Tok..tok..tok
Pintu kembali diketuk oleh manusia Yang sangat malas Ara lihat. Ia tidak tahu mimpi apa dirinya semalam sampai bisa menerima nasib kurang bagus pagi ini.
"Ara." Panggil Ardan dari luar dengan begitu lembut.
Setelah malam itu ia tak pernah lagi mendengar suara Ardan bahkan ia lupa bagaimana suara Ardan yang selalu menenangkan dirinya dalam tangis.
"Ara, please bicaralah. Aku tahu kau ada di dalam."
Ara diam, ia masih menatap kosong ke arah pintu itu. Bahkan untuk membuka mulut saja rasanya begitu susah. Apakah sebegitu benci nya dirinya terhadap Ardan?
"Ara beri aku kesempatan untuk menjelaskan semuanya Ra." Ucap Ardan lagi di balik pintu itu sambil mengetuk pintu kamar Ara.
Dengan langkah gontai Ara melangkah mengambil baju di lemari dan kemudian langsung melangkah menuju kamar mandi miliknya. Sepertinya ia butuh menenangkan
Lepas." Ucap Ara sambil mengeluarkan dirinya dari pelukan Ardan.Ardan menganga tak menyangka bahwa Ara bisa melakukan itu kepada nya. Sejak tadi ia berharap bahwa Ara akan kemabli menjadi adik bungsu nya seperti dulu lagi. Namun entah kenapa rasanya sulit sekali untuk menghara hak itu untuk terjadi mengingat tujuh tahun berlalu tak pernah ada sapaan ataupun komunikasi antara mereka berdua"Jangan sentuh aku lagi. Tolong, tetaplah pada batasanmu."Ardan terdiam cukup lama akibat ucapan Ara barusan. Namun setelah ia bisa menguasai dirinya ia berdehem sebelum untuk mencair kan suasana.Matanya menyapu sekeliling kamar Ara dan berhenti di sebuah bingkai foto. Bibirnya mengembangkan senyuman yang entah mau dikatakan apa
"Hai nona Pelacur." Sapa orang itu sambil mengembangkan senyumnya.Ara terdiam, ditatap nya laki-laki yang berada di hadapan itu."Kamu lagi!" Ucap Ara yang sedikitpun tidak membuat senyum di wajah laki-laki itu luntur."Mau ngapain kamu kesini? Aku rasa telinga mu sedang tidak bermasalah hingga perkataan ku tadi pagi pasti bisa kamu dengar dengan baik bukan?" Lanjut Ara."Apa pembantu mu tadi tidak mengatakan siapa yang datang padamu hm?"Dengan polosnya Ara mengangguk, "Pacar katanya."Tian mengangguk, "Nah itu kamu sudah tahu. Jadi ceritanya itu sekarang pacar kamu ini mau ngajak kamu maka
Ardan terdiam di dalam kamarnya, pikirannya menerawang saat melihat Tian dan Ara bersama tadi. Entahlah ia merasa seperti sesuatu yang buruk akan segera terjadi pada adik bungsunya itu."Bagaimana bisa Ara mengenal Tian? Ah, laki-laki itu juga seperti kurang puas dengan kejadian yang pernah terjadi?" Tidak! Ia tidak akan ingin membuat nasib adiknya itu sama seperti Kirana. Cukup Kirana jangan Ara.Sepertinya kepulangan nya itu merupakan hal yang benar. Tidak masalah jika Ara belum bisa menerima nya yang jelas ia akan terus memantau apa saja yang dilakukan Ara mulai sekarang. Ia harus bergerak cepat sebelum semuanya kembali sia-sia lagi.Matanya beralih menatap foto tujuh tahun yang lalu saat masih ada Kirana diantara mereka. Rasanya hari itu merupakan hari yang paling membahagiakan di dunia. Sungguh, ia begitu merindukan hari itu lagi.Andai waktu bisa diulang sebentar saja, ia ingin kembali me
Ardan membuka pintu kamarnya saat sejak tadi ia mendengar Ara tak henti-hentinya mengedor pintu kamarnya."Kenapa?" Tanya Ardan saat melihat Ara yang sudah begitu rapi dan pakaiannya juga sedikit terbuka dan begitu ketat menampakkan bentuk tubuhnya itu."Pinjam mobil." Jawab Ara dengan begitu sinis."Untuk apa?""Mau pergi.""Kemana?""Pergilah pokoknya.""Ya kemana dulu.""Pergi yang jauh.""Ya udah gue antar ya." Jawab Ardan akhirnyaMendengar itu Ara langsung terbelalak, "No!" Pekik Ara kuat. Tak akan ia biarkan Ardan mengantar nya.Melihat itu Ardan langsung menaikkan alisnya, ia menangkap sesuatu yang aneh pada diri Ara."Why?""Aku dan kamu tidak dekat jadi berhentilah untuk peduli tentangku. Aku tidak membut
