Demikianlah, maka kedua pendekar tersebut langsung bergerak cepat meloncat tinggi dan terbang melayang meninggalkan tempat tersebut. Mereka tampak takut sekali dengan ancaman yang terlontar dari mulut orang tua tersebut.
Panglima Pandu hanya tersenyum-senyum saja menyaksikan detik-detik larinya dua orang pendekar itu. Sementara itu, orang tua yang sudah membantunya tertawa terkekeh-kekeh melihat sikap dua orang pendekar yang sudah berlalu dari hadapannya. Kemudian, ia berpaling ke arah Panglima Pandu seraya berkata, "Lanjutkan perjalananmu, Anak muda! Kau sudah aman."
Panglima Pandu tersenyum sambil menjura kepada pria berusia senja itu. Kemudian, sang panglima melangkah hendak menghampiri orang tua tersebut. Namun, belum sempat mendekatinya, tiba-tiba saja orang tua itu sudah hilang dari pandangan sang panglima. Entah ke mana perginya.
Orang tua tersebut, pergi tanpa pamit sepatah kata pun. Seakan-akan tidak peduli kepada Panglima Pandu yang hendak menghampirin
Panglima Durga segera meloncat dari atas pelana kudanya, dan segera melangkah mendekati prajurit pemberontak yang gagah berani itu."Maksudmu kita bertarung sebagai seorang kesatria. Satu lawan satu untuk mengadu ilmu?" tanya Panglima Durga sedikit membentak."Benar sekali. Jika kau mau, kau orang yang pertama yang harus bertarung denganku!" jawab pendekar tersebut, tidak sedikitpun merasa gentar menghadapi Panglima Durga yang merupakan seorang pemimpin prajurit kerajaan Genda Yaksa."Baiklah, kita bertarung satu lawan satu. Siapa yang kalah berarti akan mati! Kau setuju?" tanya Panglima Durga."Ya, aku sangat setuju! Majulah!" Pendekar itu menantang sambil memasang kuda-kuda.Para prajurit kerajaan Genda Yaksa dan delapan orang pendekar dari pihak pemberontak saling berpandangan. Mereka tampak antusias menyaksikan detik-detik pertarungan dua orang kesatria itu.Panglima Durga memandang ke sekeliling tempat tersebut. Para pasukan kerajaan su
Keesokan harinya....Panglima Pandu pamit kepada ayahnya untuk berjalan-jalan sejenak menikmati suasana pagi, dan berniat hendak berkeliling desa yang telah lama ia tinggalkan itu."Apa perlu aku temani, Pandu?" timpal Reksa Pati menatap wajah Panglima Pandu."Tidak perlu, Reksa. Kau bantu rama saja untuk merapikan barang-barang yang hendak di bawa ke barak!" jawab Panglima Pandu lirih."Baiklah, kalau memang seperti itu. Tadinya aku mau mengantar kamu ke rumah Sri Widuri.""Besok saja! Sekalian kita ke rumahnya Paman Sogara. Aku mau mengajak Wandalika untuk ikut juga ke istana."Reksa Pati hanya tersenyum sambil menganggukkan kepala. Kemudian, ia bangkit dan langsung masuk ke dalam rumah. Demikian pula dengan Panglima Pandu, ia langsung menghampiri Rabuta dan langsung naik ke atas punggung kudanya itu.Siang itu, Panglima Pandu menyempatkan diri bersantai sejenak di perkebunan milik para penduduk desa yang ada di pinggiran hutan tida
Setibanya di rumah, Panglima Pandu langsung memperkenalkan Jonggara kepada ayahnya dan juga kepada semua yang ada di kediaman tersebut."Ini adalah Jonggara, aku bertemu dengannya di perkebunan yang ada di pinggiran hutan," kata sang panglima mengarah kepada Wira Karma dan Damara yang sedang berada di beranda rumah sederhana itu."Senang bertemu dengan kalian," kata Jonggara merangkapkan kedua telapak tangannya sambil membungkukkan badan di hadapan Wira Karma dan Damara."Silahkan duduk, Ki Sanak!" ucap Wira Karma sambil tersenyum penuh keramahan."Terima kasih, Ki." Jonggara langsung melangkah dan duduk di hadapan Wira Karma dan Damara.Demikianlah, Wira Karma langsung langsung memerintahkan Reksa Pati untuk menjamu tamunya itu. Reksa Pati segera bangkit dan langsung melangkah masuk ke dalam rumah hendak menyiapkan makanan dan minuman untuk Jonggara yang baru tiba itu."Di mana Jalamangkara, Paman?" tanya Panglima Pandu kepada Damara yang t
