Sore harinya Dita dan Dika sudah bangun dari tidur siang. Bahkan mereka sudah mandi dan berganti pakaian.Sebab sore ini Riana dan Joe berjanji mengajaknya untuk jalan ke mall, sedangkan David dan Laura memilih untuk tetap berada di rumah.Mengingat pernikahan Joe yang semakin cepat membuatnya harus mempersiapkan segala hal yang dibutuhkan dalam acara tersebut.Meski bukan pernikahan yang meriah karena hubungan keduanya belum direstui oleh Mamanya Riana, tetap saja mereka harus mempersiapkan semuanya secara matang termasuk membeli beberapa style pakaian yang ada di salah satu butik dalam mall tersebut.Riana juga membuat janji pada Merry salon langganan Laura yang kebetulan sore ini sang pemilik salon kecantikan itu sedang berada di cabang salonnya di dalam mall.“Wah kalian sudah cantik dan tampan,” puji Riana pada si kembar yang saat ini berjalan mendekat ke arah mereka.Dita dan Dika menggunakan pakaian yang sama hanya warnanya saja yang berbeda dan ukuran celananya Dita di atas lu
Akhirnya hari yang ditunggu oleh Joe dan Riana pun tiba. Janji suci terucap di sebuah rumah ibadah di dekat perumahan mewah milik mereka, dan sekarang resepsi sederhana sedang berlangsung di rumahnya.Keluarga Riana tak banyak yang hadir, namun adik dan sang papa serta beberapa keluarga besarnya yang menentang perintah Mamanya justru datang memberi doa dan restu.Pesta pernikahan yang jauh dari harapannya di masa lalu, tapi meski sederhana nyatanya Riana tetap merasa bahagia karena Joe berhasil membuatnya jatuh cinta pada pria itu.Pesta hanya berlangsung tiga jam saja dan para tamu undangan mulai meninggalkan rumah mewah itu.Si kembar dengan penampilan nyentriknya mendekati Joe dan Riana dengan membawa kotak berukuran besar di masing-masing tangannya.“Happy wedding Paman, Aunty,” ucap si kembar kompak.“”Terima kasih sayang,” sahut keduanya.“Ini apa?” tanya Joe pada penasaran saat mengambil alih box dari tangan si kembar yang disangkanya berat.“Kado dong, ayo foto dulu,” ajak Dit
Laura mengajak Margareth dan yang lainnya untuk duduk di sebuah meja kosong yang berada di pojok coffee shop tersebut.Dia harus menghilangkan rasa penasarannya tentang segala hal yang terkait dengan Margareth, biar bagaimanapun Laura merasa kalau Margareth sedang menyembunyikan sesuatu darinya.“Jadi kamu bekerja di mana sekarang?” tanya Laura pada Margareth.Tatapan yang mengunci pada mantan pengasuh sang anak, bila dulu ada sematan kata suster setiap kali memanggilnya, namun tidak dengan sekarang sepertinya sang Nyonya Aditama sedang marah.“Saya tidak sedang bekerja,” jawabnya.“Lalu? Kenapa berhenti? Apa karena kamu hamil?” tanya Laura, “pantas saja dulu banyak pelayan yang bertanya-tanya siapa pemilik tespek yang tertinggal di dalam kamar mandi. Ternyata itu punyamu!”Kalimat sarkasme terucap dari mulut Laura. Kali ini David tak menimpali sebab dia sibuk berdoa di dalam hati agar kunjungannya ke rumah Margareth tidak terbongkar.“Maafkan saya Nyonya, Tuan.”Hanya itu kata yang b
“Ryan sejauh mana sudah launching produk baru kita?” tanya David saat sang sekretaris duduk di depan meja kerjanya.Tadi Laura langsung pulang diantar oleh sopir pribadi David, sedangkan sang Ceo masuk ke dalam kantor.“Sudah 96% Tuan. Semua akan berjalan sesuai rencana,” jawab Ryan.David mengangguk paham karena apapun di tangan Ryan tak pernah gagal. “Bagaimana perkembangan Angel?” tanya David.“Ya begitulah Tuan, semoga saja setelah kita bilang tahu kelakuannya dia akan lebih bisa mengontrol diri, tapi walaupun nanti dia tetap menjadi sekretaris anda saya tetap tidak ingin dia yang mengontrol keuangan kantor Tuan.” David sangat paham dilema yang dirasakan Ryan, “kamu tenang saja Ryan, nanti biar Laura yang menangani soal keuangan kantor. Biar dia kontrol dari rumah setidaknya Laura juga punya kesibukan lain. Saya juga tak ingin melibatkan orang lain soal urusan riskan ini, sedangkan saya dan Joe sudah sibuk dengan urusan lain,” jawabnya.Ryan menyetujui ucapan Bosnya. Lalu mereka
