"Kamu sudah pulang? Kenapa cepat sekali?" tanya Mama begitu melihat aku sudah berdiri di hadapannya."Ma, apa setelah aku pulang ke rumah mama akan mengajakku pergi ke supermarket?"Mama memandangku sebentar, "kan tadi pagi mama sudah bilang, akan mengajak kamu ke supermarket. Apa kamu lupa?""Apa hari ini akan hujan, dan kita terjebak hujan di supermarket hingga malam?"Walaupun pertanyaan aku itu agak nyeleneh, tapi mama tetap menjawabnya dengan santai."Kemungkinan iya, karena sekarang sedang musim hujan, kita tidak ada yang tahu langit Jakarta seperti apa."Tuh kan semua ucapan dia sama persis dengan mimpiku 14 tahun lalu. Tidak, bukan itu maksudnya, mimpiku tadi malam dan kejadian ini sama persis dengan 14 tahun yang lalu. Bukan begitu, maksudku, aku sekarang berada di umurku yang 14 tahun dan aku sudah melihat nasibku di masa mendatang. Tuhan apakah aku bisa merubahnya aku mohon aku tidak ingin berpisah dengan orang tuaku."Mama sebaiknya kita tidak usah pergi hari ini, aku moho
Sudah kuduga, mungkin itulah para penyusup yang datang ke rumah. Begitu orang-orang dari mobil turun, aku bisa mengingat wajah orang yang paling tua di sana, itu berarti yang bernama Vincent, orang yang akan membunuh Mama dan Papa.Apa yang harus aku lakukan, aku tidak mau kejadian itu terulang tetapi jika melihat kita semua ada di rumah ini, mungkin mereka tidak akan memaksa masuk.""Serayu apakah yang kamu maksud para penyusup itu mereka?" tanya Mama mendekati aku yang sedang mengintip di balik jendela Kami berbicara dengan nada yang berbisik, takut ada yang mendengar."Aku tidak tahu mungkin saja iya karena kita tidak mengenal siapa mereka.""coba periksa apakah ada orang di rumah ini atau tidak, kita harus menemukan istri dari Hendra dan juga anaknya, buat mereka sebagai sandera supaya bisa menggertak laki-laki keras kepala itu!""siap bos!"aku dan mama bisa mendengar percakapan mereka dan kita berdua ketakutan berarti mimpiku itu benar kita akan dijadikan sandera untuk menakut-
Aku tidak tahu apa yang Papa dan Jaksa Agam, aduh aku selalu saja memanggilnya Jaksa Agam, padahal saat ini dia adalah seorang pengacara muda. Baiklah aku akan memanggilnya Kakak seperti biasanya.Memang kapan aku bertemu dengan laki-laki itu selain hari ini, tapi bukankah kita seperti sudah mengalami banyak perjalanan jauh hingga Aku menikah denganmu.Aku hanya masuk ke dalam kamar lalu memikirkan tentang sosok Ibu Laura.Jika benar seperti di dalam mimpi maka perempuan itu setelah kehilangan anaknya satu tahun yang lalu, dan saat ini sedang berkabung di kediamannya di Kalimantan Timur. Setelah apa yang terjadi padaku dia datang dan membawaku ke rumahnya.Usiaku baru 14 tahun, mana bisa aku pergi ke sana sendirian aku pasti butuh wali. Bagaimana caranya aku bisa bertemu dengan wanita bernama ibu Laura?Lalu otaku sedikit bekerja. Bagaimana jika aku meminta bantuan kepada orang yang bernama Agam di luar sana, apakah dia akan percaya padaku dan mau membantuku?Kami semua makan malam be
Ketika pulang sekolah aku memungut lagi ponsel yang tadi aku buang. Untung saja masih ada di sana, lalu ku nyalakan ponselnya dan aku menunggu telepon dari laki-laki itu semoga saja dia setuju.Sengaja aku beralasan pada Mama bahwa aku akan pulang terlambat karena ada kerja kelompok hari ini. Memang itu bohong tapi aku harus seperti itu supaya aku bisa mengobrol dengan Kak Agam dengan leluasa.Tak lama, ponsel ini berdering dari nomor yang tidak disimpan."Halo, apakah ini Kak Agam?" Tuhan, aku sangat antusias."Iya ini saya, di mana kita bisa bertemu saya akan membantumu sebisa saya.""Sudah ku duga. Wah terima kasih banyak, aku senang sekali mendengar telepon ini. mari kita bertemu di danau telaga warna sekarang. Aku sudah menunggumu di sini.""Oke tunggu aku sebentar lagi datang."Menunggu hampir kurang lebih 15 menit, Kak Agam sudah datang di danau yang aku sebutkan tadi malam. Mungkin karena gelap dan aku juga sedang capek, aku tidak terlalu memperhatikan wajahnya, tetapi jika se
