"Pangeran Baskara akan memberikan hukuman kepada mantan Permaisuri Ayunda, mereka akan diasingkan dan menjadi warga biasa, nama belakang mereka dicabut, semua aset Ayunda dan Genta akan diambil, sementara mereka hanya akan diberikan bekal rumah dan alat untuk berkerja!!"Ayunda yang memang sudah bersimpuh terduduk lesu, pakaiannya kini sudah diganti menjadi baju biasa, matanya bengkak karena menangis, harga dirinya sudah jatuh, ia bukanlah siapa-siapa lagi, haruskah ia bersyukur atau lebih baik mati saja? Ayunda menatap Pangeran Adisti yang menangis melihatnya, membuat hatinya semakin pilu. "Untuk Panglima Perang Ajisakti, gelarnya akan dicopot, ia akan bekerja menjadi budak!!""Huhuhu... Huhuhu..." Ajisakti yang garang dan sombong itu menangis pilu, setidaknya ia harus bersyukur keluarganya tidak akan mendapatkan dampak dari semua ini.Penasehat hukum menggulung kembali titah Pangeran Baskara, ia bejalan mundur. Kemudian Ayunda dan ayahnya dibawa pergi beserta Ajisakti yang akan men
"Siapa 2 orang itu? Penampilan mereka sangat unik," Jason pahlawan peringkat B Fighter menatap Rama dan Fatta yang sedang lewat. Melihat Rama dan Fatta yang sedang lewat, Satya menyahut."Pahlawan pedagang bersama pengawal pribadinya,""Hah? Pahlawan pedagang dan pengawal pribadi? Lelucon baru kah itu?" tanya Richard dengan nada mengejek. Tentu saja Rama mendengar pembicaraan itu, entah mengapa dia tidak terlalu perduli. Rama hanya khawatir Fatta yang akan mendengar itu dan mengamuk lagi. "Hei!! Jangan remehkan mereka, kau tau apa yang mereka jual? Barang-barang langka, bahkan ada elixir yang mampu meningkatkan power kita!!" sahut Satya, "lagipula, pengawal pribadinya itu bukan manusia biasa!! Dia setara pahlawan tingkat A." Satya bahkan tak bisa membayangkan bagaimana kekuatan Fatta jika dia mendapatkan berkah pahlawan. "Cih, aku tak percaya!! Mereka bahkan terlihat sangat cupu!!" kata Richard namun ia tak menyadari kalau Fatta susah berada di belakangnya. "Apa itu cupu?" tanya Fa
Rama menatap mata Melisa yang mengeluarkan kekuatan cahaya mata ghaib. Rama memang menyembunyikan kekuatannya agar pasukan Jien tidak menyadari kehadirannya. Bahkan kristal penilai dari alam Peri tak mampu membaca kekuatan Rama sebenarnya. Namun nyatanya Melisa mampu melihat kekuatan yang telah Rama sembunyikan. "Kekuatanku tidak seberapa, kau akan berada dalam bahaya jika berada di dekatku." sahut Rama. "Apa-apaan kau!! Sombong sekali, apa kau tidak tau kalau Melisa adalah MM peringkat S!!" kecam Charlie kesal, ia hanya sedang berusaha mengambil hati Melisa saat ini. Terlebih ia tak suka melihat penampilan Rama, meski kesal Charlie akui Rama adalah pria yang tampan, ia tak mau Melisa jatuh hati kepada pria itu."Charlie, bisakah kau bersikap sopan? Aku sedang berusaha mengajaknya untuk menjadi anggota timku!!" sahut Melisa kesal. Charlie menahan diri untuk tidak kembali bersuara, ia tak mau membuat Melisa kesal. Sedangkan Rama hanya tersenyum kecil melihat Charlie tak dapat berkat
Asyifa tercengang dan menutup mulutnya yang menganga. "Kakak, aku punya banyak uang!! Izinkan aku membelinya oke!!""Oke!!" sahut Fatta lagi. Asyifa lalu melakukan tos bersama Fatta, Rama hanya menggeleng pelan.Rama memasuki ruangan, disana sudah ada 5 orang dengan peringkat yang sama. Mereka kaget melihat Rama yang diikuti oleh Asyifa, siapa yang tidak mengenal pahlawan Mage tingkat S seperti Asyifa, si mungil yang terkenal menakutkan dan jahil."Nona Asyifa, disini bukan tempatmu, ini adalah kamar pahlawan peringkat F." seorang penjaga menghalangi Asyifa ketika dia akan masuk. "Dia teman satu timku, dia hanya sebentar di sini," kata Rama. Penjaga itu bernama Nurdin, selama ia bekerja di Aliansi pahlawan, selama itu ia tidak pernah merasa diintimidasi oleh seorang pahlawan peringkat F. Tapi Rama sangat berbeda, pria di depannya ini tersenyum, namun aura yang ia keluarkan sungguh mengancam. "Baiklah, tapi hanya sebentar saja. Karena pelatihan akan dimulai pagi hari, jadi ini adal