Si kembar sedang duduk di meja paling depan khusus tamu VVIP mereka masih menatap takjub hasil iklan yang pernah mereka jalani dulu bersama sang mama.“Mbul, masa kamu sendiri yang terlihat hitam,” ejek Dika.“Berani ya kamu ngatain aku hitam!” Dita tak terima bila saudara kembarnya selalu membandingkan warna kulit mereka. Dika terkekeh.“Kok kerjamu menolak kenyataan sih?” hinanya lagi.Plak“Aduh Mbul sakit tahu!”Dika meringis sambil mengusap pahanya yang dipukul keras oleh Dita. Niat mengadu pada sang mama tapi Mamanya masih menyapa tamu bersama sang papa.“Ribut sekali lagi, Papa Alex akan bawa kalian pulang!” ancam Alex tanpa menoleh ke arah si kembar. Dia tahu sang papa angkat tak pernah main-main dengan perkataannya, jadi Dita dan Dika seketika diam dan memilih fokus pada layar besar di depan mereka.Lima menit kemudian MC pun mulai mengambil alih acara malam itu. David dan Laura diminta untuk maju ke depan podium memberikan sambutannya.David kembali menggendeng tangan sang
Setelah lelah berkeliling mereka pun kembali ke rumah dan segera membersihkan diri.Mereka masuk ke dalam kamar masing-masing. Hari ini David ingin berbicara pada Laura kalau dirinya sudah sepakat untuk menambah sekretaris satu lagi dengan alasan agar Angel tidak kewalahan di kantor, dia juga ingin membatasi jarak dengan wanita itu.“Mau ngomong apa sih sayang kok kayaknya serius banget?” Laura yang sudah wangi kini memilih duduk di sofa tepat di samping sang suami yang saat ini sedang menonton berita mengenai bisnis di dunia.David meminta sang istri untuk mendekat ke arahnya.“Aku dan yang lainnya sepakat untuk menambah satu karyawan lagi sebagai pengganti Ryan, sayang. Soalnya Angel sedikit kewalahan dan juga aku sedikit risih kalau terlalu Intens berkomunikasi dengannya, takut dia malah berpikir yang tidak-tidak mengingat apa yang pernah terjadi dulu,” ucap David membuka percakapan mereka.Laura memang sudah berkenalan dengan Bonita hanya saja dia belum tahu pasti apa tugas wanit
“Suster, Bu. Ayo masuk,” ucap Laura.Joe memilih pergi ke ruang keluarga menemui David, hatinya semakin gelisah setiap kali bertemu dengan Margareth. Joe sejak belia sudah terbiasa hidup bebas, dan tidur dengan banyak wanita. Tapi entah kenapa justru dengan mantan pengasuh si kembar dia menyimpan sesuatu yang tak bisa dia ceritakan pada orang lain.Sebab dirinya sendiri saja tak memahami apa yang dirasakannya.Laura meminta pelayan membawakan camilan ke ruang keluarga juga teh hangat untuk si kembar, Joe dan sang suami.Dia memilih duduk di di ruang tamu bersama Margareth dan Ibunya. Riana pun ikut mengekor di belakang Laura.Istri Joe tersebut sedikit terkejut saat melihat mantan pengasuh si kembar yang perutnya semakin membesar, kalau Riana tidak salah tebak kehamilan wanita ini lebih besar dari usia kehamilannya.“Jadi waktu kita bertemu di rumah sakit kamu sedang hamil sus?” tanya Riana.“Benar Bu,” jawabnya lirih.Hatinya berdenyut ngilu meratapi keadaan dirinya yang kurang beru
Saat David berenang kedua anaknya tiduran di kursi malas persis di sebelah kanan dan Kiri sang mama. Meski hanya berenang di rumah saja, lebih tepatnya berendam karena Dita dan Dika belum bisa berenang mereka tetap menggunakan perlengkapan dan peralatan renang.Sinar mentari mulai memperlihatkan keindahannya dan si kembar berbaring sambil menatap langit namun mereka sudah memakai kaca mata hitam.“Apa Mama tega pergi ke salon sendirian, kami juga ingin pergi ke salon sama Mama. Kita sudah berpisah dalam waktu yang cukup lama saat kami pergi ke sekolah, masa setelah di rumah Mama mau nurutin Papa dengan meninggalkan kedua anaknya di rumah.”Jurus maut mulai dioperasikan oleh Dita. Wajahnya sangat datar saat bicara begitu bahkan mungkin sang papa tidak yakin kalau anaknya mulai membujuk sang mama karena tatapan keduanya lurus ke depan ke arah kolam renang.“Kalau kami jadi Mama sih tidak akan tega ya ninggalin dua anaknya di rumah sendirian. Katanya Harta, Tahta Dita dan Dika. Mana buk