Setelah itu, gua tersebut kembali hening. Sejenak, Jalamangkara menghentikan langkah, ia tampak kaget ketika melihat sesosok makhluk yang tiba-tiba muncul di hadapannya. Namun, makhluk itu tampak ketakutan saat berpapasan dengan Jalamangkara, dan langsung berlari kencang meninggalkan Jalamangkara.'Apakah makhluk itu merupakan sesosok siluman?' kata Jalamangkara bertanya-tanya dalam hati.Lantas, ia pun kembali melanjutkan langkahnya menyusuri gua tersebut sesuai yang diperintahkan oleh Ki Lembu. Jalamangkara sedikit mempercepat langkahnya hendak mengikuti makhluk yang sudah menampakkan diri di hadapannya.Tidak lama kemudian, Jalamangkara sudah berada di tempat yang dituju. Tampak seorang pria bertubuh kurus terkapar di mulut gua tersebut."Ya, Dewata agung! Siapa orang itu?" desis Jalamangkara.Dengan penuh kewaspadaan, ia langsung melangkah menghampiri orang tersebut."Aku harus memastikan bahwa orang itu masih hidup atau sudah m
Saat itu, Panglima Pandu dan kedua kawannya sudah memasuki hutan yang biasa menjadi tempat Jalamangkara melakukan pencarian bahan obat-obatan. Ia bersama Reksa Pati dan Wandalika melakukan pencarian ke pelosok-pelosok hutan dan bertanya ke setiap penduduk yang tengah beraktivitas mencari kayu di dalam hutan tersebut."Apakah kalian melihat Jalamangkara?" tanya Panglima Pandu kepada seorang penduduk yang ia temui di tengah hutan itu."Ki Jalamangkara yang tinggal bersama rama Panglima?" jawab orang tersebut balas bertanya kepada Panglima Pandu."Benar, Ki," sahut Panglima Pandu."Kami tidak melihat Ki Jalamangkara, Panglima. Sedari pagi kami di hutan ini, dan tidak bertemu dengan siap pun termasuk Ki Jalamangkara."Kemudian, seorang pria paruh baya melangkah menghampiri Panglima Pandu."Mohon maaf, Panglima. Kemarin pagi aku melihatnya, Ki Jalamangkara tengah berada di saung Ki Warka," terang pria paruh baya itu."Tidak ada, Ki. Menuru
Kedua pemuda itu tampak semringah, kemudian langsung memperkenalkan diri mereka kepada Jalamangkara."Perkenalkan, aku Marta dan ini kawanku namanya Jawira. Kami bekerja dengan Ki Adeng pemilik rumah ini sebagai buruh pencari kayu di hutan."Jalamangkara tersenyum lebar, kemudian berkata, "Aku Jalamangkara, aku tinggal di desa sebelah. Senang rasanya bisa berkenalan dengan kalian para pemuda baik.""Ki Sanak tinggal di rumah Ki Wira Karma, 'kan?" sahut Jawira balas bertanya sambil menatap wajah Jalamangkara.Jalamangkara tersenyum lebar. Lalu menjawab pertanyaan dari pemuda tersebut, "Benar sekali. Tapi ... kenapa kau tahu semua tentang aku?" Jalamangkara balas bertanya sambil mengerutkan keningnya.Jawira pun tersenyum dan langsung menjawab lirih pertanyaan dari Jalamangkara, "Kami tahu dari kepala dusun, kebetulan Ki Adeng pun mengenali Ki Wira Karma.""Maksudmu kepala dusun itu Ki Bayu Merta?""Benar, Ki Sanak. Ki Bayu Merta sangat
Setelah berlalunya Marta dan Jawira, para pemuda yang sudah membantu Panglima Pandu dalam melakukan pencarian terhadap Jalamangkara, langsung pamit kepada Wira Karma dan semua yang ada di rumah tersebut."Mohon maaf, Paman. Kami mohon undur diri sekarang, karena kami akan kembali melakukan pekerjaan di ladang," ucap salah seorang di antara keenam pemuda itu."Terima kasih banyak atas kepedulian kalian terhadap Jalamangkara. Kalian adalah para pemuda yang baik yang sudah rela mengorbankan waktu kalian demi membantu kami, semoga cita-cita yang kalian impikan segera terwujud," kata Wira Karma tersenyum lebar."Iya, Paman. Terima kasih atas doanya."Para pemuda itu menjura kepada Wira Karma, kemudian langsung pamit dan berlalu dari rumah tersebut.Sementara itu, Wandalika dan Reksa Pati, langsung melakukan perbincangan dengan Panglima Pandu di beranda rumah tersebut. Ada banyak hal yang disampaikan oleh Panglima Pandu kepada kedua sahabatnya itu, terut
Di tengah gentingnya wilayah perbatasan dengan berbagai teror yang dilakukan oleh para pemberontak.Hari itu, Patih Rangga Dipta dikejutkan oleh kabar hilangnya ratusan senjata yang tersimpan di dalam gudang persenjataan. Diduga kuat, senjata-senjata tersebut telah raib dicuri orang dari kelompok pemberontak pada malam hari ketika para prajurit penjaga tengah dalam keadaan lengah."Kalian harus bertanggung jawab atas hilangnya persenjataan tersebut. Cari pelakunya dan segera masukkan ke dalam penjara! Aku yakin, para pelakunya masih berkeliaran di desa-desa yang ada di wilayah kepatihan ini!" tegas sang patih berkata di hadapan para prajurit seniornya."Baik, Gusti Patih. Kami akan segera melakukan penyelidikan terkait kasus ini, dan kami pun bersedia untuk bertanggung jawab sepenuhnya!" tegas salah seorang prajurit senior yang dipercaya sebagai pemimpin para prajurit penjaga gudang persenjataan tersebut.Setelah itu, Patih Rangga Dipta langsung memerinta