Share

Bab 5

Brakk,

Bantingan pintu terdengar cukup keras, Wulan masuk kedalam kamarnya membanting pintung kamar tersebut dnegan cukup kuat. Dia benar-benar tidak habis pikir dengan kegilaan kedua orang tuanya.

“Wulan buka pintunya, Mama bilang buka pintunya” ucap Halima meminta putrinya untuk membukakan pintu kamar tersebut.

“Wulan, buka pintunya ini Papa” ucap Herman yang datang menyusul istrinya yang tengah mengetuk pintu saat ini.

“Tidak mau, kalian berdua sudah gila. Kenapa harus aku yang menanggunya” seru Wulan cukup keras dari dalam pintu. Pagi-pagi sudah membuatnya kesal saja, dia ingin sarapan dan berangkat kerja harus tegagalkan karena ucapan kedua orang tuanya yang cukup gila.

“Wulan, tolong buka sebentar. Papa tahu kamu marah, tapi ini demi keluara kita Wulan” Herman berusaha membujuk sang anak untuk membukakan pintunya.

“Wulan buka pintunya, mama ingin bicara sama kamu” lagi Halima memaksa sang anak untuk membukakan pintu kamar.

Pintu terbuka, dengan sorot mata tajam yang diberikan Wulan pada kedua orang tuanya tersebut.

“Apalagi hah, aku capek jadi anak kalian. Kenapa harus aku, kenapa buka anak kesayangan kalian saja yang menikah yang dilamar dia kenapa hars akau yang menikah” amarah yang menggebu terlontar didepan wajah kedua orang tuanya.

“Kalau kakak kamu mau kita tidak akan menyuruhmu Wulan, kau tahu kakakmu tengah kuliah di luar negeri” sahut Halima menatap anaknya itu.

“Itu mama tahu kakak kuliah di luar negeri, kenapa harus menerima lamaran itu. batalkan saja, aku tidak mau menggantikan anak kesayanganmu. Aku sudah banyak berkorban untuk dia” Wulan bersikera menolak keinginan sam Mama.

“anak kamu memang keras kepala ya pa,” ucap Halima yang tak bisa lagi membujuk Wulan.

Mata Wulan sendiri kini sudah berkaca-kaca menahan tangis dia tak habis pikir kedua orang tuanya memaksa dia untuk menikah dnegan pria yang tak ia kenal. Lebih parahnya lagi pria itu melamar kakaknya bukan dirinya.

“Ya aku memang keras kepala, sama seperti mama kan” ucap Wulan menatap menantang sang mama.

“Kamu mulai berani sama mama” Halima terpancing emosinya karena tatapan menantang Wulan.

“Ma, Ma sudahlah” Herman hendak melerai.

“Ma kita batalkan saja pernikahan ini ma, Widya tidak mau menikah begitu juga Wulan yang tidak mau menggantikannya. Kita batalkan saja ya” ucap Herman pada istrinya.

“Papa lupa kalau kita batalkan apa yang akan terjadi dengan keluarga kita, Papa juga Lupa pihak Gilgan sudah memberikan investasinya pada perusahaan kita” ucap halima mengingatkan sang suami.

“Oke Wulan, kalau kau tidak mau menikah untuk menggantikan kakakmu, kau mau Papa dan mamamu ini mendekam di penjara karena tidak bisa mengembalikan uang yang sudah mereka tana di perusahaan kecil kita” halima menatap putrinya tersebut.

“Kenapa Mama jahat sekali padaku hah, aku anak mama atau bukan. Kenapa harus aku yang jadi pengganti kak Widya ma, ak capek ma” Wulan meluapkan emosinya, matanya tak teras mengeluarkan setetes air mata menatap kedua orang tuanya tersebut.

Herman menatap pilu anaknya yang menangis didepan mereka saat ini, rasanya tak tega melihat sang putri yang bersedih seperti itu.

“Ya sudah sayang, kalau kamu tidak mau papa tidak memaksa. Sudah jangan nangis” ucap Herman mendekati sang putri mengusap lembut bahu anaknya.

“Berarti Papa siap di penjara?” tanya haliam membuat Herman yang memeluk Wulan beralih menatap sang istri.

