Lama sekali mereka berdua hanya saling berpandangan, lalu Reo berujar."Aku tahu kamu ingin aku menerima penghargaan tersebut, mengira bahwa kehormatan ini adalah milikku, tapi kenyataannya aku nggak terlalu peduli soal itu. Selama pasien menggunakan obat yang aku kembangkan, itu sudah cukup buatku.""Tapi ...."Lilia ingin mengatakan sesuatu, tapi Reo menyelanya sambil tersenyum, "Apa kamu percaya? Aku memiliki bakat hebat dalam mengembangkan obat-obatan. Bahkan kalaupun aku nggak memenangkan penghargaan kali ini, aku pasti akan mendapatkannya lain kali. Yang penting aku nggak menyerah belajar tentang kedokteran ...."Sinar matahari sore pun menembus masuk ke ruang konferensi melalui jendela kaca, menyebabkan tubuh Reo seolah bersinar menyilaukan.Lilia balas mengangguk dengan bangga, "Aku yakin kamu memang bisa, tapi reputasimu ...."Reo menyadari sorot tatapan Lilia yang menyesal. "Yang penting kamu percaya padaku. Reputasi itu cuma apa kata orang, sama sekali nggak penting buatku."
Setelah menangani masalah tersebut, Jihan pun ditelepon ke rumah sakit oleh orang tua Jefri.Orang tua Jefri sudah berusaha untuk mendamaikan masalah Jefri yang menabrak Jodie sampai tulang Jodie patah.Namun, Jodie benar-benar keras kepala. Tidak peduli negosiasi seperti apa yang ditawarkan, Jodie bersikeras mengatakan bahwa pokoknya Jefri harus dipenjara.Ketika Jihan dan yang lainnya bergegas ke kamar rawat Jodie, pria itu sedang duduk bersila di atas ranjang rumah sakit sambil bermain kartu dengan Zeno, Cessa dan Jordan...Begitu melihat Jihan, Zeno pun bangkit berdiri dan menyapa pria itu dengan hormat. Jodie bersandar di ranjang rumah sakit sambil mengangkat dagunya tinggi-tinggi."Zeno, apa hari ini angin barat laut bertiup? Coba lihat atasanmu yang tampak memesona itu ...."Zeno mengabaikan sindiran Jodie, dia berpura-pura cuek dan menggaruk bagian belakang kepalanya."Oh, ya? Kok aku nggak ngerasa? Coba buka jendela dulu ...."Zeno pun hendak melakukannya, tapi Jodie memelotot
Semua orang sontak terdiam dan kompak menatap Jodie di tempat tidur.Menyukai wanita yang sudah menikah bukanlah suatu tindakan yang mulia.Jantung Jodie sontak berhenti berdetak selama sepersekian detik, tapi itu hanya sesaat dan dia segera menyembunyikan perasaan bersalahnya."Aku nggak buta."Dia menatap Jihan dengan ekspresi menghina seolah-olah Wina adalah makhluk rendahan.Jihan menatap tajam ke arah Jodie. Dia mencoba melihat emosi Jodie yang sesungguhnya, tapi yang terlihat hanyalah kesan menghina dan jijik."Terus, kenapa kamu meminta dia mengurusimu?"Jodie dengan tenang menjawab dengan tangan terlipat di depan dada dan mengangkat dagunya."Keluarga kakekku berutang budi pada ibunya. Aku merasa bersalah dengan sikap tetua di keluargaku, jadi aku memintanya mengurusiku supaya aku bisa lebih dekat dengannya dan memberikan kompensasi kepadanya."Jodie pun melirik Jihan. Entah apa yang berniat dia sembunyikan, yang jelas dia tidak ingin memicu amarah Jihan."Ibunya memang ternyat
Saat ini, Jihan sedang sibuk bekerja di Grup Lionel sehingga hanya Wina yang ada di rumah.Wina sedang sibuk mendesain saat Paman Rudi memberitahunya bahwa orang tua Jefri ada di sini. Wina pun segera meletakkan penanya.Dia bangkit berdiri dan berjalan menuju ruang tamu di lantai bawah sambil terus bertanya-tanya kenapa orang tua Jefri yang selama ini tidak pernah berkontak dengannya mendadak datang menemuinya.Sisilia berasal dari keluarga baik-baik dan terpandang. Dia juga sangat cantik dan memancarkan aura seorang wanita sejati. Meskipun dia sedikit lebih tua, dia tetap anggun, elegan dan terlihat cerdas. Ucapannya juga sangat lembut dan berkelas, benar-benar menunjukkan jati diri seorang wanita dari keluarga kaya.Dia tersenyum menatap Wina, juga memuji kecantikan dan gaya berpakaian Wina yang bagus. Dia juga mengatakan bahwa desain interior di Bundaran Blue Bay tidak ada bandingannya bahkan dengan desainer terkenal internasional, lalu meminta Wina mendesain renovasi rumah adiknya
