaran, Basti pun hengkang dari tepi danau dan menjadikan sebuah club malam sebagai tempat singgah ke duanya. Dia meminum cukup banyak alkohol malam itu, hingga dia mabuk. Meski tak menghilangkan seluruh kesadarannya. Bahkan Basti merasa masih mampu untuk menyetir mobil sendiri, setelah sang penjaga Club memperingatinya untuk segera pulang sebab menjelang shubuh, Club itu akan tutup.Basti berjalan terhuyung menuju parkiran mobil. Pandangannya sedikit berkabut. Namun Basti tak punya pilihan lain selain menyetir mobil sendiri meski dalam kondisinya yang tak memungkinkan untuk menyetir.Malam tadi Ba
Pagi itu mendung menggelayut di langit. Matahari enggan menampakkan sinarnya karena awan hitam itu menggulung dengan penuh angkuh dan tak sama sekali memberikan celah bagi matahari untuk menyinari bumi.Rintik-rintik gerimis mulai terasa menyentuh indra. Meraba pada tapak bumi yang dahaga. Membasahi pepohonan pun dedaunan yang bersorak-sorai kegirangan. Tanah pemakaman perlahan kian basah oleh rintik gerimis yang menderas.Satu persatu manusia yang ikut menghadiri acara prosesi pemakaman Rani pun mulai berlarian mencari perlindungan dari hujan. Kebetulan pemakaman sudah selesai. Namun, Raline masih enggan beranjak dari pusara Ibunya.Raline masih larut dalam kesedihannya. Dalam dunianya yang kian memudarkan cahaya terangnya. Dunianya yang kini menggelap seiring waktu. Dunianya yang tak lagi berputar secepat dulu. Sebab, mulai detik ini, waktu dalam dunia Raline pasti akan terasa sangat panjang.Dirinya sendirian sekarang. Raline hanya sebatang kara di dun
Siang itu sesampainya Bayu di rumah sakit, dia tak mendapati Bastian di sana. Sementara dirinya hanya mendapati sang Mamih menangis terisak dalam pelukan sang Papih.Jonas dan Helen yang langsung menumpahkan semua kekesalan dan amarah mereka pada Bayu."PAPIH KECEWA SAMA KAMU BAYU!"Jonas selesai dengan ceramah panjang lebarnya kepada Bayu. Wajahnya merah padam namun menyimpan kecemasan yang nyata."Semua ini nggak akan terjadi menimpa kakakmu kalau bukan gara-gara kamu Bayu! Puas kamu sekarang!" bentak Helen pada anak bungsunya itu. Bayu hanya tertunduk dalam diam. Terbersit perasaan bersalah dalam benaknya setelah tahu apa yang di alami Bastian shubuh tadi."Mas, Hans sudah memberi kabar tentang Basti?" tanya Helen pada Jonas di sampingnya. Suaminya itu terlihat sedang sibuk dengan ponselnya. Jonas telah mengerahkan semua anak buahnya untuk mencari Bastian. Meski belum ada kabar sampai detik ini.Jonas hanya menggeleng pelan. Lalu kepalany
"Ya ampun Bastian? Lo ngapain di situ?" pekik Aksel yang langsung berhambur menghampiri Basti, diikuti oleh Bayu dan seorang penjaga makam yang membawa senter. Sebab suasana makam di malam hari sangat gelap. Tak ada pencahayaan sama sekali."Saya tadi udah ajakin Mas itu ke kantor pemakaman di depan supaya dia nggak kedinginan di sini, tapi dianya diem aja, saya jadi takut, makanya saya tinggalin," celetuk si penjaga makam.Bayu terenyuh menatap keadaan sang Kakak saat ini. Dia jadi semakin merasa bersalah karena telah mengatakan apa yang sebenarnya terjadi. Awalnya Bayu yakin Raline masih mau menerima Bastian, tapi saat mendengar tentang kematian Ibunda Raline hari ini, Bayu justru malah dirundung cemas dan nyatanya kecemasan itu kini menjadi kenyataan. Sepertinya, Raline memang telah benar-benar membenci Bastian. Atau mungkin apa yang kini Raline lakukan kepada Bastian adalah imbas dari sakit batinnya terhadap semua kejadian n
