"Hiiiiaaaattt!! Bam!! Bam!!" Sementara itu tim Leon sudah mulai bertarung dengan siluman Ongtan di Kaliman, siluman Ongtan ini berbentuk seperti manusia kera dengan gigi-gigi yang tajam bahkan mampu mengoyak musuh, mereka seperti mayat hidup. Memakan apapun yang hidup, mayat para warga terlihat di sekitar desa. Siluman Ongtan selain suka memakan daging, ia juga suka menyiksa korbannya terlebih dahulu. "Klang!! Klang!! Klang!!" "Wush!!" Leon, mengadu pedangnya dengan cakar para siluman Ongtan, Bram selalu sigam melakukan blocking ketika siluman Ongtan akan menyerang, sebagai Tankker Bram cukup kuat menahan serangan siluman Ongtan. "Beruntung aku meminum Elixir Fisicalbody dari Rama!! Mereka sangat kuat!!" kata Bram. "Wush!! Klang!! Klang!! Klang!!" "Brakh!!" Beberapa siluman Ongtan terjengkal ketika akan menyerang Marko, Marko memukul para siluman Ongtan dengan begitu brutal. Ia bahkan melakukan serangan bertubi-tubi, agar siluman Ongtan tidak sempat bangkit dan mela
Keesokan paginya Rama dan tim Melisa sudah bersiap kembali lagi ke desa Sumut, untuk pergi ke hutan terlarang dan menghadapi siluman Ular. "Tuan, apa tidak masalah jika Keris Suci ini bersamaku?" tanya Asok, sebenarnya Rama akan menyerahkan Keris Suci kepada Esmerald, tapi Esmerald sedang melakukan perjalanan untuk mencari bahan pembuat panah es, Esmerald sangat senang ketika mendengar ganggang Keris Suci ditemukan, sebelum Rama datang ia sudah bertekad akan membuatkan Rama panah es. Panah yang dapat membuat target membeku jika terkena panah tersebut. "Ketua, aku yakin kau bisa menjaga Keris Suci ini, serahkan Keris Suci ini kepada Esmerald jika ia kembali. Kemungkinan letak patahan api dunia ada di pertengahan bumi, hanya itu yang bisa kusampaikan, mungkin Esmerald lebih tau daripada aku." kata Rama sebelum benar-benar pergi. Asok menatap kepergian Rama dan tim Melisa, bahkan Lilia dan Baxia juga ikut, hanya saja mereka berpisah untuk menjemput Fatta dan tim Leon terlebih dahulu
Rama dan tim Melisa sampai di desa Sumut, desa ini tak begitu besar namun keadaan di desa sangat ramai, warga desa melakukan kegiatan mereka seperti biasa, mereka berkebun, beternak, berjualan dan sebagainya. Jika manusia melihat dengan mata biasa maka seperti itulah yang terlihat. Namun yang Rama dan Melisa lihat bukanlah seperti manusia lainnya lihat. Rumah-rumah di desa Sumut hancur, seperti habis diserang. Keadaan desa porak-poranda. Warga desa berjalan dengan ceria namun baju yang mereka pakai dalam keadaan compang-camping. Warga desa juga terlihat lusuh dan mengalami luka-luka. Namun ilusi yang diciptakan oleh siluman Ular membuat warga desa melupakan semua yang terjadi. Bahkan anak-anak kecil bermain dan tertawa gembira sementara keadaan mereka sangat memilukan. "Apa yang terjadi dengan desa ini?" Melisa bertanya pilu, wajahnya berubah menjadi dingin dan murung. Melisa mengepalkan tangannya geram, betapa memilukan keadaan desa setelah Rama membantu Melisa melihat dengan mata
Para siluman Ular kemudian saling pandang, hingga akhirnya siluman Ular yang bernama Nanang itu maju dan berkata. "Tuan, aku ingin menjadi manusia biasa lagi, bahkan jika memang tidak memungkinkan bunuh saja aku, aku bahkan malu menatap wajah ibuku!!" kata Nanang, ia mulai terisak ketika ibunya mengelus bahunya. "Tuan, aku juga mau jadi manusia lagi, aku akan bertobat!!" salah satu siluman Ular juga maju. Diikuti oleh semua siluman Ular, kecuali satu orang. Manusia itu tertunduk dan tertawa nyaring. "Hahahaha!! Hahaha!!" semua warga desa dan siluman Ular menatap laki-laki itu, tawa laki-laki itu menggelegar dan menakutkan. "Wah, kau terjebak di alam manusia rupanya!!" sahut Rama, membuat laki-laki itu menghentikan tawanya dan menatap Rama dengan tajam. "Manusia!! Ternyata kau di sini!!" Siluman ular itu bukanlah siluman, namun pasukan Jien yang menyamar menjadi manusia siluman Ular. Ia kemudian melemparkan cahaya ke langit, cahaya hitam dengan bau pekat darah Jien. Rama lalu
