“Ah tidak,” kata Azil menyembunyikan rasa ingin tahunya. Ia juga tak boleh menunjukan itu pada Zoe. Azil ingin menanyakan langsung alasan itu pada Bani.“Karena sudah malam istirahatlah dulu, sampai bertemu besok,” ucap Azil yang pergi meninggalkan Zoe.Melihat itu membuat Zoe bersiap istirahat, tak ada rasa penasaran atau kesal. Yang jelas besok ada perjalanan panjang yang akan ia lalui.Azil dengan rasa penasarannya pergi ke gudang senjata, dimana lagi bosnya berada, kalau tidak sedang menyaksikan pertandingan.Gudang senjata yang kini digunakan lagi untuk bertanding.banyak yang datang. Suasana malam. Terasa membara, banyak petarung hebat siap menantang Zoe. Kabar Zoe ternyata sudah terdengar kemana-mana. Hal itu membuat gudang senjata makin ramai.Bani yang duduk tenang tak memperdulikan keinginan mereka untuk bertanding dengan Zoe. Banyak yang masih datang dan pertandingan makin sengit karena diamnya Bani.Suara bising terdengar, orang-orang yang berteriak memberikan dukungan. Pe
Yang ada di hadapannya yang tak lain adalah kakaknya sendiri. Sebagai penjaga gudang senjata tentunya ia sedang bekerja.“Habis dari mana kau?” tanya Kakaknya pada Azil yang sedang berkeliaran di gudang senjata. Padahal ia besok akan melakukan perjalanan jauh.Amru adalah nama dari Kakaknya yang selama ini bekerja di gudang senjata. Ia menjaga dan menjalankan perintah Bani. Dua orang itu merupakan anak buah Bani yang setia. Banyak yang sungkan dengan Amru karena postur tubuhnya yang tinggi besar dan ada banyak juga yang takut dengannya.“Ah, Kak. Itu aku habis jalan-jalan sebentar,” jawab Azil sambil melihat ke arah lain. Ia bahkan tidak bisa menghilangkan kebiasaan berbohong.Melihat gelagat adiknya yang sedang berbohong tentunya membuat Amru pamham jika ada yang sedang di sembunyikan.“Oh hanya jalan-jalan, benarkah? Coba aku tanyakan ke Bos,” ucap Amru yang mencoba untuk menakuti adiknya agar mau bicara jujur.Sedari tadi Amru disana tentunya tahu gelagat semua orang. Bahkan oran
Melihat itu Amru mengerutkan dahi, ia tak berhasil menasehati adiknya. “Anak sekarang memang sulit dinasehati, kalau kau tahu Zoe masih belum matang dalam gerakannya, ia terlihat jarang terlibat dengan pertarungan. Yang paling bahaya lagi, ia tak bisa membunuh orang meski itu musuh sekalipun. Bagaimana kalau kalian nanti bertemu musuh yang berbahaya. Walaupun tadi aku jelaskan seperti itu juga ia pasti tak percaya,” batin Amru sambil melihat sang adik yang berjalan pergi meninggalkannya.Pagi yang cerah semua persiapan sudah selesai. Zoe keluar dari kamar, ia sudah ditunggu oleh Azil. “Apa kau sudah siap. Sebelum berangkat bos memanggil mu. Ada hal yang akan disampaikan,” kata Azil mengajak Zoe bersamanya untuk bertemu dengan Bani.Mereka berdua berjalan bersama. Postur tubuh yang tak jauh beda dengan tinggi yang sama. Membuat orang yang melihatnya pasti mengira mereka saudara.Sampai di tempat Bani, mereka berdua langsung duduk. Zoe sendiri juga penasaran dengan apa yang ingin disa
Disamping itu Farhan yang sibuk oleh tugas dari ayahnya. Ia menyempatkan diri ke hutan kematian. “Kenapa suasana berbeda,” ucap Farhan yang merasakan aura buas. “Kamu juga merasakan hal yang sama,” jawab Pengawal yang tempo hari juga ikut dengan Farhan untuk menyerang Zoe.Menyaksikan Zoe disiksa sudah jadi tontonan, apalagi saat Zoe di perguruan bisa dikatakan hampir setiap hari Zoe dipukuli. Jelas semua pengawal tahu dan tak ada yang melapor pada tetua. “Aku hanya membawa dua pengawal,” batin Farhan yang merasa gelisah. Tak seperti terakhir kali kesana suasana di hutan kematian benar-benar mengerikan. Hal itu menandakan tidak ada manusia di sana, tapi Farhan penasaran dengan keberadaan Zoe. Ia terus memaksa masuk ke dalam hutan untuk bisa bertemu Zoe.“Ini aneh, seperti tidak ada hawa kehidupan manusia,” ucap Pengawal yang merasa tegang. Tapi mereka sudah terlanjur masuk dan tidak bisa pulang tanpa persetujuan Farhan.Farhan sendiri tak menghentikan langkahnya dan terus berjalan