Ara membawa langkah kakinya ke sebuah club malam dimana ia dan Tian kemarin. Hati nya benar-benar kesal dengan sikap Ardan tadi. Dia pikir dirinya siapa bisa mengatur-ngatur hidupnya seperti itu!Wajah kesal itu tak pudar sedikitpun sampai ia masuk ke dalam club malam yang langsung disambut Dengan berisik nya bunyi DJ yang merusak gendang telinga. Di beberapa tempat juga banyak sekali orang yang sedang bertukar oksigen dibawa redupnya lampu itu.Dirinya benar-benar sedang malas hari ini, moodnya hancur karena Ardan tadi. Entahlah, dirinya juga tidak tahu apa alasan dari kepulangan Ardan itu.Tapi apapun alasannya itu Tiara tidak peduli. Ia sudah malas dengan Ardan. Laki-laki yang sangat ia cinta dulu itu mengapa harus menjelma menjadi orang pertama yang menyakitinya tujuh tahun yang lalu hingga saat ini.Masih segar di ingatan nya itu bagaimana Ardan begitu menyayangi Dirinya dan juga Karina si kemba
"Akhirnya kamu datang juga." Ucap seseorang yang langsung menyadarkan Ara dari lamunannya tentang kedua kakak kembarnya itu.Ara menoleh ke arah sumber suara, di sana sudah ada Tian yang sedang tersenyum melihat nya."Hai nona pelacur, kita bertemu lagi." Sapa Tian.Ara mengalihkan pandangannya ke arah lain, entah kenapa hari ini ia begitu sial bertemu dengan Tian berkali-kali serta sang kakak yang menyebalkan."Apa mau mu tuan?" Tanya Ara sinis.Mendengar nada bicara sinis Ara, Tian terkekeh."Hei, tidakkah kau harus belajar ramah tamah dulu sebelum menjadi seorang pelacur itu hm?""Oh ya? Mungkin aku akan ramah tamah nya nanti saat benar-benar menemukan orang yang ingin membeli ku." Jawab Ara yang kembali mengundang tawa dari Tian."Ahahha, seseorang yang ingin membelimu? Kau bercanda nona?""Ak
Ara pulang ke kostnya pukul dua dini hari. Ia sangat malas untuk pulang kerumah besar itu. Malas untuk berdebat dengan Ardan yang entah kenapa terlalu begitu posesif sekarang kepada nya.Tapi tunggu dulu, posesif? Ah iya, ia lupa jika laki-laki yang Pernah ia taruh harapan untuk dinikahi itu memang begitu posesif kepada dirinya dan juga Karina.Masih ingat dengan jelas bagaimana ia begitu menyayangi dan menjaga dirinya dan juga Karina dengan begitu penuh sayang.Tapi itu dulu, dulu sekali sebelum kejadian tujuh tahun itu membuat semuanya menjadi berubah. Tak ada lagi cinta dan sayang yang diperlihatkan oleh Ardan. Tak ada lagi sosok yang selalu menajdi sandaran untuk dirinya. Semuanya benar-benar berubah setelah kejadian Kematian Karina waktu itu.Dan hidupnya juga berubah seratus delapan puluh derajat dari sebelumnya. Orang tuanya yang begitu menutup rapat tentang pembunuhan ini serta polisi yang la
Karena di matikan secara sepihak oleh Ara diseberang sana membuat Ardan benar-benar geram dengan tingkah sang adik nya itu. Ia benar-benar tidak bisa Langi mengenali sosok adik yang pernah berniat untuk menikahi nya saat dewasa.Bagaimana mungkin waktu tujuh tahun mengubah semuanya saat ini? Ia sudah kehilangan satu adiknya dan saat ini hanya Ara yang tersisa. Tak akan ia sia-sia kan waktu kembali terbuang begitu saja.Sudah terlalu banyak waktu terbuang selama tujuh tahun dan sekarang dirinya akan benar-benar memanfaatkan waktu ya ada ini. Mengantikan waktu yang telah terbuang itu."Tidak Ra, tidak! Kamu tidak bisa seperti ini padaku. Sudah terlalu banyak waktu kita terbuang karena perihal Karina itu. Tolong jangan membenciku seperti itu, bahkan aku sebenarnya tidak ingin s