Share

Cemburu

Satu minggu berada di Paris, Alexa sudah memiliki banyak teman. Apalagi saat mulai masuk kampus, ia sudah memiliki teman dekat bernama Salma. Di mana ada Salma di sana pasti ada Alexa. Mereka kompak, ke mana-mana selalu bersama.

"Serius benar baca novelnya," goda Salma.

"Hm, ini novel keren abis, Sal. Perjuangan seorang lelaki dalam mengejar cintanya, benar-benar luar biasa!"

"Nanti aku baca deh! Xa, kamu serius tidak suka sama Dion?"

Alexa menggeleng singkat. "Kami memang dekat, tetapi hanya sekedar berteman saja kok!"

"Kalau misalnya Dion suka sama kamu?"

"Untuk saat ini aku sedang tidak ingin menjalin hubungan dengan siapa pun, Sal."

"Sayang banget, Xa. Padahal Dion itu cogan lho di kampus ini. Banyak mahasiswi yang berlomba untuk menarik perhatiannya!"

"Aku tidak minat! Kamu tahu sendiri, kalau sekarang ini aku sedang fokus kuliah. Supaya nanti bisa mewujudkan impianku untuk menjadi seorang penulis ternama!"

"Impian sih impian, tapi kamu juga membutuhkan sosok lelaki untuk melindungimu di kota ini."

Alexa bergeming. Bukan teringat pada sosok Dion. Melainkan pada sosok Alvano, yang kini telah resmi menjadi suaminya. Pernikahan dengan Alvano hanya mengganti statusnya saja. Namun, setidaknya ia harus tetap berterima kasih pada lelaki itu. Berkat Alvano ia bisa masuk universitas di kota impiannya.

Seketika Alexa teringat dengan ucapan Alvano. Lelaki itu menyuruhnya untuk mencari calon suami yang siap menikahinya. Apakah ia harus mulai membuka hati untuk lelaki?

Selama ini ia tidak percaya cinta, karena baginya cinta itu hanya sebuah goresan luka yang penuh derita. Namun, mendengar perkataan Salma, dan juga mengingat ucapan terakhir Alvano membuatnya kembali berpikir. Tidak mungkin selamanya ia hidup sendiri tanpa pendamping.

Bagaimana dengan Alvano? Berdosakah ia bila nanti menjalin hubungan dengan lelaki lain? Walaupun mereka tidak saling mencintai dan masing-masing berkomitmen untuk mencari pasangan terbaik, tetapi di mata agama mereka sah sebagai suami istri.

Alexa menggeleng singkat, untuk apa memikirkan hubungan yang masing-masing tidak menginginkannya. Bukankah itu hanya akan menyiksa diri mereka sendiri?

Salma menyikut lengan Alexa, lalu berbisik lirih. "Cie, pangeran hati datang tuh!"

Alexa langsung melihat ke arah yang ditunjuk sahabatnya. Tampak jelas Dion tengah berjalan ke arahnya. Senyumnya tak henti ia lemparkan pada setiap mahasiswa dan mahasiswi yang berpapasan dengannya.

Alexa tidak bisa membohongi hatinya sendiri. Senyum Dion mengalihkan dunianya. Walaupun ketampanannya masih kalah bila dibandingkan dengan Alvano, tetapi Dion memiliki nilai plus di mata Alexa.

"Hai!" sapa Dion.

"Hai juga Dion," balas Salma.

Dion duduk di samping Alexa, tiba-tiba merebut novel yang sedang dibacanya.

"Simpan dulu novelnya. Mata kamu itu membutuhkan istirahat juga. Aku membawakan roti untukmu. Makanlah!"

Alexa berdecak kesal. "Aku belum lapar, Kak Dion!"

"Kalau begitu aku akan menyuapimu!"

"Cie, romantis banget sih kalian. Jadi pengen ...."

"Pengen ditimpuk!" ucap Dion, seraya terkekeh.

"Ih, Kak Dion. Pada Alexa saja kamu itu bersikap manis, padaku kasar banget."

"Alexa itu beda, spesial!" jawab Dion seraya melirik singkat pada Alexa.

"Daripada jadi obat nyamuk, mending aku masuk kelas!" ucap Salma seraya berlalu dari hadapan Alexa dan Dion.

"Aku ikut, Sal!" teriak Alexa. Namun, cekalan tangan Dion membuat Alexa duduk kembali.

"Makan dulu rotinya, baru boleh masuk kelas!" ujar Dion.