Wina dan Aulia sontak tertegun.Jodie menyadari kehadiran mereka dan menengadah. Begitu melihat mereka berdua menatap bagian bawah tubuhnya dengan linglung, dia pun refleks menunduk.Saat ini, Desta masih kesulitan menarik ritsletingnya."Tuan Muda, mulai sekarang pakai baju rumah sakit saja untuk hal semacam ini. Ritsletingnya macet, kita jadi sama-sama repot ...."Kita jadi sama-sama repot ....Wina dan Aulia sontak saling berpandangan.Ternyata alasan Jodie tidak pernah jatuh cinta atau menikah ketika usianya sudah sematang ini adalah karena orientasi seksualnya yang bias terhadap Desta ....Jodie merasa ada yang aneh dengan sorot tatapan Wina dan Aulia, jadi dia memelototi mereka. "Apa-apaan tatapan kalian itu?"Aulia tersenyum dalam diam, lalu menarik Wina dan berbalik badan berjalan pergi. "Maaf sudah mengganggu, silakan lanjutkan ....""Tunggu!"Jodie menendang Desta menjauh, lalu mengejar mereka berdua dan berdiri mengadang.Dia menunjuk tangan kanannya yang digips, lalu ke rit
Jodie mengepalkan tangannya dan menggertakkan gigi untuk menahan amarahnya."Kenapa semua orang terus mencariku demi Jefri? Ngeselin banget.""Bukannya kamu bilang akan memaafkan Jefri selama aku mengurusimu?"Ekspresi kesal Jodie langsung perlahan-lahan mereda."Kamu setuju mau mengurusiku?"Belum sempat Wina menyahut, Aulia menarik lengan bajunya."Kak Wina, Kakak nggak usah mengorbankan dirimu demi kakakku kok.""Tenang saja."Wina menepuk-nepuk punggung tangan Aulia untuk menenangkannya."Ibumu berasal dari Keluarga Dinsa, ibuku juga tumbuh besar di Keluarga Dinsa. Apa pun hubungan darah kita, tetap saja status kita sepupuan. Kamu juga mengira kita sepupuan, jadi aku bersedia memanggilmu kakak sepupu. Itu berarti wajar-wajar saja aku mengurus kakak sepupuku. Tapi ...."Wina berhenti bicara, lalu mengangkat alisnya dan tersenyum."Aku adalah adik sepupumu, sementara Jefri adalah adik laki-lakiku, jadi pernikahanku dengan Jihan membuat kalian jadi bersaudara. Boleh nggak Tuan Muda Jo
Setelah Jodie memelototi Desta, dia memalingkan pandangannya dan menggerak-gerakkan jarinya ke arah Wina. "Sini."Wina terdiam sesaat, lalu berjalan menghampiri Jodie.Jodie mengetuk plester di tangan kanannya dengan tangan kirinya. "Aku sudah nggak tahan lagi, tolong garukin kulit di sampingnya."Rasanya Wina ingin mencekik Jodie. "Bukannya tadi kamu menyuruhku menjauh?"Jodie kembali terdiam sesaat. "Itu tadi, sekarang aku ingin kamu mengurusiku. Mana bisa kamu jauh-jauh?"Ternyata Wina memang hanya bermodalkan tampang, aslinya dia agak bodoh. Penilaian Jihan buruk juga.Wina tidak peduli dengan apa yang dipikirkan Jodie, tapi dia bisa melihat kesan menghina yang jelas di mata pria itu.Aulia juga menyadari hal ini. Dia jadi bertanya-tanya apa mungkin Jodie tertarik pada kakak ipar keduanya.Namun, kalau dipikir-pikir lagi, mungkin Jodie sengaja memperlakukan kakak ipar keduanya seperti ini untuk mempermalukan kakak keduanya.Selain itu, masih belum jelas Jodie menyukai laki-laki ata
Wina dan Aulia bergosip tentang orientasi seksual Jodie, lalu pulang.Begitu pulang, Aulia langsung menjelaskan kepada orang tuanya.Untuk mengungkapkan rasa terima kasihnya, Sisilia sengaja membawakan hadiah ke Bundaran Blue Bay.Wina tidak bisa menolak, jadi dia menerimanya dan menyuruh orang untuk mengirim balik hadiah kepada Sisilia sekeluarga.Berkat masalah ini, hubungan Wina dengan orang tua Jefri pun menjadi lebih dekat.Di sisi lain, Jihan malah merasa agak kesal. Begitu pulang, dia hanya duduk di sofa ruang kerja dalam diam.Karena Jihan sedang tidak bermain-main dengan ponselnya atau membaca dan hanya menatapnya, Wina pun meletakkan penggarisnya."Sayang, kamu kenapa?"Jihan sudah masuk sejak 10 menit yang lalu, tetapi baru sekarang Wina mengacuhkannya.Hati Jihan terasa sakit. Dia pun meletakkan salah satu kakinya yang jenjang ke atas lututnya yang lain."Menurutmu?"Jihan mengenakan setelan formal dengan kaki bersilang dan punggung bersandar di sofa.Wina memegang dagunya