Aku segera berlari masuk ke dalam rumah mencari Mama untuk meminta penjelasan ini semua."Mama apa ini, kenapa orang-orang memindahkan kardus dari rumah kita? Kita mau pindah?" tanyaku sangat serius pada Mama. Pasalnya, barang-barang itu dibungkus rapi dengan beberapa lapis kain, dan beberapa tumpuk koper juga tersedia di sana."Kamu sudah pulang sekolah?"Mama membawa aku ke ruangan yang lebih sepi dari orang-orang. "Mama dan Papa sudah sepakat akan melakukan ini. Untuk sementara, kita pindah dulu ke rumah kenalan Papa yang di Singapura soalnya biar Papa fokus dulu kerja di pabrik Pekanbaru Riau."O ow, planning is changed right? Aku tak bisa buat gak terkejut."Kenapa mendadak?" tanyaku heran."Karena Papa tidak bisa pulang pergi dari Riau ke Jakarta, maka kita disuruh untuk tinggal sementara di rumah kenalan papa itu. Papa gak mau membiarkan kita hanya berdua tinggal di sini."Astaga! Lalu bagaimana dengan ibu Laura kita sudah janji akan bertemu besok, aku harus menelepon Kak Agam
"Hati-hati ya di Indonesia, kalau merasa sulit hubungi Mama, mama akan pulang menemani kamu.""Iya mah, pokoknya doakan Serayu supaya aku di sana bisa menimba ilmu dengan baik. Mama jangan khawatir dan hubungi aku seperti biasanya saja."Mama memelukku dengan sangat erat ketika kami berpisah di bandara.Keputusan terakhir sudah dibuat, bahwa aku akan menjalani kuliah di Indonesia bukan di Singapura lagi, aku terpaksa meninggalkan mama demi misi balas dendam ini.Aku melambai kepada Mama sebelum aku masuk ke pintu check in Bandara Singapura. Karena hari ini adalah hari keberangkatan aku ke Indonesia juga hari di mana Kak Agam akan bekerja di firma hukum Atmajaya sebagai pengacara dan lepas dari kantor Papa, dia sudah meminta izin untuk mencari pengalaman baru di IndonesiaMungkin Kak Agam juga cerita pada Papa bahwa dia ada di Indonesia untuk menjagaku, supaya tidak terlalu sendirian. Mungkin alasan itulah akhirnya Papa mengizinkan keagamaan untuk lepas dari kantornya.Firma hukum Atma
Untuk balas dendam ini aku harus mengesampingkan perasaan belas kasihan, hati nurani, pokoknya segala macam yang bakal menghancurkan rencana ini, termasuk perkataan pun harus aku sesuaikan. Jika aku harus menghina, maka hinaanku harus terdengar menyakitkan.Maureen dan juga sekretarisnya menoleh ke arahku yang sedang memarahi pengemis itu."Maaf ya Nyonya, saya motong pembicaraan soalnya saya sudah gedek banget sama pengemis ini! Di mana-mana dia selalu minta-minta, coba kau cari pekerjaan yang lebih layak. Kenapa harus mengemis?"Aku tak henti-hentinya memarahi pengemis itu meskipun dalam hati sangat menyesal."Maafkan saya karena saya hanya ingin mencari uang untuk makan keluarga saya.""Kerja, Mbak kerja! jangan mengemis. kamu tidak tahu uang seratus rupiah yang dikeluarkan oleh Nyonya ini, sangat berharga, didapatkan dengan kerja keras enak aja main diminta oleh pengemis rendahan seperti kamu pergi sana!"Sungguh aku sangat menyesali perbuatan ini, jika nanti aku masih diberikan k
Gara-gara ucapanku ke perempuan itu, aku harus menanggung risiko yaitu mempelajari tarian salsa dalam waktu kurang lebih dari satu minggu.Susah sekali belum lagi badan harus lentur. Aku latihan di tempat salsa dan pulang ke studio juga latihan di sana sampai-sampai Aku tidak mengikuti masa ospek kampus.Pokoknya usahaku harus bisa menghasilkan dalam waktu yang singkat ini aku harus bertanggung jawab dengan ucapanku."Nih minum dulu. Kamu pasti capek banget." di sela-sela Aku latihan nari salsa Kak Agam datang menemui aku di tempat studio."Terima kasih sudah berkunjung ke sini, mau ikutan menari?" ejek aku ke dia."Tidak, fashion saya adalah dihukum, bukan menari." dia tertawa melihat aku yang capek ngos-ngosan."Lagian kamu ada-ada saja, kenapa pakai menari, bakat apa kek selain menari?""Duh nggak tau deh pokoknya, tiba-tiba saja aku mau nyoblos akan menari salsa.""Tapi kamu pintar sekali, otak kamu bekerja dengan spontan walaupun sangat beresiko, tetapi aku yakin kamu pasti berh