"Aku sedang tidak lapar, Kak Dion."

"Sedikit saja, setidaknya untuk mengganjal perutmu siang ini. Mungkin kamu tidak lapar, tetapi perutmu pasti meminta untuk diisi. Aku tidak mau kamu sakit."

Dion menyuapkan roti pada Alexa. Dengan sedikit malas, Alexa membuka mulutnya. Ia tak bisa membohongi hatinya sendiri. Ada debaran dalam dada yang sulit ia hilangkan setiap kali mendapatkan perhatian manis dari Dion.

Tanpa mereka sadari ada sepasang mata yang tengah memotret kebersamaan mereka. Lelaki itu tersenyum, hari ini ia berhasil mendapatkan foto Alexa sedang bersama lelaki lain. Setidaknya ia akan menunjukkan foto itu untuk memanas-manasi hati tuannya.

****

Alvano melempar beberapa lembar foto yang baru saja ia dapat dari salah satu anak buahnya. Foto kebersamaan Alexa bersama lelaki lain.

Lelaki itu mengusap gusar wajahnya. Mengapa akhir- akhir ini ia selalu saja terbawa emosi saat mendengar informasi tentang sang istri. Tidak mungkin secepat ini cinta di hatinya tumbuh untuk gadis itu.

Alvano menatap ke luar jendela kamar. Kedua tangannya ia masukkan ke dalam saku celana. Pikirannya kacau tak menentu, mengingat kedekatan Alexa dengan pria lain.

"Remon, sekarang ada di mana gadis itu?"

"Dia masih di kampus, Tuan!"

"Bagus, siapkan mobil! Mulai hari ini aku sendiri yang akan langsung mengawasinya."

Remon tersenyum, tampak jelas ada cemburu yang tengah bergejolak hebat di hati tuan mudanya. Setidaknya lelaki itu sudah mulai bisa move on dari mantan kekasih.

"Kenapa kamu senyum-senyum sendiri?"

Remon gelagapan, lalu menggeleng. "Tidak, Tuan! Saya hanya membayangkan saja, bagaimana reaksi Nona Alexa bila tahu Tuan muda ada di sana!"

Alvano berdecak kesal. "Jadi kamu sedang menertawakanku?"

Remon cepat-cepat menggeleng, kalau tidak Alvano akan marah padanya.

"Maaf, Tuan!"

"Siapkan mobil!"

"Baik!"

Setelah Remon keluar dari ruangan kerjanya, Alvano langsung menuju kamar untuk segera mengemasi pakaian yang akan dibawanya. Sebenarnya sudah seminggu ia berada di Paris, hanya saja dia lebih memilih untuk menempati apartemen  yang terpisah dengan Alexa. Lelaki itu hanya ingin memantau gadis itu dari jauh, seraya memulihkan rasa sakit di hatinya karena sebuah pengkhianatan.

Celana jeans biru dan kaos putih polos telah menempel di tubuhnya. Ia berdiri di depan cermin, seraya mengembuskan napas kasar.

"Ada apa denganku? Tidak! Aku tidak mungkin satu apartemen dengannya, tapi ...."

Lelaki itu berpikir sejenak, lalu menyeret kopernya keluar dari kamar. Mobil sudah terparkir di depan apartemen, lelaki itu langsung masuk mobil. Setelah itu Remon langsung menjalankan mobilnya dengan perlahan.

Remon menggeleng, lalu tersenyum. "Sepertinya Tuan Muda mulai jatuh hati pada Nona Alexa, tetapi mengapa begitu cepat? Apakah patah hati bisa menyebabkan seseorang dengan cepat jatuh cinta?"

"Diam!"

"Maaf, Tuan. Saya hanya melihat raut kecemasan di wajah Tuan."

Alvano bergeming. Apakah yang diucapkan Remon itu benar, kalau dirinya sedang falling in love pada Alexa? Alvano langsung menggeleng singkat. "Tidak mungkin, seorang Alvano jatuh cinta pada gadis halu seperti dia!"

"Mungkin saja, Tuan. Non Alexa itu kan cantik, pintar, dan ...."

"Sekali lagi membicarakan dan memuji dia, kamu akan saya pecat!"

"Maaf, Tuan!"

"Jangan diulangi lagi!"

"Baik, Tuan!"

Tak lama kemudian, mobil berhenti di depan apartemen yang ditempati Alexa. Alvano menatap apartemen itu dengan pikiran tidak karuan. Antara masuk  atau kembali ke apartemen sebelumnya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status