Kini Rama tau siapa Dion, anak yatim piatu yang tinggal bersama adik perempuannya. Dion harus berjuang untuk menafkahi hidupnya dan adiknya.Dion sangat cekatan, ramah dan suka berbagi. Jika melihat Dion, maka Rama akan teringat dengan dirinya saat kehilangan ingatan. Pagi ini semua pahlawan mulai memasuki ruang pelatihan, tiap peringkat berada di ruangan yang berbeda, kecuali pahlawan itu naik perkngkat secara tiba-tiba, maka ia akan langsung dipindahkan. Sungguh beruntung pahlawan yang mengalami kenaikan peringkat. "Peringkat F berkumpul di sini!!" Marko salah satu ketua pelatihan, yang juga merupakan pahlawan peringkat A menjadi pelatih untuk peringkat F."Bentuk barisan!!" kata Anjas pahlawan peringkat A yang juga melatih peringkat F. Seketika barisan menjadi rapi. Para peringkat F adalah peringkat dengan kekuatan fisik, jika dilatih dengan benar maka kemungkinan untuk naik peringkat adalah hal yang memungkinkan. Marko berjalan sembari menatap semua pahlawan tingkat F, "Meski
"Apa kau mengenalnya?" tanya Marko, tapi Leon mengacuhkannya. Leon malah berjalan mendekati Rama. "Rama?" kata Leon, ia menatap Rama dengan tatapan takjub. Leon sudah menduga ada yang istimewa dari Rama, bahkan kalau bukan karena Rama. Maka mereka semua takkan punya kesempatan untuk kabur dari alam Jien. "Paman!!" sahut Rama, ia terlihat tenang saat bertemu Leon. Leon langsung memeluk Rama serta menepuk bahunya, "aku sungguh tak menyangka akan bertemu denganmu di sini!! Mengapa kau tidak ikut menerima penghargaan pahlawan?" tanya Leon. "Mengapa aku harus mendapatkan penghargaan itu? Paman... Aku tidak terlalu suka menjadi bahan perhatian," sahut Rama, Leon langsung paham. "Baiklah aku mengerti, jadi kali ini apa misimu hingga ikut pelatihan ini? Apa kau sudah menemukan tim? Kalau belum," "Aku sudah menemukan tim paman," sahut Rama dan itu membuat wajah Leon berubah menjadi sendu, "paman kau tau soal kristal pelangi?" tanya Rama mengalihkan topik pembicaraan. "Kristal pelang
Papan peringatan kematian berisi foto-foto para pahlawan yang tidak kembali, beberapa keluarga mulai menghadiri peringatan berduka di depan kantor Aliansi pahlawan di Asia, tepatnya di kota Guanjing.Satu persatu dari mereka meletakkan bunga di papan peringatan itu. "Anakku!! Mengapa kau pergi semudah ini?" Seorang ibu engan pakaian berkabung menepuk dadanya. Ia merasa sesak melihat tawa di foto putranya yang kini dinyatakan telah tiada."Huhuhu.... Huhuhu.... Sayang, sebentar lagi anak kita akan lahir!! Mengapa kau meninggalkan kami?" seorang wanita muda yang tengah hamil tua duduk bersimpuh dengan derai airmata."Ayah... Ibu... Bagaimana nasib aku dan adik?" Bahkan seorang anak laki-laki sedang memegang tangan adiknya yang masih kecil. Adiknya terlihat tersenyum menatap kakaknya yang sedang menangis, bahkan tangan kecil itu mengusap lembut airmata di wajah sang kakak."Huhuhu.... Huhuhu..." Si kakak semakin menangis karena melihat wajah polos adiknya. "Kakak, jangan menangis nanti
Rama telah sampai di pusat negara Guanjing, ibukota Xianxi. Beberapa bangunan roboh, portal-portal terbuka. Pasukan Jien menyerang siapapun yang mereka temui. "Gen Yang!! Cepat lakukan sesuatu, aku sudah tidak bisa menahan kekuatan mereka!!" teriak Huan Zou, pahlawan Fighter peringkat B. Ia menatap Gen Yang yang sedang merapalkan mantra sihirnya. Beberapa dari anggota timnya telah jatuh dan tidak sadarkan diri. "Seeeeeetttt, tap!! Wush!!" Gen Yang membentuk sihir api yang besar, ia kemudian mengarahkannya kepada pasukan Jien. "Jurus bola api neraka!!" teriak Gen Yang, ia bahkan memuntahkan darah karena memaksa jurus itu keluar. "Uhuk!! Uhuk!!""Gen Yang kau tidak apa-apa?" tanya Huan Zou, ia melihat Gen Yang terbatuk darah. "Brakh!!" Huan Zou terlempar karena dorongan kekuatan dari pasukan Jien. "Tap!! Uhuk!!" Rama menangkap badan Huan Zou agar tidak membentur dinding. Kemudian segera mengobati luka dalamnya. "Kau tidak apa-apa?" tanya Rama. "Terima kasih!! Aku tidak apa-apa!!"