Anglo bergegas jalan ke tempat pertemuan, ia mengundang semua tetua untuk membicarakan permasalahan yang sedang mereka hadapi. Terutama kematian dua orang pengawal dan hilangnya Zoe.Setelah undangan di kirimkan, para tetua mulai berkumpul di aula. Anglo mulai membuka rapat.“Ada dua masalah yang ingin saya bahas,” ucap Anglo membuka pertemuan, semua yang datang terdiam.Mereka juga merasa penasaran dengan apa yang akan disampaikan oleh Anglo, pertemuan mendadak biasanya ada hal besar. Anglo sendiri jarang sekali mengadakan pertemuan mendadak.Jadi mereka langsung diam ingin tahu kabar apa yang akan dikatakan oleh Anglo, sebagai pemimpin perguruan yang sekarang.“Pertama dua orang pengawal meninggal,” kata Anglo pelan, ia tak ingin para tetua salah paham. Jadi ia menjelaskan pelan-pelan dan tak langsung memberitahukan semuanya.Tetua tentunya kaget, karena tak ada tugas keluar dan untuk sekarang juga aman tak ada konflik. Jadi tidak mungkin dua orang pengawal meninggal tanpa sebab.“Ba
Disamping itu Zoe yang masih baik-baik saja mulai lelah. Ia sudah berjalan cukup jauh bersama Azil.Melihat Azil yang tak kenal lelah kesana kemari, membuat Zoe mengimbanginya. Ia juga masih dalam tahap pemulihan.Langkah kaki yang tak lagi cepat, keringat yang bercucuran. Membuat Zoe terduduk lemas di dekat pohon besar.“Apa kau menyerah?” tanya Azil melihat Zoe duduk diam, bersandar di dekat pohon seakan ia tak mau lagi melanjutkan perjalanan.Selama perjalan Azil juga merasa aneh, karena ia tak bisa merasakan tenaga dalam milik Zoe. Padahal Zoe seorang pendekar pedang, harusnya memiliki kekuatan hebat.“Tidak, aku hanya lelah. Kita istirahat sebentar,” jawab Zoe yang ingin istirahat karena perjalanan jauh, ia benar-benar lelah.Jadi jelas Zoe memilih untuk istirahat, daripada memaksakan diri yang akan membuatnya pingsan kehabisan tenaga. “Kenapa staminamu lemah, bukannya kau pendekar?” tanya Azil yang merasa heran melihat Zoe sudah kelelahan, sedangkan dirinya belum. Meski ia juga
Suasana begitu tegang, Zoe mundur beberapa langkah, ia melihat situasi yang tidak baik, dua lawan sepuluh bukanlah hal yang mudah.“Mau apa kalian?” tanya Zoe melihat ia sudah dikepung. Tak ada dari mereka yang ia kenal.Kondisi diluar dugaan yang tidak menguntungkan. Membuat Zoe berusaha untuk tetap waspada. Ia mengulur waktu sambil bertanya. Serangan mendadak membuat Zoe tak tahu apa yang harus ia lakukan, ia belum menyusun rencana. “Hahahaha…., masih saja kau bertanya. Serahkan harta kalian,” acam rombongan perampok yang terlihat geram. Mereka langsung menyerang.“Kau ke kanan!” Teriak Azil yang mengatur perlawanan. Rombongan yang begitu banyak akan mempersulit mereka. Jadi Azil berniat membagi dua rombongan. Dengan Zoe yang ke Kanan dan Azil ke kiri.Sayang Zoe bingung karena panik, ia yang seharusnya kekanan malah ke kiri. Jadi mereka sama-sama terkepung dan mencoba melawan.“Kenapa kau kemari?” tanya Azil lagi yang merasa kesal karena Zoe mengacaukan rencana.“Aku kaget menden
Melihat itu Zoe sadar jika ia tak bisa terus menghindar. Ia merasa kesal dengan apa yang terjadi di hadapannya. “Apa kau tak apa-apa?” tanya Zoe yang mendekati Azil. Darah keluar membasahi baju. Karena serangan tadi membuat Zoe hilang fokus.Mata Zoe tak bisa berpaling. Ia tak jika terjadi sesuatu pada Azil. Ia mencoba memastikan jika temannya itu baik-baik saja. “Aku bukan anak kecil, fokus dan bunuh mereka,” kesal Azil yang menyuruh Zoe untuk lebih serius. Goresan pedang membuat Azil terluka bukan jadi masalah besar baginya. Ia sering sekali melakukan perjalanan dan bahkan bertarung. Azil yang bangkit setelah mengikat tangannya untuk menghentikan darah yang keluar. Membuat Zoe lega, ia tahu jika Azil baik-baik saja.“Kau istirahat saja,” ucap Zoe yang maju sendirian ingin melawan musuh. Dengan pedangnya, Ia segera bangkit.Azil mengangguk dan segera duduk kembali, ia hanya perlu istirahat. Jadi sebenarnya ia masih bisa bertarung. Tapi melihat Zoe yang semangat membuatnya lega dan