Share

Bab 62

"Ehemm ... Cie yang pagi-pagi udah basah nih" goda mbak Puspa.

"Emang mbak enggak?" tanyaku balik menggodanya.

"Enggak, bang Adnan di suruh puasa dulu sampe dede bayinya empat bulan" ucap mbak Puspa.

"Alasannya kenapa mbak?" tanyaku kepo.

"Ya gitu deh, kalau hamil muda itu masih rentan," jawabnya.

"Tapi, bang Adnan-nya sampai sekarang aman kan mbak?" tanyaku sambil terkekeh.

"Aman cuma kadang-kadang suka kejang-kejang aja" ucapnya yang membuat aku tertawa terbahak-bahak.

Sambil mengobrol ngalor ngidul. Tak terasa aku dan mbak Puspa sudah menghangatkan makanan untuk semuanya sahur.

"Pantesan si cepmek bawaanya sentimen mulu, ternyata lagi puasa malamnya demi dede bayi" ledek Irpan, saat pria itu baru saja keluar dari kamarnya dengan rambut basah.

Bang Adnan tak mengubris ucapan adiknya, pria itu hanya menampilkan wajah masamnya.

Aku dan mbak Puspa menatap bingung pada Irpan.

'Apa dia menguping pembicaraanku tadi dengan mbak Puspa?' tanya batinku.

"Kayak gue dong bang, puas tiap malam.
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status