"Wush!! Bam!!" Fatta melompat maju dan menghantamkan kapak kembarnya kepada para Nukud yang akan menyerang Rama. Melihat Fatta datang dan maju tanpa rasa takut, Melisa dan timnya lalu ikut bertempur dengan para Nukud yang memiliki kemampuan sihir yang luar biasa. "Wush!! Set!!" Asyifa merapalkan mantra dan mencoba mengendalikan para Nukud namun sihir itu terlepas. Para Nukud kemudian membalas dengan beberapa mantra sihir dan langsung menyerang para pahlawan. Di tengah pertempuran itu hanya Nukud Mahesa yang tampaknya bersikap tenang, ia bahkan mampu menahan serangan-serangan dari para pahlawan kepadanya. "Tap!! Tap!! Tap!!" Nukud Mahesa berjalan dengan santai ke arah Rama, ia menahan dan menyerang balik serangan Fatta dan Melisa. Nukud Mahesa adalah salah satu Nukud senior dengan kekuatan hampir setara para Panglima Jien. Ia mendapatkan kehidupan abadi, kekayaan dan kekuatan setelah menukar jiwanya kepada bangsa Jien. "Seeeeettt!! Wush!!" Nukud Mahesa memutar ked
('Lilia!!') Ketua Naga, Kakek Lilia menghubungi Lilia dengan telepati. ('Kakek, ada apa!!') Lilia merasa ada yang tidak beres dengan suara kakeknya. ('Lilia, pergilah ke alam hewan spiritual di Antartika, mereka akan mengambil Keris Suci itu!!') Deg!! ('Kakek, apa yang terjadi? Ada apa dengan suaramu') ('Lilia, sampaikan kepada Tuan Muda, aku senang mengenalnya, jangan salahkan dirimu dan jaga diri cucuku') Siiiiiinnngggg!! ('Kakek, apa maksudmu') Tidak ada sahutan lagi, komunikasi Lilia dan Kakeknya terputus. *** Rama kembali ke desa Sumut dengan hati yang gelisah, ia masih terngiang kata-kata Siblis. Membuat hati Rama merasa tak nyaman, ia tau Siblis bukan sekedar menggertak. "Tuan, tolong aku dan kakakku!!" Ketika Rama datang, Baijo langsung berlutut dan memohon kepadanya. "Berdirilah, apa yang bisa kulakukan untuk kalian?" tanya Rama lagi. "Tuan, aku... Aku tidak ingin lagi jadi siluman, bantu kami!!" kata Baijo akhirnya, sementara Paijo memegangi lukanya ia
"Astaga!! Apa yang terjadi?" kata Fatta, ia benar-benar tercengang dengan keadaan di alam hewan spiritual Antartika. Fatta bahkan menatap Rama yang terlihat sangat marah, wajah yang biasanya tenang dan ramah itu kini mendadak berubah. Baru kali ini Fatta melihat Rama marah besar. "Paman Asok!!" teriak Lilia, Rama dan Fatta langsung menghampiri Lilia dan Baxia yang sedang berada di dekat Asok. Tubuh Asok terluka karena serangan dari Siblis, "Wush!! Siiiiing!! Plash!!" Rama dengan cepat memadamkan api hitam di tubuh Asok. Kemudian dengan cepat pula memberi Asok, Elixir Healing Potion. Perlahan tubuh Asok menyembuhkan dirinya. Luka luar dan luka dalam mulai menutup. "Hhhnnngggg... Hhhnnnnggg...!!" Asok bernapas dengan tenang. Ia membuka matanya dan menatap sekelilingnya, ada Lilia dan Baxia, serta Rama dan Fatta. Asok tersenyum tipis, "kalian datang, maaf aku tidak bisa melindungi Keris Suci itu Rama!!" kata Asok. Rama menggeleng pelan, "tidak apa-apa, itu bukan tanggung jawa
Rama murung, ia tau tak ada yang abadi di dunia ini, semuanya telah memiliki takdir yang tertulis. "Apa aku bisa menyelamatkan alam manusia?" tanya Rama dengan harapan Ular Naga raksasa akan memberikan jawaban sesuai yang ia inginkan. "Aku tidak tau, Rama terkadang apa yang menurut kita baik, bisa jadi hal buruk bagi kita dan apa yang menurut kita tidak baik, bisa jadi itulah yang terbaik untuk kita, kau tak pernah tau apa yang menunggu di depan sana, kau hanya perlu berusaha, untuk hasilnya tidak perlu kau pikirkan, setiap orang pasti akan pergi dari alam ini..." Ular Naga raksasa menatap langit dengan tatapan bijak. Ia kemudian kembali menatap Rama. "Ingatlah, jangan menyimpan beban di hatimu, terkadang kau tidak bisa menyelamatkan semua orang, meskipun kau mau,"***Rama terbangun dari tidurnya, ia menatap ke sekitar dan mendapati dirinya sedang berada di rumah keluarganya di desa Mekarsari. "Rama kau sudah bangun?" tanya Jaya, abangnya itu dengan cepat menyiapkan teh hangat unt