“Papa siap demi Wulan ma,” jawab Herman yakin. Dia tak masalah jika harus di penjara atau mengganti biaya pinalti karena membatalkan kerja sama dengan keluarga Gilgan.

“Terserah kalian,” halima pergi begitu saja dengan kesal. Ini tidak sesuai perhitungannya, dia kira Widya akan mau menikah dnegan keluarga konglomerat nyatanya putri sulungnya itu menolak. Ditambak Wulan tidak mau menggantikannya.

“Apa yang dikatakan mama serius atau hanya tipuan semata pa, apa benar Papa akan di penjara karena hal ini” wulang bertanya pada snag Papa saat mamanya sudah pergi.

“Kemungkinan begitu sayang, karena Papa harus mengganti biaya pinalti pembatalan kerja sama antar perusahaan kita” jawab Herman.

“kenapa Papa bisa mengambil keputusan begitu, kenapa harus menerima lamaran orang tersebut pa. Papa tahu sendiri kak Widya bagaimana” Wulan begitu frustasi dengan situasi saat ini.

“Papa kira kakak kamu mau, jadi Papa menerima kerja sama ini dan berharap kakak kamu mau menikah, karena katanya ini teman kakak kamu dulu” jelas Herman mengungkapkan alasan menerima pernikahan ini.

“Nggak masuk akal,” kesal Wulan.

Wulan menangis terisak dnegan hal ini, dia pusing sendiri harus berbuat apa. rasanya tak tega dia bila membiarkan orang tuanya masuk penjara. Tapi tak mungkin juga dia menerima pernikahan ini.

“Sudah nak tidak usah menangis, Papa batalkan semua ini kalau kamu memang tidak mau” ucap Herman menanagkan sang putri.

“kapan pernikahannya?” tanya Wulan dnegan sesegukan.

“Besok” jawab Herman lemah.

“Baiklah aku mau menggantikan kak Widya,” putus Wulan dengan terpaksa.

“Apa? kamu serius sayang. Kamu mau” Herman nampak tak percaya dnegan ucapan snag putri.

“Iya, Demi Papa” lirih Wulan.

“Tidak usah nak, tidak usah. Jangan kamu korbankan masa depan kamu demi orang tua seperti kita”

“Itu papa tahu, tapi kenapa Papa melakukannya. Sudahlah, yang penting sekarang papa dan Mama aman. Aku masuk dulu” Wulan begitu tak bertenaga langsung membuka pintu kamarnya dan masuk kedalam. Ia begitu lemas tak bertenaga saat ini, masa depannya seakan hancur karena oang tuanya sendiri.

...................................

Radit saat ini berada di dalam kamarnya, dia menatap langit-langit kamar sambil meliat ponsel miliknya. Tentu saja yang dia lihat saat ini foto Widya, perempuan masa lalunya yang mampu memikat hatinya hingga saat ini. cinta pertamanya yang susah untuk ia lupakan walaupun wkatu telah berlalu cukup lama.

Pacar pertamanya, tetapi karena kesalahan dirinya dulu semasa remaja membuat ia dan Widya putus dan tak saling komunikasi hingga saat ini.

Berkali-kali dia berganti wanita tapi tak menemukan wanita sebaik dan selembut Widya, jadi ia memutuskan untuk melamar langsung perempuan itu yang ia dengar kabarnya tengah kuliah di Luar Negeri.

“Besok akan menajdi hari kita sayang, menjadi hai untuk Radit dan Widya. Moment yang tak akan pernah terlupakan bagi kita” ucap Radit menggebu, sambil melihat foto Widya.

“Tuan, saya sudah menemukan tuan Lukas. Dia berada di Indonesia sekarang” saat tengah fokus melihat foto Widya sebuah pesan masuk ke ponsel radit saat ini.

Sekebat dia membaca pesan itu, membuat dia langsung terduduk membaca dengan seksama pesan tersebut.

“Dia akhirnya kembali, aku harus memberitahukan apdanya soal rencana pernikahanku ini” gumam Radit saat setelah membaca pesan tersebut. Dia harus menemui kakak tersembunyinya itu, bagaimanapun pria itu kakaknya. jasa pria itu sangat besar untuknya di masa lalu.

°°°

T. B. C

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status