Manajer itu berbalik dan bertanya pada Kayla sambil tersenyum, "Apakah benar seperti yang dikatakan Pak Ronan?"Terlihat jelas bahwa manajer itu tidak ingin mengecek kamera pengawas. Orang-orang yang datang ke Vetro berstatus tinggi dan sangat menghargai privasi. Mereka tidak ingin segala jenis ucapan dan tindakan mereka diketahui."Nggak, dia melecehkanku dan melukai temanku. Kalau kamu nggak percaya, tanyakan pada karyawanmu."Manajer itu melirik kedua pelayan di samping. Melihat mereka mengangguk, dia pun mengetahui kebenaran masalah ini.Namun, dia juga menangani orang berdasarkan status sosial. Dia belum pernah melihat Kayla sebelumnya. Dia pun melihat pakaian Kayla yang sangat biasa dan tidak mengenakan perhiasan berharga. Namun, dia mengenal Ronan. Meskipun Ronan salah, berpihak pada yang berkuasa lebih baik daripada berpihak pada rakyat biasa. Jadi, dia ingin mengakhiri masalah ini begitu saja."Nona, saya lihat teman Anda juga nggak terluka, bagaimana kalau kita sudahi saja ma
Kayla yang dicubit oleh Theo pun merasa kesakitan. Dia memalingkan wajah untuk menghindari Theo, tetapi bagaimana bisa dia menandingi tenaga seorang pria?Melihat Kayla terdiam, Theo makin mendekat dan kemarahan di matanya membara. Namun, dia sudah mencoba yang terbaik untuk menahan amarahnya, Kayla tidak mungkin bisa merasakan emosinya lewat tatapannya.Bahkan suaranya sedikit lebih lembut dari biasanya.Dia mendekati Kayla sambil berkata dengan pelan, "Memangnya Ronan itu siapa, kamu harus meminta bantuan dari orang luar? Apa status Nyonya Oliver kurang berguna? Atau kamu enggan untuk menggunakannya?""Theo, cubitanmu sungguh sakit." Kayla masih berusaha melepaskan diri dari cengkeraman Theo, tetapi tidak berhasil. Kulitnya terasa sakit perih karena kapalan kecil di ujung jari Theo, mungkin sekarang dagunya sudah terluka.Kayla mengerutkan keningnya sambil berkata dengan kesal, "Kita akan segera bercerai. Aku meminta bantuan pada siapa, nggak ada urusannya denganmu!""Cerai? Kamu rel
Ruangan itu dipenuhi dengan bau alkohol yang menyengat.Theo menunduk untuk melihat kotoran di kemejanya. Akhirnya, dia menyadari apa yang dikatakan Kayla tadi. Dia berkata, "Theo, aku mau muntah.""Kayla!" Dia menggertakkan giginya sambil meneriakkan kata ini.Keheningan berlangsung selama belasan detik ....Entah karena Theo malas berbasa-basi dengan orang mabuk atau dia tidak tahan terus berada di samping Kayla, dia membuka sebotol air dan memaksa Kayla untuk berkumur, lalu pergi ke kamar mandi dengan ekspresi suram.Sepuluh menit kemudian, Theo keluar dengan handuk yang membungkus badannya. Sedangkan Kayla sudah terbaring meringkuk di tempat tidur dan terlelap.Theo menyeka tetesan air di rambutnya, lalu menyuruh orang mengantarkan pakaian untuknya.Kamar hotel berada di lantai 45 dan dilengkapi dengan jendela panorama yang menghadap ke separuh pemandangan Kota Bapura. Tidak terdengar kebisingan ataupun keramaian, hanya terlihat lampu terang yang indah, seperti lukisan yang damai.
