Share

Bab 17

“TIDAK bisa!” teriak Radit.

Aku menoleh sambil tersenyum mengejeknya. “Mengapa tidak bisa? Sudah lumrah kalau pengantin baru berbulan madu.”

“Tetapi kalian bukan pengantin!”

“Kamu sendiri ikut menyaksikan pernikahan kami.”

“Tetapi…”

Radit menatap mas Naren penuh dendam. “Kamu tidak bisa melakukan itu!” geramnya.

Namun sesaat kemudian, Radit malah tersenyum.”Oh, begitu cara kalian! Coba saja kamu lakukan, culun! Kamu akan menyesal!”

Radit terang-terangan menyebut mas Naren sebagai culun. Mas Naren sendiri hanya diam dan tidak berusaha untuk bicara. Aku kasihan kepadanya. Mengapa Radit begitu songong kepada kakaknya? Apakah dia sudah tahu kalau mas Naren hanyalah seorang anak pungut, sehingga dia bisa meremehkannya?

“Ehmm…” terdengar papi berdehem hendak bicara.

“Naren, bukankah di kantor sekarang lagi banyak pekerjaan? Kita masih harus menemui orang-orang pemda untuk memuluskan pembebasan lahan yang sekarang seda

Almirah

Dear pembaca yg budiman, terima kasih sudah membaca hingga sejauh ini. Ikuti terus ya kisah ini, jangan lupa VOTE dan kasih masukan di komentar ya biar kisahnya semakin seru dan menarik. Kisah ini belum closed, bisa saja alur cerita mengikuti saran dari pembaca...

| Sukai
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status