Waktu kian berjalan. Berputar pada porosnya. Masa berlalu dengan begitu lambat dan menyiksa.Fajar menyingsing di pagi hari tergantikan oleh terik panas di siang hari. Senja merangkak menuju peraduannya. Meninggalkan sejuta keindahan semu yang menipu. Menyambut malam gelap yang tak berujung dalam hati tiap-tiap jiwa yang terselubung. Tertutup oleh topeng senyum. Bersembunyi di balik tawa keceriaan yang palsu.Meski pedih, perih, letih, dan tertatih, hidup harus tetap berlanjut bukan?Maka kesampingkan semua rasa sakit itu. Selama masih ada alasan yang bisa membuat diri tertawa.Saat ini, hanya Keanulah satu-satunya manusia yang menjadi alasan Raline untuk tetap tertawa dan menerima semua uluran tangan tulus laki-laki itu. Keanu merubah dunia Raline yang sepi dengan sejuta kelakar indah dan gurauan-gurauan recehnya yang terus mengukir senyuman di wajah Raline. Meski, dia masih melihat bayangan laki-laki lain di balik mata indah itu yang kini selalu menatap
Sudah menjadi rutinitas Basti selama satu minggu belakangan, menghabiskan waktu malamnya di Club untuk kemudian minum sampai larut jika dia tidak sedang di sibukkan oleh kegiatan shooting.Pikirannya akhir-akhir ini terus kacau. Membuat jadwal pekerjaannya berantakan. Konsentrasinya terganggu dan seringkali tidak fokus dalam bekerja.Basti sadar, dirinya memang tak mampu hidup tanpa Raline. Sekuat apapun dia berusaha untuk tegar dan terlihat kuat, tapi kenyataannya Basti begitu rapuh dan lemah.Sejauh ini yang bisa Basti lakukan hanya memantau Raline dari kejauhan. Dia belum berani mendekati Raline setelah kata-kata menyakitkan yang dilontarkan Raline padanya di pemakaman. Terlebih, kedekatan Raline dengan Keanu akhir-akhir ini, justru semakin membuat Basti frustasi. Bahkan dia seringkali tak menjawab saat Keanu sedang memberinya arahan di lokasi shooting. Entah laki-laki itu menyadari atau tidak perubahan dalam diri Basti. Persetan dengan semua itu. Tapi yang j
Basti mengurungkan niatnya untuk keluar dari mall, sebab keberadaan Raline dan Keanu di sana.Jika dia paksakan keluar, otomatis dirinya akan berpapasan dengan mereka. Jadilah Basti berjalan putar balik. Meski, dia tidak tahu arah tujuannya saat ini. Moodnya hancur berantakan. Perasaannya mendadak kacau balau. Kenapa dia harus terjebak dalam situasi seperti ini sekarang! Tapi satu detik setelah itu, langkah Basti terhenti, saat dia tak menemukan Bayu di belakangnya. Jadilah dia kembali ke tempat tadi untuk sekedar memastikan Bayu tak melakukan tindakan konyol apapun terhadap Raline.Dan benar saja perkiraan Basti, Bayu yang memang mengerti kenapa sang Kakak memutar arahnya, langsung mendekati Raline saat itu juga. Bayu jadi terpanggil untuk sekedar menyapa Raline. Meski, dia sudah tahu respon negatif yang akan di perolehnya dari wanita itu, namun Bayu tak akan mengambil pusing. Jika kemarin-kemarin Raline terus mengacuhkan dirinya dan semua usahanya untuk meminta maaf
"Tapi untuk kembali bersama Bastian, aku nggak bisa Mba. Aku udah memiliki pilihanku sendiri, aku dan Mas Keanu, kami sudah berpacaran sekarang, kami akan segera menikah dalam waktu dekat," ucap Raline pada Aksel.Jelas hal itu terdengar sangat mengejutkan bagi mereka. Jonas, Helen, Bayu, Marcel dan Aksel sendiri.Meski, ada dua manusia yang harusnya lebih terkejut dari mereka semua, yaitu Basti dan Keanu sendiri.Basti dengan kepedihan dan kesakitan yang kian menyerbu masuk memenuhi rongga dadanya yang mulai terasa sesak. Sementara Keanu sendiri, justru malah dibuat bingung atas pengakuan Raline. Padahal, sejauh ini, kata cinta saja belum terucap dari mulutnya pada Raline, lantas bagaimana bisa Raline kini justru malah membicarakan soal pernikahan? Apa yang sebenarnya Raline lakukan? Jelas saja pengakuan Raline itu jadi membuat Keanu tidak enak hati pada Bastian, pun keluarga Bastian sendiri. Meski, dia tak memiliki alasan masuk akal kenapa dia harus merasa tid