Theo menutup panggilan video, lalu membuka pintu untuk mengambil pakaian yang diantarkan manajer dan melemparkannya pada Kayla.Kayla membawa tas itu ke kamar mandi. Tak lama kemudian, terdengar suara Theo dari luar pintu. "Nanti, Ibu akan menjalani pemeriksaan seluruh tubuh di rumah sakit, ikutlah denganku.""Aku harus bekerja." Dia juga mengkhawatirkan kondisi Evi, tetapi dia baru bekerja sudah sering meminta izin. Hal ini akan berdampak pada citranya. "Kabari aku setelah hasilnya keluar."Theo melihat punggung wanita itu sambil berkata dengan dingin, "Demi pekerjaan bersih-bersih, kamu mengabaikan kesehatan Ibu?"Kayla tidak tertegun dan tidak menjelaskan soal pekerjaannya juga. "Dua hari lagi, aku sudah harus memanggil dengan sebutan bibi."Perkataannya nyata, tetapi terdengar lain di telinga Theo.Kita akan segera bercerai, urusan ibumu tidak ada hubungannya denganku.Akhir-akhir ini, setiap kali mereka bertemu, Kayla terus mengungkit soal perceraian. Pada saat ini, Theo pun menge
Satu kalimat cukup untuk membuat ekspresi Raline berubah drastis. Kebanggaan dan kegembiraan yang dia tunjukkan tadi langsung menghilang, hanya tersisa rasa malu di wajahnya.Dia memahami makna di balik ucapan Kayla. Sebagai istri sekaligus anggota keluarga Theo, mereka tidak butuh dua surat undangan.Raline masih ingin membalas Kayla, tetapi melihat Hardy masih berdiri di samping, dia pun menahan diri.Dia berbalik untuk berpamitan pada Hardy dan tidak lupa menyampaikan tujuannya. "Pak Hardy, tolong bantu aku cari tahu keberadaan Key. Meskipun dia bukan karyawan Bapak, Bapak sangat dihormati di bidang ini. Menemukan ahli restorasi ini pasti bukan hal yang sulit bagi Bapak, asalkan dia bersedia, harga bukanlah masalah."Melihat ekspresi dingin Kayla, Hardy pun mengangguk dengan canggung, lalu mengantar Raline pergi ....Sepulang kerja, begitu keluar dari studio, Kayla melihat mobil Theo sudah terparkir di depan pintu.Bentley khusus dengan pelat nomor publik bukanlah mobil umum di kawa
Tak lama kemudian, obrolan di luar berhenti dan Kayla pun kebingungan.Ketika dia keluar, dia malah melihat Theo sedang berdiri di depan wastafel sambil merokok. Setelah tertegun untuk cukup lama, dia pun berkata, "Kok kamu di sini?"Wajah Theo sangat muram, dia menatap Kayla sambil mengangkat sudut bibirnya. Kemudian, dia berkata dengan nada sinis, "Kamu kecewa melihatku? Lalu kamu berharap siapa yang datang?"Kayla membalikkan matanya sambil berkata, "Ini kamar mandi wanita, siapa yang kuharapkan datang ke sini? Apa otakmu bermasalah?"Dia berjalan mendekat untuk mencuci tangan. Meskipun emosinya sudah lebih tenang, wajahnya masih sangat pucat.Namun, Theo tiba-tiba meraih dagunya dan membalikkan wajahnya dengan paksa. "Hanya sebuah jam, sudah nggak tahan?"Satu kalimat ini sudah menjelaskan semuanya. Theo melakukan ini dengan sengaja.Kayla menatapnya sambil bertanya, "Kamu sengaja?"Theo tersenyum nakal. "Hanya sebuah jam tangan. Kalau nggak ada makna di baliknya, ia hanyalah benda
Kayla ragu-ragu selama beberapa detik dan pada akhirnya dia pun berhenti melangkah.Davin minum agak banyak, terlihat jelas dia sudah mabuk dan pakaiannya pun sedikit berantakan.Suaranya agak serak, dia berkata dengan hati-hati, "Soal kejadian itu ... aku minta maaf."Kayla tertegun sejenak, dia memahami maksud Davin.Tentang rekaman dia melamar Davin ....Saat itu, dia terlilit utang dan sedang mengumpulkan uang. Audio yang terekspos itu langsung mendorongnya ke jalan buntu!Pada saat itu, kata-kata yang paling banyak orang-orang lontarkan padanya adalah ....Karena Nona Kayla begitu terbuka, kenapa tidak tidur dengan beberapa pria lagi. Apa mengumpulkan beberapa ratus miliar sangat sulit?Meskipun tiga tahun sudah berlalu, Kayla masih mengingat kejadian itu dengan jelas. Dia tidak akan bisa melupakan hal itu."Dulu yang dibicarakan adalah pernikahan, tapi sebenarnya hanyalah kesepakatan di antara kita." Ketika Kayla mengucapkan kalimat ini, ekspresinya sangat datar, tetapi bukan kar
"Apa dia tertarik padamu? Sekalipun dia tertarik, dia nggak akan mengencanimu. Di Kota Bapura, mungkin nggak akan ada yang berani menyentuh wanita yang pernah kucampakkan."Mendengar ucapan ini, emosi Kayla pun meluap. Dia berbalik untuk memelototi Theo sambil berkata, "Kalau menurutmu alasan ini membuatmu kehilangan harga diri, aku akan menggantinya. Sang istri merasa mual dan jijik ketika melihatmu. Reaksi ini muncul secara naluriah, nggak bisa menjalani kehidupan suami istri yang normal!""Kayla ...." Mata Theo tiba-tiba dipenuhi dengan amarah, dia menyebutkan nama Kayla sambil menggertakkan giginya.Kayla takut Theo yang sedang marah akan melakukan sesuatu yang keterlaluan lagi, jadi dia segera melembutkan sikapnya. "Apa pun alasannya, cepat atau lambat kita akan bercerai. Menurutmu, apa ada pasangan suami istri seperti kita?"Memikirkan tiga tahun kehidupan pernikahan yang sengsara, senyumannya yang selalu dibalas dengan sikap dingin Theo, makanan yang selalu dibuang ke tong sampa